BerandaFoto Esai
Senin, 5 Sep 2021 09:00

Logam yang Berdenting Lirih di Bugangan, Kampung Panci dan Wajan di Semarang

Penggusuran kawasan Barito di bantaran Banjir Kanal Timur rupanya berdampak signifikan bagi penjualan panci dan wajan di Kampung Tematik Logam di Bugangan Semarang.

Inibaru,id - Ting! Ting! Ting! Suara logam beradu dengan palu masih bisa terdengar di bantaran sungai Banjir Kanal Timur, Kota Semarang, Jawa Tengah. Suaranya nyaring, namun entah kenapa terasa sendu, terdengar lirih dan parau dari kejauhan.

Kawasan di bilangan Bugangan yang saat ini dikenal sebagai Kampung Tematik Logam tersebut adalah pusat pengolahan logam yang sudah dikenal sejak medio 1970-an. Nyaris di sepanjang jalan yang juga disebut sebagai kawasan Barito itu terpajang rapi peralatan rumah tangga berbahan logam.

Dulu, perkakas yang paling banyak dipajang adalah kompor minyak. Lalu ada oven, ceret, dandang, wajan, mesin penggiling, dan banyak pernak-pernik logam lainnya. Marino, lelaki 69 tahun yang sudah berjualan perkakas logam di Bugangan sejak 1976 mengatakan, kompor memang menjadi produk yang paling laku.

“Dulu, paling laku ya kompor. Sekarang bervariasi, mulai dari wajan hingga oven tangkring,” kenang lelaki bersahaja tersebut, Jumat (3/9/2021). "Yang beli nggak hanya dari Semarang, ada yang datang dari Kendal, Magelang, Salatiga, dan Demak."

Namun, Marino harus mengakui kalau masa kejayaan perkakas logam di Bugangan agaknya sudah mulai turun. Bahkan, selama menjalani bisnis ini penjualan produk-produk bikinannya juga sudah berkali-kali mengalami pasang surut.

“Bisnis ya kadang ramai, kadang sepi; apalagi semenjak Barito digusur, terus ada (pandemi) corona, penjualan tambah menurun,” ungkap Marino sembari melayani pembeli.

Masa kejayaan yang turun bukan berarti bisnisnya benar-benar mati. Logam masih berdenting, hanya sedikit lirih. Marino juga nggak pengin menyerah begitu saja. Dia mengaku tetap membuat produk dengan kualitas terbaik agar pelanggan setianya nggak kabur.

Dari Warung hingga Restoran

Sebagaimana Marino, Henny Handayani mengakui ada penurunan jumlah penjualan yang cukup signifikan saat kawasan Barito digusur. Henny yang sudah berjualan sejak 10 tahun terakhir paham betul penurunan grafik penjualan panci cs dalam beberapa tahun terakhir.

Perlu kamu tahu, Barito yang berada di bantaran sungai mengalami normalisasi pada 2018 lalu. Kios-kios yang banyak berdiri di sekitar lokasi tersebut digusur dan dipindahkan ke Pasar Klithikan Penggaron dan Pasar Banjardowo Genuk. Sementara, kawasan itu kemudian dijadikan Taman Banjir Kanal Timur.

Henny tentu saja sedih dengan penggusuran tersebut karena berimbas cukup signifikan pada penjualan produk logam di tempatnya. “Ya gimana, tempat ini sudah sangat legendaris. Orang luar kota belinya pasti ke sini, Cuman, ya itu, semenjak barito digusur, banyak pelanggan kabur.”

Kendati penjualan mengalami penurunan, perempuan 47 tahun itu enggan berlarut-larut. Henny mengatakan, saat ini masih ada pembeli yang datang, biasanya mereka mencari produk spesial, misalnya dari warung, hotel, hingga restoran.

Sekilas melihat, produk-produk yang dijual Henny memang tampak kokoh dan berkualitas, cocok untuk peranti industri. Harga yang ditawarkan juga cukup beragam, mulai dari Rp 100 ribu untuk produk ukuran 25 sentimeter hingga Rp 1 juta untuk yang berukuran 50 sentimeter.

Alhamdulilah masih ada yang laku. Cukuplah buat kebutuhan sehari-hari,” ujar Henny dengan wajah penuh rasa syukur.

Tiba-tiba angin berdesir, menggoyang-goyang perkakas logam. Panci dan wajan saling beradu, menimbulkan denting-denting lirih di kampung tersebut. Ah, semoga terus berdenting di Bugangan!(Triawanda Tirta Aditya/E03)

Marino sedang mengecek barang daganganya.
Marino memamerkan barang daganganya.
Suasana Kampung Tematik Logam di Bugangan, Semarang Timur.
Suasana Kampung Tematik Logam di Bugangan, Semarang Timur.
Salah seorang pedagang menunggu kedatangan pembeli.
Berbagai produk olahan dari Logam dijual di sini.
Suasana pembuatan produk dengan bahan dasar logam.
Salah satu produk yang sudah jadi.<br>
Aktivitas transaksi di kampung ini.
Salah seorang pedagang membawa produk yang baru saja jadi.

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024