Inibaru.id – Bicara tentang hewan ternak, yang terpikir biasanya adalah kambing, sapi, kerbau, atau domba. Tapi, bagi Noor Farid dari Kudus, Jawa Tengah, hewan ternak yang mendatangkan cuan adalah cacing.
Menurut laki-laki berusia 34 tahun yang tinggal di Desa Getas Pejaten, Kecamatan Kota tersebut, budi daya hewan yang nggak biasa ini ternyata sangat menguntungkan. Dia juga menyebut bisnis ini tidak begitu sulit untuk dilakukan.
“Perawatannya nggak terlalu sulit. Apalagi, pakan untuk cacingnya juga mudah didapatkan,” ungkapnya sembari menimbang cacing yang akan dibeli oleh pelanggan sebagaimana dilansir dari Betanews, Rabu (18/1/2022).
Bagaimana asal mula Farid melakukan budi daya cacing? Ternyata semua bermula dari keinginannya membuat pakan sendiri untuk budi daya hewan lain yang dia miliki, yaitu ikan hias dan ikan lele. Nggak disangka, ternyata ada banyak orang yang meminati cacing-cacing yang dia budi dayakan. Dia pun melihat potensi bisnis dari hewan yang sering dijadikan umpan para pemancing tersebut.
“Awalnya budi daya cacing untuk menghemat biaya pakan ikan lele dan ikan hias. Cacing ini protein yang sangat bagus, cocok untuk perkembangan ikan,” katanya.
Sejak 2016, Farid pun memutuskan untuk membudi dayakan cacing jenis African Night Crawler (ANC). Cacing yang berasal dari Afrika ini memiliki ukuran jumbo, sekitar dua kali lebih besar dari cacing-cacing tanah di Indonesia. Cacing ANC juga dikenal cocok untuk dijadikan pakan ternak hingga bahan obat tradisional dan kosmetik.
Sebelum menekuni bisnis ini dengan serius, Farid sempat mempelajari cara memelihara yang tepat dan memilih pakan terbaik. Ternyata, pakan yang dibutuhkan sangat mudah dicari.
“Limbah organik yang bisa didapatkan di pasar atau toko buah justru paling cocok buat dijadikan pakan cacing,” jelasnya.
Berkat ketekunannya, dia mampu memproduksi cacing cukup banyak dalam waktu yang singkat. Contohlah, jika Farid awalnya hanya memiliki 1 kilogram cacing, dalam tiga bulan ke depan, jumlahnya akan meningkat jadi 10 sampai 13 kilogram. Cacing-cacing itu dijual dengan harga Rp30 ribu sampai Rp50 ribu.
Menariknya, nggak hanya cacing yang laku dijual. Kotoran cacing atau yang disebut dengan kasing juga laris manis. Kasing biasa dijadikan pupuk pertanian. Farid menjualnya dengan harga Rp15ribu untuk tiap 25 kilogram.
Sejauh ini, pembeli berdatangan dari dalam wilayah Kudus dan sekitarnya seperti Pati, Demak, dan Jepara. Ke depannya, dia ingin mengembangkan bisnis budi daya cacingnya jadi lebih besar.
“Rencana mau nambah tempat lagi agar cacingnya jadi tambah banyak. Soalnya permintaan pasar semakin banyak,” ungkapnya.
Nah, bisnis kreatif dari hal yang nggak disangka-sangka seperti ini sering kita dengar ya, Millens? Semoga kamu jadi terinspirasi dan nggak mengabaikan hal-hal sederhana karena bisa saja itu jadi ide bisnis. (Arie Widodo/E10)