BerandaKulinary
Rabu, 11 Feb 2020 11:47

Sejarah Soto, Makanan Berkuah yang Lekat dengan Masyarakat Kelas Bawah

Sejarah Soto, Makanan Berkuah yang Lekat dengan Masyarakat Kelas Bawah

Pada zaman dulu, soto dianggap makanan kelas bawah. (Wonderfulimage)

Di awal kemunculannya, soto dianggap sebagai makanan kelas bawah. Mengapa begitu?

Inibaru.id – Soto menjadi salah satu masakan khas Indonesia yang mungkin bisa kamu temukan di rumah makan atau restoran kenamaan, dengan harga yang lumayan wah. Namun, kondisi ini sangat berbeda pada awal kemunculan soto pada abad ke-19 di Nusantara.

Kala itu, soto adalah makanan berkuah dengan isian daging atau jeroan. Inilah yang membuat soto dipandang sebelah mata para bangsawan kelas atas di Hindia Belanda. Mereka menganggap soto sebagai makanan yang sangat berlemak dan nggak sehat.

Soto awalnya dijajakan dengan cara dipikul. (Instagram/potretlawas)
Soto awalnya dijajakan dengan cara dipikul. (Instagram/potretlawas)

Oya, perlu kamu tahu, sebelum di-"naturalisasi", masakan ini semula dibawa imigran dari Kanton, Tiongkok, yang datang ke pesisir utara Jawa. Dalam bahasa Hokkian, soto berasal dari kata cau do yang berarti jeroan berempah.

Selain kurang sehat, soto yang dijajakan dengan cara dipikul atau didorong di gerobak juga dianggap nggak higienis. Terlebih, para penjual memasarkannya di pinggir jalan, yang otomatis penuh debu.

Dalam perkembangannya, soto yang awalnya dijajakan secara berkeliling berubah dan dijajakan di warung-warung kecil. (KITLV Leiden)

Alhasil, soto dianggap sebagai makanan kelas bawah. Anggapan itu berkaitan dengan isu higienitas yang sangat diperhatikan kalangan menengah atas pada abad ke-19.

Rudolf Mrazek dalam Engineers of Happy Land (2018) mengatakan, gaya hidup kalangan atas Hindia Belanda terkesan mewah dan super-higienis, bahkan rasisme sering ditunjukkan dalam sajian makanan dari kalangan pribumi.

Soto ayam Lamongan, salah satu jenis soto yang banyak dijual di Indonesia. (Unileversolutions)

Soto mulai diterima banyak kalangan seiring dengan berkembangnya zaman. Dari yang awalnya dipikul dan dijajakan di persimpangan pasar, soto beralih dijajakan di warung-warung kecil, yang kebanyakan dijual nggak jauh dari kawasan pecinan.

Hal ini sesuai penuturan Ary Budiyanto, antropolog asal Universitas Brawijaya Malang. Dia mengatakan, hampir di tiap daerah soto masih dijajakan di sekitar area pecinan, yang bisa dilihat di warung soto legendaris di pelbagai tempat.

Dengan banyak modifikasi, soto pun naik kelas. (Unileversolutions)

Beberapa warung soto yang berada nggak jauh dari pecinan di antaranya Soto Kudus yang ada di Panjunan, Kudus. Lalu, ada Soto Semarang di derah Bangkong, dan Soto Tegal di Senggol.

Pada satu sisi, pamor soto yang naik kelas tentu bagus untuk upaya melestarikan salah satu menu kuliner yang hampir selalu ada di tiap daerah tersebut. Namun, harga yang terlalu mahal juga membuat makanan berkuah itu hanya bisa dinikmati kalangan tertentu saja. Jadi, harus gimana dong? (IB03/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025

Bikin Resah Pengguna Jalan, Truk Sampah Rusak di Kota Semarang Bakal Diperbaiki

12 Apr 2025

Ketika Pekerjaan Nggak Sesuai Dream Job; Bukan Akhir Segalanya!

12 Apr 2025

Lindungi Masyarakat, KKI Cabut Hak Praktik Dokter Tersangka Pelecehan Seksual secara Permanen

12 Apr 2025

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025