BerandaHits
Kamis, 5 Mar 2025 11:50

Kehidupan Jakarta dari Sudut Pandang Lain dalam 'Sisi Tergelap Surga'

Buku 'Sisi Tergelap Surga' karya Brian Khrisna. (X/Briankhrisna)

Dalam buku 'Sisi Tergelap Surga', Brian Khrisna dengan piawai mengungkap kehidupan kaum marjinal yang berusaha hidup hari demi hari di tengah kerasnya Jakarta.

Inibaru.id – Sugiyanto masih ingat betul pengalamannya menghabiskan dua pekan libur kuliah di rumah kos teman sekolahnya yang kala itu merantau ke Jakarta. Dia senang bisa melihat kemajuan kota itu, yang tentu sulit ditemukan di kota lain di Indonesia. Namun, pengalaman itu sekaligus membawa satu kesimpulan bahwa dia nggak cocok hidup di kota tersebut.

Baginya, apa yang dia lihat di sekitar indekos temannya, yang ada di kawasan padat penduduk, yang nggak jauh dari Wisma Atlet, adalah gambaran tentang sebenar-benarnya Jakarta yang nggak pernah dia lihat sebelumnya.

“Dulu aku nggak ngerti kalau ada yang bilang Jakarta itu keras, hanya orang-orang tertentu yang bisa bertahan hidup di Jakarta. Cukup dua minggu di sana, saya langsung mengerti apa maksud dari kedua kalimat itu,” ungkapnya, Selasa (4/3/2025).

Dia mengatakan, memorinya tentang Jakarta yang dia lihat selama dua pekan itu kembali terngiang saat Sugiyanto membaca buku Sisi Tergelap Surga; meski tentu saja ada banyak karakter yang nggak pernah benar-benar dia temui secara langsung saat berada di sana.

Orang Kecil yang Berjuang

Saat kami mengobrol, Sugiyanto dan saya sama-sama telah menyelesaikan buku yang ditulis Brian Khrisna tersebut. Dia mengungkapkan, gambaran cerita orang-orang kecil yang berjuang sekuat tenaga agar nggak tergilas cepatnya laju kehidupan di Jakarta langsung bisa dia tangkap saat membacanya.

“Langsung relate dan teringat banget dengan beberapa hal yang aku lihat langsung di sana,” lontarnya, yang hanya saya jawab degan anggukan kepala; tapi otak saya menerawang jauh ke dalam buku yang baru rampung saya baca sekitar pekan lalu tersebut.

Ilustrasi: Buku 'Sisi Tergelap Surga' menceritakan kehidupan manusia-manusia yang tinggal di kawasan kumuh Jakarta. (Reuters/Ajeng Dinar Ulfiana)

Sang penulis, Brian, memang piawai mengungkap kehidupan kaum marjinal Ibu Kota yang dulu sering dia lihat saat membantu orang tuanya berjualan nasi di pinggir jalan selama 25 tahun. Dia kerap bertemu dengan orang-orang yang kehidupannya kerap kita abaikan.

Mereka adalah para pengamen, manusia silver, preman terminal, pramuria, atau bahkan badut kostum. Karakter-karakter itulah yang kemudian dia ceritakan di sini.

Mengutip Kebahagiaan Kecil

Dalam buku setebal 304 halaman ini, kita seperti dihadapkan pada realitas tentang orang-orang yang sudah kadung terjun di kerasnya kehidupan Jakarta dan nggak bisa lepas dari hal tersebut. Semua dilakukan demi bertahan hidup hari demi hari. Benar dan salah pun jadi hal yang samar di sini.

Saking beratnya kehidupan mereka yang diceritakan dalam buku yang rilis pada 29 November 2024 lalu itu, kamu juga bakal sering merasakan sesak di dada layaknya saat menonton film Nobody Knows (2004) karya Koreeda Hirokazu. Belum tahu filmnya? Silakan nonton sendiri, ya! Ha-ha.

Namun, di balik sesaknya kehidupan kaum marjinal tersebut, Brian juga dengan cerdik menunjukkan kebahagiaan-kebahagiaan sederhana yang mereka dapatkan. Sesuatu yang mungkin sepele bagi golongan menengah ke atas, tapisangat berharga bagi mereka.

Sebelum mati, aku pengin banget ngerasain seperti apa nyamannya tidur di hotel,” contoh ungkapan salah seorang karakter dalam buku tersebut yang terbiasa tidur di pos ronda dan makan seadanya setiap hari.

Yap, meski menyesakkan, nyatanya Sisi Tergelap Surga juga menyuguhkan kehangatan yang bisa kamu rasakan pada bagian akhirnya. Menurut kami, buku ini layak untuk kamu jadikan koleksi, tentu saja setelah kamu baca.

Bagi saya, buku terbitan Gramedia itu adalah pengingat bahwa di bawah hutan beton yang mengakar di kota megapolitan itu, ada mereka terasa begitu kecil, tapi terus berjuang untuk bertahan hidup dan menjaga kewarasannya; hari demi hari! (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: