Inibaru.id - Dalam kurun waktu belum genap dua bulan, Kabupaten Demak kembali dihantam banjir. Nyaris seluruh wilayahnya tergenang air dengan ketinggian bervariasi.
Dari laporan Badan Penanggulan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Demak, banjir kedua yang menggenangi Kota Wali terjadi pada hari Rabu (13/3/2024) malam. Cuaca esktrem hingga jebolnya beberapa tanggul sungai jadi penyebab utamanya.
Lalu, bagaimana keadaan warga Demak menghadapi bencana tersebut? Menurut salah seorang relawan yang berjibaku mengevakuasi korban banjir, terdapat perbedaan sikap warga dalam merespons bencana banjir pertama dan kedua.
Kepanikkan warga nggak sebesar saat menghadapi banjir yang terjadi pada bulan Februari lalu. Mereka juga secara mandiri mengevakuasi diri mencari tempat yang lebih aman.
Namun, tak dapat dimungkiri, banjir yang bertubi-tubi melanda Kabupaten Demak tersebut bikin sebagian warga frustasi. Mereka belum sepenuhnya bisa berdamai dengan keadaan.
"Warga seperti kelihatan sudah capai dan frustasi. Belum lama surut, sudah banjir lagi," celetuk seorang relawan Charil Anam saat menceritakan pengalamannya mengevakuasi korban banjir.
Anam, sapaan akrabnya, sudah menduga akan terjadi banjir susulan. Sebab, tanggul-tanggul yang baru selesai diperbaiki nggak otomatis mampu menahan derasnya debit air sungai.
"Sebagai seorang relawan, hati tetap teriris melihat saudara-saudara kita terkena musibah banjir. Saya membayangkan kalau bencana itu misal menimpa saya bagaimana," terangnya.
Enggan Dievakuasi
Lelaki berusia 46 tahun itu masih ingat saat terjadi peristiwa banjir yang pertama. Warga yang tinggal di Kecamatan Karanganyar nggak mau dievakuasi dan memilih bertahan di dalam rumah. Mereka mengira genangan air yang merendam pemukiman nggak bakal tinggi dan akan cepat surut. Kenyataannya berkata lain, banjir semakin besar dan warga pun mulai panik.
"Warga Karanganyar memang nggak pernah kebanjiran gara-gara tanggul jebol. Makanya nggak mau dievakuasi. Pas airnya semakin tinggi, mereka kaget dan banyak yang naik ke genteng," imbuhnya.
Diakui Anam, saat banjir semakin tinggi dan arusnya cukup deras, para relawan sempat kesulitan mengevakuasi warga yang terjebak di atas rumah.
"Saat kami mau menyelamatkan salah satu warga, perahu kami nyaris terbalik. Sangat penting mengenali medan jika arus banjirnya cukup besar," tukasnya.
Ya, hari-hari beraktivitas dengan genangan banjir dan belum tahu kapan air bakal surut memang bikin lelah. Tapi, baik relawan maupun para korban banjir nggak pernah berhenti berharap semoga keadaan aman dan normal kembali. (Fitroh Nurikhsan/E10)