Inibaru.id – Kementerian Kesehatan menanggapi laporan 192 kasus gagal ginjal akut misterius yang terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia dengan serius. Mereka mengimbau apotek untuk menghentikan penjualan obat berbentuk cair atau sirop untuk sementara.
Nggak hanya apotek, Kemenkes juga meminta tenaga kesehatan (nakes) untuk menghentikan pemberian resep obat-obatan berbentuk cair atau sirop sampai ada pengumuman resmi pemerintah selanjutnya.
“Seluruh apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan atau bebas terbatas dalam bentuk sirop kepada masyarakat sampai dilakukan pengumuman resmi dari pemerintah,” terang Kemenkes dalam keterangan resminya sebagaimana dilansir dari Detik, Rabu (19/10/2022).
Nggak hanya Kemenkes, sejumlah pihak lain juga turut menyoroti kasus gagal ginjal akut misterius di Indonesia yang muncul di waktu bersamaan dengan kasus meninggalnya 70 anak di Gambia akibat obat batuk sirop buatan India.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan bahwa obat-obatan yang dibuat oleh Maiden Pharmaceuticals Limited, India tersebut nggak beredar di Indonesia.
Meski begitu, Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Dr Piprim Basarah Yanuarso, Sp.A(K) meminta semua orang untuk lebih waspada. Dia pun menyarankan siapa saja untuk menghindari konsumsi parasetamol berbentuk cair sembari menunggu hasil penelitian Kemenkes untuk menemukan penyebab kasus gagal ginjal akut misterius di Indonesia.
“Belajar dari kasus Gambia itu karena ada Etilen Glikol, untuk kewaspadaan dini, kemarin rapat dengan Pak Menkes kita harapkan kita hindari dulu penggunaan parasetamol sirup, sambil cari buktinya di Indonesia ada atau tidak obat seperti itu,” ungkap Dr. Piprim dalam diskusi di Instagram Live dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) menukil Kumparan, Selasa (18/10).
Omong-omong, kasus gagal ginjal akut misterius belakangan cukup meresahkan masyarakat Indonesia. Di Ibu Kota Jakarta saja, per Selasa (18/10) lalu, sudah ditemukan 49 kasus.
“Di Jakarta saat ini sudah ada 49 kasus, akumulasi dari Januari 2022,” ungkap Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinkes Provinsi DKI Jakarta Ngabila saat turut serta dalam Instagram Live di akun @dinkesdki sebagaimana dikutip dari Kompas, Rabu (19/10).
Kasusnya cenderung meningkat sejak Agustus. Setidaknya, 36 dari total 49 pasien adalah balita, sementara 13 pasien lainnya adalah anak-anak non-balita. Masalahnya sudah 25 anak meninggal akibat gangguan kesehatan ini dan masih ada 12 pasien yang dirawat.
Sampai saat ini, penyebab gagal ginjal ini misterius dan masih diteliti oleh para ahli, termasuk Kemenkes. Satu hal yang pasti, orang tua harus waspada jika anak mengalami nyeri perut, diare, mual-mual, muntah, dan gejala seperti batuk, demam, dan pilek.
“Kita harus waspadai kalau sudah ada tanda gangguan ginjal seperti frekuensi kencing berkurang,” saran Ngabila.
Selain itu, jika warna urine anak yang sedang sakit terlihat pekat, ada baiknya anak segera dibawa ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat.
Ngabila pun meminta orang tua di Indonesia untuk lebih waspada dengan memperhatikan kebersihan anak-anaknya, khususnya dalam hal memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak.
Duh, kasus gagal ginjal akut misterius di Indonesia ini cukup mengkhawatirkan, ya, Millens. Semoga bisa segera ditemukan penyebabnya. (Arie Widodo/E05)