BerandaKulinary
Senin, 20 Des 2020 18:00

Rajamangsa, Menu Santapan yang Hanya Boleh Dimakan Raja Jawa Zaman Dulu

Rajamangsa, Menu Santapan yang Hanya Boleh Dimakan Raja Jawa Zaman Dulu

Relief pada kaki Candi Borobudur menunjukkan orang-orang tengah memasak kura-kura. (Historia)

Rajamangsa merupakan hidangan yang hanya boleh dimakan oleh raja dan orang-orang pilihan. Seperti apa santapan istimewa ini?

Inibaru.id - Pada zaman dulu di Jawa, raja mempunyai hak istimewa dalam menyantap daging. Eits, daging ini sangat nggak biasa lo, seperti kambing yang belum keluar ekornya, penyu badawang, babi liar pulih, babi liar matinggantungan, dan anjing yang dikebiri.

Mungkin kamu bakal berpikir kalau makanan-makanan itu sangat menggelikan. “Tapi itu dulu dimakan. Misalnya asu buntungan, anjing yang tak punya buntut. Lalu cacing. Itu dibuat masakan,” kata Lien Dwiari Ratnawati, peminat kuliner, arkeolog, dan kepala Subdirektorat Warisan Budaya Tak Benda Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Nah, makanan-makanan yang nggak biasa dan diperuntukkan khusus raja ini dalam teks kuno disebut rajamangsa.

Rajamangsa terdiri dari dua kata yaitu raja dan mangsa. “Rajamangsa secara harfiah berarti makanan raja, makanan yang khusus disediakan untuk raja,” kata Dwi Cahyono, arkeolog dan pengajar sejarah di Universitas Negeri Malang.

Makanan yang termasuk rajamangsa diperuntukkan bagi penguasa tertinggi kerajaan, baik di kerajaan pusat (maharaja) maupun di kerajaan bawahan (raja).

Catatan Rajamangsa

Istilah rajamangsa ditemukan dalam kitab Purwadigama, Siwasasana, dan transkrip prasasti milik H. Kern (VG VII.32f dan VIIIa). Dia adalah ahli epigrafi Belanda. Dalam tulisannya dia menyebut wangang amangana salwir ning rajamangsa, badawang baning, wedus gunting, asu tugel, karung pulih.

Wedus gunting artinya kambing yang belum keluar ekornya; baning itu penyu, kura-kura; karung itu babi hutan, diberi sebutan karung pulih, kata pulih bisa jadi menunjuk pada babi dikebiri,” kata Dwi.

Dalam transkripsi prasasti milik epigraf lainnya, A.B. Cohen Stuart, dengan kode CSt 7 disebutkan karung mati ring gantungan. Masih ada lagi, Millens, pada kumpulan transkripsi prasasti milik J.L. Brandes terdapat sebutan lain; asu ser.

Karung mati ring gantungan, kata Dwi, mungkin menunjuk pada babi yang ditangkap mati dalam jerat. Asu tugel artinya anjing yang dikebiri atau dengan sebutan asu ser. Kata ser mungkin artinya sama dengan sor, yang berarti dikebiri, yang ditandai dengan memotong ekornya (asu buntung).

Relief ikan di Candi Borobudur, Ikan menjadi makanan kerajaan. (Nusadaily)<br>

Dalam Prasasti Rukam (907 M), Prasasti Sarwwadharmma dari masa Singhasari (1269 M), dan Prasasti Gandhakuti (1043 M), juga disebut makanan yang hanya boleh disantap oleh raja: badawang, wedus gunting, karung pulih, dan asu tugel.

Menukil makalah Arkeolog Universitas Indonesia, Kresno Yulianto Sukardi, yang berjudul, “Sumber Daya Pangan Pada Masyarakat Jawa Kuno: Data Arkeologi-Sejarah Abad IX-X Masehi”, Pertemuan Ilmiah Arkeologi IV, wedus gunting diterjemahkan sebagai kambing muda yang belum keluar ekornya. Sedangkan karung pulih ialah babi hutan aduan.

Ternyata selain raja, ada golongan yang dibolehkan mencicipi hidangan itu lo. Mereka adalah orang-orang yang menerima anugerah (waranugraha) dalam upacara sima.

Pada umumnya, hak untuk memakan hidangan khusus raja itu dikeluarkan sejak masa Mpu Sindok hingga masa Kerajaan Majapahit. Begitu yang ditulis Arkeolog Supratikno Rahardjo dalam Peradaban Jawa.

“Anugerah berupa hak istimewa, dia dan keluarganya diperkenankan untuk menyantap menu khusus raja itu,” kata Dwi.

Hm, kira-kira kamu doyan nggak nih, Millens? (His/IB21/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025

Bikin Resah Pengguna Jalan, Truk Sampah Rusak di Kota Semarang Bakal Diperbaiki

12 Apr 2025

Ketika Pekerjaan Nggak Sesuai Dream Job; Bukan Akhir Segalanya!

12 Apr 2025

Lindungi Masyarakat, KKI Cabut Hak Praktik Dokter Tersangka Pelecehan Seksual secara Permanen

12 Apr 2025

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025

Antrean Panjang Fenomena 'War' Emas; Fomo atau Memang Melek Investasi?

14 Apr 2025

Tentang Mbah Alian, Inspirasi Nama Kecamatan Ngaliyan di Kota Semarang

14 Apr 2025

Mengenal Oman, Negeri Kaya Tanpa Gedung Pencakar Angkasa

14 Apr 2025

Farikha Sukrotun, Wasit Internasional Bulu Tangkis yang Berawal dari Kasir Toko Bangunan Kudus

14 Apr 2025

Haruskah Tetap Bekerja saat Masalah Pribadi Mengganggu Mood?

14 Apr 2025

Grebeg Getuk 2025 Sukses Meriahkan Hari Jadi ke-1.119 Kota Magelang

14 Apr 2025

Tradisi Bawa Kopi dan Santan dalam Pendakian Gunung Sumbing, Untuk Apa?

15 Apr 2025

Keindahan yang Menakutkan, Salju Turun saat Sakura Mekar di Korea Selatan

15 Apr 2025