BerandaTradisinesia
Jumat, 21 Mar 2019 18:00

Telah Berabad-abad Silam Batik Khas Kebumen Dibuat

Para pembatik dari Kebumen. (Infobatik)

Batik di Indonesia memiliki sejarah yang cukup lama, tak terkecuali batik khas Kebumen. Sempat menggunakan bahan-bahan alami, mempertimbangkan kecepatan waktu, pembatik pun akhirnya menggunakan bahan kimia.

Inibaru.id – Tak sedikit yang berasumsi batik khas Kebumen dibawa dari Keraton Yogyakarta. Lokasi Kebumen dengan Yogyakarta memang berdekatan, tapi belum ada pernyataan yang kuat terkait hal tersebut. Hingga kini, sejarah batik yang konon sudah ada sejak ratusan tahun silam itu masih abu-abu.

Pembatikan di Kebumen dikenal sekitar awal abad ke-19, dibawa para pendatang dari Yogyakarta, di antaranya Penghulu Nusjaf, untuk berdakwah. Batik Kebumen pun mulai berkembang dari sebelah timur Kali Lukolo.

Proses batik pertama di Kebumen dinamakan teng-abang atau blambangan. Sementara, proses terakhir dalam pembatikan dikerjakan di Banyumas atau Solo.

Kemudian, sekitar awal abad ke-20, para pembatik di Kebumen membuat pola di kain menggunakan kunyit yang berwarna kuning, sedangkan untuk capnya dibuat dari kayu. Adapun untuk pewarnaan, mereka menggunakan pewarna alami seperti kulit pohon pace (mengkudu), kemudu, dan nila tom.

Lantaran menggambarkan keseharian masyarakat yang dilukis penuh kesederhanaan, motif batik Kebumen biasanya berupa pepohonan atau burung-burungan.

Penggunaan bahan-bahan kimia dalam pembuatan batik di kabupaten yang berada di pesisir selatan Jawa Tengah itu baru dimulai sekitar 1920. Waktu yang lebih singkat menjadi pertimbangan para pembatik. Mereka pun akhirnya meninggalkan bahan-bahan yang mereka racik sendiri.

Sedekade berselang, pengecapan dari tembaga diperkenalkan dalam produksi batik Kebumen. Konon, Purnomo-lah yang membawanya dari Yogyakarta. Keberadaan batik di Kebumen pun terus meluas.

Hingga saat ini, penghasil batik Kebumen tersebar di sejumlah desa, di antaranya di Desa Watubarut, Seliling, Tanuraksan, dan Mirit. Akankah batik Kebumen bakal bertahan?

Hm, adalah tugas kita, kaum millenials, yang harusnya melestarikan warisan sejarah itu. Kamu siap, kan, Millens? (IB20/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Tanda Diabetes pada Kulit yang Jarang Disadari

8 Des 2024

Berapa Luas Kamar Tidur yang Ideal?

8 Des 2024

Piknik Santai di Rowo Gembongan Temanggung

8 Des 2024

Ombudsman: Terkait Penanganan Kasus Penembakan Siswa SMK, Polrestabes Semarang Nggak Profesional

8 Des 2024

Dekat dengan Candi Prambanan, Begini Keindahan Candi Sojiwan

8 Des 2024

Pemprov Jateng: Pagu 10 Ribu, Makan Bergizi Gratis Nggak Bisa Sediakan Susu

8 Des 2024

Hadirkan Stefan William di Acara Pembukaan, Miniso Penuhi Gaya Hidup Modern dan Kekinian Warga Kota Semarang

8 Des 2024

Ada Tiga Bibit Siklon Tropis Kepung Indonesia, Apa Dampaknya?

9 Des 2024

Menilik Hasil Rekapitulasi Suara Pilkada 2024 di Lima Daerah

9 Des 2024

Produksi Genting di Desa Papringan, Tetap Autentik dengan Cara Tradisional

9 Des 2024

Rekor 1.000 Poin Megawati Hangestri di Liga Voli Korea

9 Des 2024

Peringati Perang Diponegoro, Warga Yogyakarta Gelar Kirab Tongkat Kiai Cokro

9 Des 2024

Tanpa Transit! Uji Coba Direct Train Gambir-Semarang Tawang, KAI Tawarkan Diskon 50 Persen

9 Des 2024

Sidang Kode Etik Kasus Penembakan di Semarang, Hadirkan Saksi dan Keluarga Korban

9 Des 2024

Apa yang Bikin Generasi Z Sering Dideskripsikan sebagai Generasi Paling Kesepian?

9 Des 2024

Kasus Polisi Tembak Siswa SMK, Robig Dipecat Tidak Dengan Hormat!

10 Des 2024

Penembak Siswa SMK 4 Semarang Dipecat; Ayah Korban: Tersangka Nggak Minta Maaf

10 Des 2024

50 Persen Hidup Lansia Indonesia Bergantung pada Anaknya; Yuk Siapkan Dana Pensiun!

10 Des 2024

Asap Indah Desa Wonosari, Sentra Pengasapan Ikan Terbesar di Jawa Tengah

10 Des 2024

Hanya Membawa Kerugian, Jangan Tergoda Janji Manis Judi Online!

10 Des 2024