BerandaTradisinesia
Jumat, 3 Mei 2018 17:44

Empat Kesenian Tradisional Purbalingga Ini Terancam Punah

Ujungan, tradisi minta hujan di musim kemarau (aanprihandaya.com)

Ujungan, Tari Angguk, Tari Dames, dan Braen menjadi kesenian tradisional Purbalingga yang nyaris punah. Seperti apa kesenian tradisional ini?

Inibaru.id – Tahun lalu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Purbalingga menyebutkan bahwa sedikitnya ada empat kesenian tradisional Purbalingga yang hampir punah. Apa saja?

Ujungan

Ujungan (lokalbanyumas.blogspot.co.id)

Ujungan adalah ritual minta hujan yang berkembang di Purbalingga. Selain di Purbalingga, tradisi ini juga berkembang di Banjarnegara dan Banyumas. Biasanya, ritual ini digelar pada mangsa kapapat atau mangsa kalima (masa keempat atau kelima) saat musim kemarau. Untuk memulai Ujungan, ada wlandang (wasit) yang akan memimpin jalannya pertempuran. Pertempuran ini dimainkan oleh sepasang lelaki dewasa dengan menggunakan sebilah rotan sebagai alat pemukulnya.

Konon, agar hujan segera datang, pemain Ujungan harus memukul lawannya sebanyak mungkin hingga mengeluarkan darah. Semakin banyak darah keluar, semakin cepat pula hujan turun. Menurut pengakuan masyarakat setempat, tradisi ini telah ada sebelum Belanda datang ke Indonesia. Pada tahun 1950, tradisi ini berkembang menjadi ajang pencarian pendekar beladiri. Siapapun yang memenangkan pertarungan ini, maka status sosialnya akan naik.

Yang unik, orang yang menjadi wlandang harus memiliki keterampilan bela diri yang tinggi. Ini dimaksudkan jika suatu saat ada salah satu pemain Ujungan yang nggak puas dengan keputusan wasit dan mencoba melawannya, maka wasit harus berani menerima tantangan tersebut.

Angguk

Angguk (http://banyumasnews.com)

Tari Angguk merupakan kesenian yang bernapaskan Islam. Konon, gerakan mengangguk dianggap sebagai bentuk penghormatan kaum muslim saat mereka saling bertemu. Terdiri atas delapan penari laki-laki, tarian ini diiringi alat musik berupa rebana, beduk, dan kendang. Untuk melengkapi musik, syair-syairnya diambil dari kitab Barzanji.

Delapan penari tersebut dibagi menjadi dua untuk depan (mbarep), empat untuk tengah, dan tengah untuk belakang (buntil). Khusus untuk buntil, penari diperankan oleh anak-anak atau remaja.

Dames

Dames (rri.co.id)

Dames adalah kata yang diambil dari bahasa Belanda yang berarti gadis atau perempuan yang belum menikah. Seperti namanya, tarian ini dimainkan delapan gadis yang menjadi simbol penjuru mata angin.  O, iya, Tari Dames berkembang pada zaman sebelum Kemerdekaan, yakni 1936. Tarian ini dulunya kerap digunakan sebagai media syiar agama Islam.

Sempat vakum, sekitar tahun 1950, seorang dalang bernama Ki Sumareja menghidupkan kembali kesenian ini di Desa Padamara. Sejak itu, elemen-elemen Tari Dames seperti gerakan iringan, tata rias, hingga busana mengalami perkembangan.

Braen

Braen (auralarchipelago.com)

Braen adalah salah satu kesenian tradisional yang sakral dan nggak dimainkan setiap waktu. Kesenian ini hanya dimainkan pada upacara kelahiran, kematian, peringatan meninggalnya seseorang (haul), atau hajatan tertentu. Warga Purbalingga juga menyebutnya seni panyuwunan, atau yang dalam bahasa Indonesia berarti permohonan. Biasanya, Braen dimulai sekitar pukul 22.00 hingga 03.00 dini hari.

Dikutip dari langgamlangitsore.blogspot.com, Braen dibuka oleh seorang penabuh terbang (serupa rebana) yang duduk bersimpuh memangku terbangnya. Sebelum acara dimulai, bagian bawah terbang tersebut dipanaskan terlebih dahulu dengan api agar bunyinya nyaring. Sekitar lima atau enam pemain Braen lainnya juga duduk di samping penabuh terbang. Di depan mereka, disiapkan segala keperluan upacara dan hidangan untuk dikonsumsi.

Syair yang dilantunkan dalam kesenian ini mengisahkan bahwa segala sesuatu bermula dari ketiadaan dan akan kembali pula ke ketiadaan. Manusia diingatkan bahwa hakikat hidup haruslah dibekali dengan segala kebajikan dan kebijakan sebelum mereka meninggal. Meski inti dari syair-syair tersebut mengajarkan tentang keikhlasan, namun nggak sedikit dari masyarakat yang pernah mendengar lirik-lirik tersebut mengaku takut.

Meski nyaris punah, namun pemerintah Purbalingga hingga kini masih berupaya melakukan revitalisasi untuk empat kesenian tersebut. Semoga, dengan revitalisasi ini, minat anak muda Purbalingga untuk melestarikan budayanya bisa tumbuh ya, Millens. (IB15/E02)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: