BerandaHits
Kamis, 3 Apr 2024 18:25

Insiden Kawah Sinila 1979 di Dieng, Karena Azab Berjudi?

Insiden Kawah Sinila 1979 menewaaskan 147 jiwa. (Oystein Lund Andersen)

Sebanyak 149 orang meninggal dan puluhan hewan ternak tewas tatkala Kawah Sinila aktif pada 1979 dan memicu keluarnya gas beracun dari retakan tanah. Warga setempat ada yang percaya jika hal ini terkait dengan azab berjudi.

Inibaru.id – Cuitan akun yang sering membahas tentang bencana dan mitigasi kebencanaan di Indonesia @zakiberkata kembali menarik perhatian banyak orang. Dalam cuitan yang diunggah pada Senin (1/4/2024) lalu, diungkap tentang sisi lain dari kisah insiden Kawah Sinila pada 1979 di Dieng yang menewaskan 147 jiwa dan puluhan hewan ternak. Yang bikin heboh, bagi sebagian warga, insiden tersebut adalah peringatan bagi warga agar nggak lagi berjudi.

Dalam cuitan tersebut, terungkap bahwa kawah vulkanik sinila aktif pada 20 Februari 1979 dini hari. Nggak hanya menyemburkan material padat dan memicu gempa lokal, tersembur gas beracun yang membunuh ratusan orang.

Letusan cukup kuat dengan dentuman yang menyemburkan material padat dan gas serta gempa. Gempa membuat warga berlarian ke luar rumah namun justru terpapar gas beracun yang keluar dari rekahan tanah di sekitar Kawah timbang akibat terpicu letusan sinila. Sebanyak 147 jiwa dan puluhan hewan ternak meninggal karena keracunan gas,” tulis akun dengan nickname Georitmus tersebut.

Nah, dalam lanjutan cuitan tersebut, terungkap bahwa ada kuburan massal yang nggak jauh dari Desa Batur, Kecamatan Batur, Banjarnegara. Pada kuburan tersebut, terdapat tugu berbentuk tangan memegang kartu. Konon, tugu tersebut sebagai peringatan bahwa insiden pada 1979 juga terkait dengan aktivitas yang bertentangan dengan norma.

Masyarakat percaya, peristiwa alam yang mematikan itu akibat perbuatan warga Dieng yang bertentangan dengan norma, seperti berjudi, yang merajalela pada tahun 1979,” lanjut cuitan Georitmus.

Gas beracun penyebab kematian ratusan orang dan ternak

Korban gas beracun insiden Kawah Sinila 1979. (Twitter/zakiberkata)

Meskipun warga setempat meyakini jika salah satu penyebab dari insiden Kawah Sinila pada 1979 terkait dengan perjudian, sebenarnya kasus kematian akibat gas beracun memang sangat mungkin terjadi di Dataran Tinggi Dieng.

Khusus untuk insiden pada tahun tersebut, pakar menyebut gas-gas beracun seperti oksida karbon, hydrogen sulfida atau metana dalam konsentrasi tinggi yang sebelumnya terperangkap di bawah permukaan tanah yang nggak jauh dari Kawah Timbang keluar.

“Korban dari warga Desa Kepucukan 147 orang. Ditambah dua orang yang mau menolong, yaitu seorang guru dan seorang sopir. Ada satu orang yang sempat menghirup gas beracun sudah mau pingsan tapi bisa ditarik, diselamatkan warga lain,” ungkap Kepala Desa Kepucukan kala itu, Sutikno sebagaimana dilansir dari Detik, Rabu (3/4).

Nggak hanya membuat warga dan hewan ternak kehabisan oksigen, gas-gas beracun juga bikin efek samping mengerikan.

“Yang selamat itu cerita kalau dia merasakan hidung panas, mata kabur, dan kepala pusing. Masalahnya gasnya nggak kelihatan. Jasad korban pas dievakuasi terlihat pori-pori kulitnya terlihat mengeluarka darah,” lanjut laki-laki yang jadi pemimpin terakhir desa yang kini sudah ditinggalkan penduduknya tersebut.

Rupanya kejadian pada 2023 lalu, terjadi peningkatan aktivitas Gunung Api Dieng. Seluruh warga, termasuk pemilik lahan pertanian yang nggak jauh dari Kawah Timbang diminta untuk menjauh dari kawah tersebut. Dikhawatirkan terjadi semburan gas beracun.

Yap, yang namanya tinggal di area gunung, apalagi yang dekat dengan kawah memang harus selalu waspada dengan adanya kemungkinan bencana alam, termasuk keluarnya gas beracun. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Longsor di Petungkriyono Pekalongan: Korban Meninggal 17 Orang

22 Jan 2025

Info Resmi dari Pemerintah tentang Libur Sekolah pada Bulan Ramadan 2025

22 Jan 2025

Hanya Buka Sekali dalam 35 hari, Begini Keunikan Pasar Kramat Jumat Pahing Muntilan

22 Jan 2025

Di Jepang, Ada Cafe Cuddle yang Perbolehkan Pengunjung Peluk Pelayannya

22 Jan 2025

Pj Gubernur Jateng: Pemicu Banjir dan Tanah Longsor karena Alih Fungsi Lahan

22 Jan 2025

Pisahkan Nomor Pribadi dan Kantor untuk Work-Life Balance yang Lebih Baik!

22 Jan 2025

Viral Jam Tidur Siang di Sekolah Surabaya, Sudah Diterapkan di Jepang dan Tiongkok

22 Jan 2025

Apakah Memenuhi Semua Keinginan Pasangan Bisa Menjamin Kesetiaan?

22 Jan 2025

Temanggung Resmikan 8 TPS3R untuk Kelola Sampah Berbasis Masyarakat

22 Jan 2025

Lestari Moerdijat: Indonesia di BRICS Harus Berdampak Positif untuk Semua Sektor

22 Jan 2025

Erick Thohir: Tarif Tiket Kendaraan Umum Nggak Naik saat Lebaran 2025

23 Jan 2025

Nasi Goreng Pak Basiyo, Hidden Gem Kuliner Sukoharjo

23 Jan 2025

Mau Tinggal di Desa Albinen, Swiss? Pemerintah Bakal Siapkan Uang Rp540 Juta Buatmu!

23 Jan 2025

Hari Ketiga Banjir Grobogan, KAI Masih Terapkan Rekayasa Operasi dan Pembatalan Perjalanan

23 Jan 2025

Pathol Sarang, Gulat Tradisional Khas Rembang yang Eksis Sejak Zaman Majapahit

23 Jan 2025

Menghadapi Atasan Otoriter: Antara Bertahan dan Menjaga Profesionalisme

23 Jan 2025

Perbaikan Sistem Penerimaan Murid Baru Wujudkan Pendidikan Inklusif

24 Jan 2025

Benarkah Kopi Arabika Akan Punah Pada 2050 karena Perubahan Iklim?

24 Jan 2025

'When Life Gives You Tangerines', Drama Korea Terbaru IU

24 Jan 2025

Hari-Hari di Dukuh Pangkalan; Belasan Tahun Dibekap Rob, Terus-menerus Tinggikan Rumah

24 Jan 2025