BerandaPasar Kreatif
Sabtu, 25 Nov 2022 15:05

Duka Nelayan Sendang Sikucing: Cuaca Buruk, Solar Sulit, dan Harga Ikan Anjlok

Seorang nelayan Desa Sendang Sikucing, Kabupaten Kendal sedang memperbaiki peralatan melaut jaring pada hari Sabtu (19/11/2022). (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Nelayan Sendang Sikucing saat ini menghadapi tiga masalah sekaligus, yakni cuaca buruk, solar sulit, dan harga ikan yang anjlok. Apa penyebabnya?

Inibaru.id - Sekelompok nelayan di Desa Sendang Sikucing, Kecamatan Rowosari, Kabupaten Kendal sibuk memperbaiki jaring dengan mesin jahit. Mereka nggak melaut. Ambon, salah seorang di antara mereka mengatakan, cuaca sedang buruk lantaran malam sebelumnya hujan hingga Subuh.

"Kami nggak bisa berbuat banyak. Saat cuaca buruk begini ya nggak akan melaut," ungkap lelaki 49 tahun tersebut pasrah, Sabtu (19/11/2022).

Perkataan Ambon itu pun segera disambung Waidi. Nelayan berusia 52 tahun tersebut mengatakan, dia akan memilih menggantung sauh untuk sementara waktu saat cuaca buruk. Hal ini dilakukannya bukan tanpa sebab. Waidi mengatakan, dirinya pernah hampir tenggelam karena diterjang badai di tengah laut.

"Musim pancaroba begini sering ada badai. Angin kencang. Kapal saya pernah hampir tenggelam. Jadi, lebih baik libur melaut karena risikonya terlalu besar." ucap Waidi yang segera diiyakan Ambon.

Ambon dan Waidi telah puluhan tahun menjadi nelayan. Jadi, mereka tahu betul bahwa alam nggak bisa dilawan. Saat libur melaut, mereka biasanya memilih memperbaiki jaring yang panjangnya mencapai 400 meter.

"Beginilah. Kalau libur, kami bersama-sama memperbaiki bagian jaring yang bolong," terang Ambon.

Harga Jual Ikan Anjlok

Para nelayan menjual hasil tangkapan ikan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sendang Sikucing. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Jika cuaca sedang bagus, Ambon dan kawan-kawannya hampir tiap hari melaut. Dalam seminggu, para nelayan yang masih menggunakan alat tangkap tradisional itu pergi-pulang ke laut sebanyak enam kali. Dia mengarungi Laut Jawa bersama kesembilan temannya.

Kendati melaut hampir tiap hari, Ambon mengaku nggak bisa memastikan berapa besar hasil yang bisa dia dapatkan. Hasilnya nggak menentu. Menurutnya, hal ini wajar karena mereka nggak menanam. Hanya mengambil.

"Namanya juga rezeki. Nggak bisa kami atur. Yang terbesar, kami pernah dapat tangkapan mencapai dua ton," ujar Ambon sembari tetap menjahit jaring. Sesekali dia berhenti untuk menyesap rokok. "Hasil tangkapan biasanya langsung kami bawa ke TPI."

TPI yang dimaksud Ambon adalah Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Sendang Sikucing. TPI ini dikelola KUD “Mina Jaya” yang berada di bawah naungan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kendal. Hampir semua nelayan di Desa Sendang Sikucing menjual hasil tangkapan mereka ke pelelangan tersebut.

Ambon mengaku saat ini harga ikan sangatlah rendah, bahkan bisa dikatakan tengah anjlok hingga titik paling bawah. Menurutnya, pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dua tahun belakangan turut berkontribusi terhadap turunnya harga ikan di TPI Sendang Sikucing.

"Ikan teri di sini dihargai Rp15.000 per kilogram. Pas pandemi Covid-19 kemarin pernah anjlok sampai Rp3.000 per kilogram," kata Ambon. "Kami berharap, TPI membuka pintu seluas-luasnya bagi tengkulak untuk membeli ikan-ikan kami."

Menurutnya, kalau tengkulak luar dipersilakan masuk, harga jual bakal tinggi.

"Tengkulak luar dibebaskan biar harga ikan tinggi. Terus, jangan menunggak pembayaran. Kasihan ABK (anak buah kapal) yang butuh uang untuk keperluan pribadi atau rumah tangga," tegas Ambon.

Solar Sulit Didapatkan

Dua orang nelayan Sendang Sikucing sedang menjahit jaring berukuran 400 meter. (Inibaru.id/Fitroh Nurikhsan)

Selain harga ikan yang terus turun, Ambon membeberkan, duka nelayan Sendang Sikucing semakin diperparah dengan kelangkaan bahan bakar Solar yang dia rasakan sejak pemerintah menaikkan harga BBM beberapa waktu lalu.

"Sebetulnya, BBM naik nggak masalah; yang penting stok tersedia. Solar ini kan kebutuhan utama nelayan agar bisa berlayar. Berapa pun harganya, ya pasti kami beli," seru Ambon.

Waidi menyahut, sewaktu harga BBM naik, ada sejumlah nelayan yang bahkan sampai nggak melaut karena nggak kebagian solar.

"Jadi, bukan nggak bisa beli, tapi karena memang nggak ada," aku Waidi yang juga mengeluhkan harga jual ikan di TPI yang merosot tajam.

Waidi menyebutkan, saat ini ada dua permasalahan yang dihadapi para nelayan sebagaimana dikatakan Ambon. Yang pertama adalah solar, yang kedua adalah harga jual yang sangat rendah.

"Kadang ada rasa sedikit kecewa dari hasil pelelangan. Saat hasil tangkapan ikan lagi banyak, harga jual malah turun," keluh Waidi.

Masalah cuaca, hasil tangkapan yang dihargai sangat rendah, hingga solar yang hilang dari peredaran ini sepertinya juga dihadapi banyak nelayan di seluruh Indonesia ya, Millens. Tempatmu mengalami ini juga nggak, Millens? (Fitroh Nurikhsan/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Polda Jateng Perkuat Pengamanan Logistik Pemilu di KPU

7 Nov 2024

Secuil Sejarah Kesultanan Cirebon di Candi Poh Brebes

7 Nov 2024

Sejarah Unik Lokasi dengan Nama Terpanjang di Dunia yang ada di Selandia Baru

7 Nov 2024

November Awal Musim Hujan, BMKG: Waspada Ancaman Banjir!

7 Nov 2024

Alasan Lagu 'APT' Rose dan Bruno Mars Haram Diputar Pelajar di Korea

7 Nov 2024

Keseriusan Langkah Pemerintah dalam Menangani Judi Online Masih Dipertanyakan

7 Nov 2024

Bersantai Sore di 'Comfort Zone' Taman Balai Jagong Kudus

7 Nov 2024

Andal dan Ramah Lingkungan, Layanan Logistik KAI Daop 4 Semarang

7 Nov 2024

Apakah Pasangan dengan Love Language Berbeda Bisa Langgeng?

7 Nov 2024

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024