Inibaru.id - Berkaca dari kasus yang sudah terjadi, insiden jatuhnya pesawat berujung pada kebangkrutan maskapai. Hal ini kembali disinggung pasca Sriwijaya Air mengalami kecelakaan pada Sabtu (9/1/2021) lalu.
Pada awal 1982 misalnya, pesawat 90 Air Florida yang mengalami kecelakaan di Washington DC bangkrut setelah dua tahun pasca insiden. Kemudian disusul maskapai Mesir, Flash Airline pada 2004. Pesawat jenis Boeing 737-300 ini jatuh di Laut Merah dan menewaskan 148 penumpang. Dua bulan pasca penerbangan nahas tersebut, Flash Airline pailit.
Kalau di Indonesia kita tahu Adam Air. Izin terbang maskapai tersebut malah dicabut gara-gara mengalami kecelakaan berulang kali.
Lalu bagaimana dengan Sriwijaya Air?
Arista Indonesia Aviation Center, Arista Atmaji, berpesan jangan terlalu prematur untuk menyatakan kalau maskapai ini juga ikut bangkrut. Selain karena baru sekali mengalami kecelakaan, nasib Sriwijaya Air juga akan bergantung pada hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT)
"Kalau dari track record untuk kecelakaan, selama ini cukup baik dan baru kali ini langsung fatal. Kalau menyimpulkan habis ini bangkrut itu masih prematur," ujar Arista, Minggu (10/1).
Meski begitu, kondisi keuangan Sriwijaya Air kemungkinan akan semakin berat. Sebab kecelakaan ini juga terjadi di tengah pandemi dan membuat okupansi penerbangan juga sangat tergerus.
Insiden ini, lanjut Arista, juga bakal berdampak pada kepercayaan masyarakat untuk terbang. Walaupun dengan catatan bisa saja hal itu terjadi untuk jangka waktu yang nggak lama.
"Jadi tergantung hasil investigasi akhir KNKT. Sementara jangka pendek iya (kehilangan kepercayaan), tapi nanti juga lupa," ujarnya.
Semoga hal ini nggak terulang di pesawat lain juga ya, Millens. (Kum/IB28/E05)