Inibaru.id - Hindun masih nggak percaya Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak yang telah ditinggali selama 22 tahun terendam banjir. Kampungnya tersebut kali terakhir dilanda banjir sekitar tahun 1992.
Hujan deras hampir seharian pada hari Rabu (13/3/34) dan sungai satu-satunya di kampungnya tak mampu menampung debit air. Dalam sekejap kampungnya rata-rata digenangi banjir.
"Ini pertama kali saya mengungsi. Puluhan tahun daerah kami nggak pernah kebanjiran," ucap Hindun saat ditemui di tempat pengungsian Balai Kelurahan Mangunjiwan, Kabupaten Demak, Selasa (19/3/24).
Hal pertama yang dilakukan Hindun ketika rumahnya digenangi banjir selutut orang dewasa adalah memerintahkan ketiga anaknya untuk mengungsi ke rumah saudara di Mraggen. Hidun dan suami memilih bertahan dan berharap banjir tidak berlarut-larut.
Setelah berhari-hari mencoba bertahan, debit air bukannya surut malah semakin tinggi. Karena sudah tidak memungkinkan, Hidun dan suami akhirnya terpaksa ikut mengungsi ke tempat yang lebih aman.
"Saya orang terakhir yang meninggalkan kampung. Tinggi banjir sudah satu meter. Perabotan rumah dan motor udah nggak dipikirin. Yang penting kita selamet," paparnya.
Berharap Sungai Dikeruk
Hindun enggan menyalahkan alam. Dia menyebut kampungnya bisa tergenang banjir karena sungai Kalijajar sudah dangkal. Setelah adanya bencana banjir ini, dirinya berharap ada upaya pengerukan di sungai itu.
"Orang-orang yang tinggal di pengungsian sudah banyak yang mengeluh gatal-gatal. Malah ada dua orang yang tensi darahnya tinggi," imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Desa Mangunjiwan, Siti Juwairah menuturkan pihaknya mulai membuka tempat pengungsian pada hari Minggu (17/3/24). Sebelumnya warga yang terdampak banjir di Kecamatan Demak dipusatkan di satu titik.
Karena jumlah orang yang mengungsi semakin banyak. Dibukalah tempat pengungsian lainnya salah satunya di kompleks Balai Desa Mangunjiwan.
"Ada dua desa yang mengungsi, Bintoro dan Mangunjiwan. Hampir 80 persen wilayah kami tergenang banjir," ucap Juwairah.
Kebutuhan paling mendesak di tempat pengungsiannya adalah makanan dan pakaian. Selama dua hari membuka posko pengungsian, belum ada pihak yang menyalurkan bantuan pakaian.
"Tapi yang penting pasokan makanan dan obat-obatan. Karena disini banyak lansia dan anak-anak yang masih balita," cetusnya.
Menurut Hindun, selama dirinya tinggal di Demak, bencana banjir kali ini paling parah. Sebab hampir seluruh kecamatan di Kabupaten Demak terdampak banjir.
Banjir kali ini pasti berat banget untuk warga Demak seperti Hindun ya, Millens? Apalagi, ini merupakan banjir besar pertama bagi sebagian masyarakat Demak. Semoga air segera surut dan warga Kota Wali bisa kembali beraktvitas seperti sedia kala! (Fitroh Nurikhsan/E10)