BerandaHits
Kamis, 19 Okt 2022 14:35

Heboh Kasus Gagal Ginjal, Kemenkes Minta Setop Penggunaan Obat Sirop untuk Sementara

Heboh Kasus Gagal Ginjal, Kemenkes Minta Setop Penggunaan Obat Sirop untuk Sementara

IDAI setop sementara penggunaan obat sirup untuk anak-anak. (Usplash via Liputan6))

Ratusan kasus gagal ginjal misterius yang menimpa anak-anak di Indonesia membuat masyarakat khawatir. Kemenkes, IDAI, hingga BPOM pun mengeluarkan pernyataan terkait dengan hal ini.

Inibaru.id – Kementerian Kesehatan menanggapi laporan 192 kasus gagal ginjal akut misterius yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia dengan serius. Mereka mengimbau apotek untuk menghentikan penjualan obat berbentuk cair atau sirop untuk sementara.

Nggak hanya apotek, Kemenkes juga meminta tenaga kesehatan (nakes) untuk menghentikan pemberian resep obat-obatan berbentuk cair atau sirop sampai ada pengumuman resmi pemerintah selanjutnya.

“Seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan atau bebas terbatas dalam bentuk sirop kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari pemerintah,” terang Kemenkes dalam keterangan resminya sebagaimana dilansir dari Detik, Rabu (19/10/2022).

Nggak hanya Kemenkes, sejumlah pihak lain juga turut menyoroti kasus gagal ginjal akut misterius di Indonesia yang muncul di waktu bersamaan dengan kasus meninggalnya 70 anak di Gambia akibat obat batuk sirop buatan India.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan bahwa obat-obatan yang dibuat oleh Maiden Pharmaceuticals Limited, India tersebut nggak beredar di Indonesia.

Meski begitu, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) meminta semua orang untuk lebih waspada. Dia pun menyarankan siapa saja untuk menghindari konsumsi parasetamol berbentuk cair sembari menunggu hasil penelitian Kemenkes untuk menemukan penyebab kasus gagal ginjal akut misterius di Indonesia.

“Belajar dari kasus Gambia itu karena ada Etilen Glikol, untuk kewaspadaan dini, kemarin rapat dengan Pak Menkes kita harapkan kita hindari dulu penggunaan parasetamol sirup, sambil cari buktinya di Indonesia ada atau tidak obat seperti itu,” ungkap Dr. Piprim dalam diskusi di Instagram Live dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menukil Kumparan, Selasa (18/10).

Sudah ada 25 anak di DKI Jakarta yang meninggal karena gagal ginjal misterius. (Murianews/Freepik)

Omong-omong, kasus gagal ginjal akut misterius belakangan cukup meresahkan masyarakat Indonesia. Di Ibu Kota Jakarta saja, per Selasa (18/10) lalu, sudah ditemukan 49 kasus.

“Di Jakarta saat ini sudah ada 49 kasus, akumulasi dari Januari 2022,” ungkap Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes Provinsi DKI Jakarta Ngabila saat turut serta dalam Instagram Live di akun @dinkesdki sebagaimana dikutip dari Kompas, Rabu (19/10).

Kasusnya cenderung meningkat sejak Agustus. Setidaknya, 36 dari total 49 pasien adalah balita, sementara 13 pasien lainnya adalah anak-anak non-balita. Masalahnya sudah 25 anak meninggal akibat gangguan kesehatan ini dan masih ada 12 pasien yang dirawat.

Sampai saat ini, penyebab gagal ginjal ini misterius dan masih diteliti oleh para ahli, termasuk Kemenkes. Satu hal yang pasti, orang tua harus waspada jika anak mengalami nyeri perut, diare, mual-mual, muntah, dan gejala seperti batuk, demam, dan pilek.

“Kita harus waspadai kalau sudah ada tanda gangguan ginjal seperti frekuensi kencing berkurang,” saran Ngabila.

Selain itu, jika warna urine anak yang sedang sakit terlihat pekat, ada baiknya anak segera dibawa ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat.

Ngabila pun meminta orang tua di Indonesia untuk lebih waspada dengan memperhatikan kebersihan anak-anaknya, khususnya dalam hal memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.

Duh, kasus gagal ginjal akut misterius di Indonesia ini cukup mengkhawatirkan, ya, Millens. Semoga bisa segera ditemukan penyebabnya. (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Iri dan Dengki, Perasaan Manusiawi yang Harus Dikendalikan

27 Mar 2025

Respons Perubahan Iklim, Ilmuwan Berhasil Hitung Jumlah Pohon di Tiongkok

27 Mar 2025

Memahami Perasaan Robot yang Dikhianati Manusia dalam Film 'Companion'

27 Mar 2025

Roti Jala: Warisan Kuliner yang Mencerminkan Kehidupan Nelayan Melayu

27 Mar 2025

Jelang Lebaran 2025 Harga Mawar Belum Seharum Tahun Lalu, Petani Sumowono: Tetap Alhamdulillah

27 Mar 2025

Lestari Moerdijat: Literasi Masyarakat Meningkat, tapi Masih Perlu Dorongan Lebih

27 Mar 2025

Hitung-Hitung 'Angpao' Lebaran, Berapa Banyak THR Anak dan Keponakan?

28 Mar 2025

Setengah Abad Tahu Campur Pak Min Manjakan Lidah Warga Salatiga

28 Mar 2025

Asal Usul Dewi Sri, Putri Raja Kahyangan yang Diturunkan ke Bumi Menjadi Benih Padi

28 Mar 2025

Cara Menghentikan Notifikasi Pesan WhatsApp dari Nomor Nggak Dikenal

28 Mar 2025

Hindari Ketagihan Gula dengan Tips Berikut Ini!

28 Mar 2025

Cerita Gudang Seng, Lokasi Populer di Wonogiri yang Nggak Masuk Peta Administrasi

28 Mar 2025

Tren Busana Lebaran 2025: Kombinasi Elegan dan Nyaman

29 Mar 2025

AMSI Kecam Ekskalasi Kekerasan terhadap Media dan Jurnalis

29 Mar 2025

Berhubungan dengan Kentongan, Sejarah Nama Kecamatan Tuntang di Semarang

29 Mar 2025

Mengajari Anak Etika Bertamu; Bekal Penting Menjelang Lebaran

29 Mar 2025

Ramadan Tetap Puasa Penuh meski Harus Lakoni Mudik Lebaran

29 Mar 2025

Lebih dari Harum, Aroma Kopi Juga Bermanfaat untuk Kesehatan

29 Mar 2025

Disuguhi Keindahan Sakura, Berikut Jadwal Festival Musim Semi Korea

29 Mar 2025

Fix! Lebaran Jatuh pada Senin, 31 Maret 2025

29 Mar 2025