BerandaTradisinesia
Rabu, 14 Jan 2020 17:37

Dibuat dengan Teknik Khusus, Batik Ciprat Khas Purbalingga Laku Ratusan Juta

Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi memegang batik ciprat khas Banyumas. (Purbalingganews)

Berbeda dengan kebanyakan kain batik yang dibuat dengan teknik tulis, cap, dan print, Kabupaten Purbalingga kini punya teknik membatik ciprat yang unik. Gimana prosesnya ya?

Inibaru.id – Kalau di Jepang ada teknik pewarnaan tie-dye, pengrajin batik di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah, juga punya teknik khusus untuk membatik. Mulyono, pembatik asal kota kelahiran Indro Warkop ini mengembangkan teknik batik ciprat, yang dikawinkan dengan teknik tulis.

Berawal dari ide kolaborasinya dengan sang putra, Kurniawan Dwi Hastanto, yang merupakan sarjana seni rupa, batik-batik unik Mulyono diminati pasar. Dia membatik dengan cara menciprat-cipratkan malam menggunakan kuas di kain putih yang sebelumnya sudah diberi pola.

Nggak sembarangan, cipratan itu disesuaikan dengan pola agar membentuk cipratan yang sesuai dengan harapan. Dia juga memadukan teknik itu dengan teknik tulis seperti biasa.

Mulyono memamerkan batik ciprat buatannya kepada Bupati Purbalingga Dyah Hayuning Pratiwi. (Purbalingganews)

Sejumlah motif sudah dia produksi di kediamannya di Desa Karangtalun, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Motif andalannya adalah Wayang dan Candi Borobudur.

Perlu kamu tahu, teknik ciprat sebetulnya bukanlah hal baru di dunia batik. Sejak 2011, gaung batik ciprat sudah kerap terdengar. Sejumlah pihak mengembangkannya, termasuk Mulyono. Yang membedakan, Mulyono menggabungkan ciprat dengan tulis.

Hasil karya Mulyono dijual dengan kisaran harga Rp 250 ribu hinggak Rp 250 juta, tergantung tingkat kesulitannya.

Hm, selamat, Purbalingga! Kalau mampir ke sana, jangan lupa membeli batik khasnya ya! (IB03/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Indonesia Uji Coba Sistem 4 Hari Kerja, Adakah Negara yang Telah Menerapkannya?

27 Jan 2025

Menjelang Perayaan Imlek 2025, Perajin Barongsai Semarang Untung Besar

27 Jan 2025

Kuburan yang Kian Penuh dan Ide Makam Tumpuk di Yogyakarta

27 Jan 2025

Lomba Lari Mengejar Keju di Inggris, Seru tapi Berbahaya!

27 Jan 2025

Berburu Kuliner Tradisional di Pasar Sore Karangrandu, Jepara

27 Jan 2025

Sejarah Lalapan; Hidangan Segar Khas Nusantara yang Kaya Manfaat

27 Jan 2025

Minum Air Langsung dari Keran Bukan Angan-Angan Lagi di Salatiga

27 Jan 2025

Siswa di Jawa Tengah akan Belajar Mandiri selama Ramadan 2025; Bukan Libur, lo!

28 Jan 2025

Berkaca dari Hup Teck, Pabrik Kecap Legendaris yang Memilih 'Tutup Usia'

28 Jan 2025

Musim Telur Menetas, Waspada Ular Masuk Rumah!

28 Jan 2025

Jadi Umpatan Populer di Drakor, Seberapa Kasar Kata 'Shibal' bagi Orang Korea?

28 Jan 2025

Berkaca dari Insiden di Pantai Drini, Begini Tips Selamat saat Terseret Ombak

28 Jan 2025

Sejarah Tradisi Petik Angpao di Pohon saat Imlek, Sesi Seru yang Ditunggu

28 Jan 2025

Gapeka 2025 Berlaku, Perjalanan Kereta di Daop 4 Semarang Lebih Cepat 466 Menit

28 Jan 2025

Kisaran Gaji Ketua RT di Jawa Tengah; Semarang Masih Tertinggi

29 Jan 2025

Ngrancasi, Upaya Petani Mawar di Sumowono Mempersiapkan Panen Raya menjelang Lebaran

29 Jan 2025

Begini Cara Nonton Drakor 'The Trauma Code: Heroes on Call' Sub Indo Termudah

29 Jan 2025

Perihal Imlek yang Selalu Identik dengan Hujan

29 Jan 2025

Indonesia-India Perkuat Kerja Sama Digital, Siap Bersaing di Pasar Global

29 Jan 2025

Mengapa Orang Rela Terjebak Macet Berjam-Jam Demi Liburan?

29 Jan 2025