BerandaHits
Jumat, 27 Jun 2024 10:54

Beratnya Jadi Anak Kedua; Hidup dalam Bayang-Bayang si Sulung dan Bungsu

Meski anak-anak dilahirkan dalam satu rumah, urutan kelahiran sangat memengaruhi perkembangan psikologis mereka. (Getty Images)

Kata orang, menjadi anak kedua atau anak tengah itu nggak mudah. Dia hidup dalam bayang-bayang anak sulung dan anak bungsu dalam keluarga. Nggak jarang dia tumbuh menjadi pribadi yang pemarah dan sulit menyesuaikan diri.

Inibaru.id - Katanya, anak kedua dari tiga bersaudara akan merasa dikucilkan dan diabaikan oleh keluarganya karena urutan kelahiran. Hal ini memang bukan sebuah kepastian, tapi banyak netizen yang membenarkan fenomena yang disebut dengan middle child syndrome ini.

Karena cenderung kurang diperhatikan ketimbang anak pertama dan anak bungsu, anak kedua tumbuh dengan kepribadian yang keras kepala, nggak mau kalah, tapi mandiri. Ini bukan sekadar opini, tapi sebuah teori yang dikatakan oleh banyak ahli.

Pada 1964 misalnya, psikolog Alfred Adler dalam penelitiannya menyatakan bahwa meski anak-anak dilahirkan dalam satu rumah, urutan kelahiran sangat memengaruhi perkembangan psikologis mereka.

Misalnya, anak pertama akan lebih otoriter dan merasa berkuasa karena ekspektasi tinggi yang diberikan orang tuanya. Anak bungsu diperlakukan seperti bayi yang dimanja dan nggak pernah bisa melampaui saudara-saudaranya. Sedangkan anak tengah adalah orang yang mudah marah tapi sulit menyesuaikan diri karena terjepit di antara kakak dan adiknya.

Hal ini juga diungkapkan oleh dokter spesialis anak RS Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Aisya Fikritama.

"Middle child syndrome adalah sindrom anak tengah di mana anak tengah itu dikucilkan atau diabaikan karena urutan lahirnya," jelasnya, dikutip Kompas (7/9/2023).

Berdampak Permanen

Anak kedua seringkali suka mencari perhatian atau keributan dan sensitif atau mudah tersinggung. (Shutterstock)

Menurut Aisya, kepribadian anak kedua atau anak tengah akan dibayang-bayangi kepribadian anak yang lain. Hal tersebut lantas membuat anak tengah cenderung pendiam, pemarah, sulit berhubungan dengan orang lain, dan merasa harus bersaing dengan anak lain.

Selain itu, anak tengah yang mengalami sindrom ini akan suka mencari perhatian atau keributan, sensitif atau mudah tersinggung, rendah diri, berperilaku negatif, menyalahkan diri sendiri, dan mudah frustasi.

Aisya menyebutkan, middle child syndrome bisa berdampak permanen. Sifat yang terbentuk akibat pola asuh semasa kecil akan menjadi kepribadian saat anak tengah menjadi dewasa.

Namun, hal itu bisa dicegah dengan pola pengasuhan yang tepat. Orang tua yang memperhatikan anak-anaknya dengan baik nggak akan mengabaikan anak tengahnya, sehingga anak tengah nggak terkena sindrom ini.

Aisya menegaskan orangtua punya kewajiban untuk memberikan perhatian dan penghargaan yang sama kepada anak-anaknya. Setiap anak memiliki kekurangan dan kelebihan, karena itu nggak boleh dibeda-bedakan.

Sebagai contoh, anak bungsu nggak boleh selalu dibela ketika melakukan kesalahan. Sementara itu, anak tengah jangan diminta mengalah ke saudaranya agar nggak merasa kurang dihargai.

Nah, jika kamu kebetulan adalah anak kedua atau anak tengah dan mengalami sindrom anak kedua, pasti rasanya tertekan selama ini ya, Millens? Maka dari itu, jika jadi orang tua, jangan biarkan anakmu mengalami hal yang sama. Jadilah orang tua yang adil bagi seluruh buah hatimu! (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mengenal 4 Budaya Kota Semarang yang Kini Berstatus Warisan Budaya Takbenda

21 Nov 2024

Memahami Perempuan Korea di Buku 'Bukannya Aku Nggak Mau Menikah' Karya Lee Joo Yoon

21 Nov 2024

AI Bikin Cerita Nyaris Sempurna, Tapi Nggak Mampu Bikin Pembaca Terhanyut

21 Nov 2024

Dilema Membawa Anak ke Tempat Kerja

21 Nov 2024

La Nina Masih Berlanjut, BMKG Minta Kita Makin Waspada Bencana Alam

21 Nov 2024

Kematian Bayi dan Balita: Indikator Kesehatan Masyarakat Perlu Perhatian Serius

21 Nov 2024

Ketua KPK Setyo Budiyanto: OTT Pintu untuk Ungkap Korupsi Besar

22 Nov 2024

Menelisik Rencana Prabowo Pengin Indonesia Hentikan Impor Beras Mulai 2025

22 Nov 2024

Meriung di Panggung Ki Djaswadi, sang Maestro Kentrung dari Pati

22 Nov 2024

Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan, Itulah Prinsip Wabi-Sabi

22 Nov 2024

Mencegah Kecelakaan Maut di Turunan Silayur, Ngaliyan, Semarang Terulang

22 Nov 2024

Apa Alasan Orang Jepang Tidur di Lantai?

22 Nov 2024

Rute Baru Semarang-Pontianak Resmi Dibuka di Bandara Ahmad Yani Semarang

22 Nov 2024

Bagaimana Sebaiknya Dunia Pariwisata Menghadapi Kebijakan PPN 12 Persen?

23 Nov 2024

Asal Mula Penamaan Cepogo di Boyolali, Terkait Peralatan Dapur

23 Nov 2024

Mengapa Warna Bangunan di Santorini Dominan Putih dan Biru?

23 Nov 2024

Kekerasan pada Perempuan; Siapa yang Salah?

23 Nov 2024

Wejangan Raden Alas: Warga Blangu, Sragen Dilarang Beristri Dua

23 Nov 2024

Alokasi Ditambah, Serapan Pupuk Bersubsidi di Jawa Tengah Capai 60,23 Persen

23 Nov 2024

Menguak Sejarah dan Alasan Penamaan Tulungagung

24 Nov 2024