BerandaInspirasi Indonesia
Senin, 7 Mar 2021 08:00

Fly To Sky, Perkumpulan Penyuka Parkour di Kota Semarang

Fly To Sky, Perkumpulan Penyuka Parkour di Kota Semarang

Komunitas Fly To Sky di Tri Lomba Juang. (Inibaru.id/ Audrian F)

Olahraga ini menampilkan orang-orang yang piawai melompati gedung satu ke gedung lainnya. Yap, namanya parkour. Di Kota Semarang ada komunitasnya lo, namanya Fly To Sky.<br>

Inibaru.id - Kalau lihat olahraga ini, saya jadi teringat film “District 13”. Film ini bercerita tentang seseorang yang punya keterampilan melompati sebuah bangunan atau gedung dengan lihainya. Namanya adalah “parkour”.

Sebagaimana cerita di film itu, menurut saya parkour sungguh keren. Apalagi di Instagram sering ada parkour profesional yang melompat dari satu gedung ke gedung lainnya dengan sudut pandang kamera yang diletakkan di kepalanya. Wiih, mengagumkan banget nggak sih?

Saya sebetulnya sempat pengin mencoba, tapi lihat ketinggian saja kaki dan telapak tangan saya sudah berkeringat semua. Jadi, dengan segala kesadaran diri, saya nonton saja. Hehehe.

Nah, di Semarang ada komunitas parkour, namanya adalah “Fly To Sky”. Saya sempat mampir ke latihan rutinnya yang bertempat di Tri Lomba Juang Semarang. Hm, jujur saya agak kecewa sih awalnya. Saya kira komunitas ini bakal lompat-lompat di gedung begitu tapi ternyata hanya di dalam ruangan.

“Ini kalau nggak pandemi kami sudah bikin kegiatan di luar ruangan,” ujar Aldi, ketua Fly To Sky pada Minggu (21/2/2020).

Karena alasan itu ya sudah saya memaklumi saja. Namun apa yang mereka tunjukkan di ruangan ini juga nggak kalah keren kok. Di sini mereka hendak lebih mengasah gerakan-gerakan dasar. Jadi ketika beneran mencoba di ruangan publik beneran nanti, mereka bakal semakin terampil.

Nah, Fly To Sky ini kata Aldi terbentuk pada 2009. Seperti yang saya bilang di awal tadi, terbentuknya Fly To Sky juga nggak lepas dari pengaruh film-film parkour. Mereka mengaku terinspirasi film Yamakasi (2001). O ya, sebelum Fly To Sky, ada kelompok-kelompok kecil pencinta parkour yang lebih dulu mentas di Semarang.

“Sebelumnya itu misalnya kayak Free Run Semarang, Semarang Parkours, terus dari Unika itu ada juga. Cuma mereka buat senang-senang saja. Jadi sistematis dan tertata ya semenjak ada Fly To Sky ini,” terang Aldi.

Awalnya Belajar dari Youtube

Sebagai pelopor, mereka tentu nggak punya banyak mentor. Namun besarnya keinginan mengalahkan kedangkalan teknik mereka. Untungnya di tahun-tahun itu Youtube sudah "membumi". Dari platform inilah mereka belajar, Millens.

“Guru kami ya Youtube,” ujarnya.

Keinginan untuk melakukan parkour tadi nggak main-main. Bukanya ngeri seperti saya karena melihat ketinggian, orang-orang ini justru makin semangat dan terinspirasi.

Lompat ke sana ke mari di ketinggian tentu berisiko. Generasi awal Fly To Sky merasakan betul risiko ini. Beberapa mengalami cidera hingga patah tulang.

Aksi akrobatik. (Inibaru.id/ Audrian F)<br>

“Namun setelah mengalami berbagai macam cedera kami tahu patokannya. Jadi untuk generasi selanjutnya kami bisa jadi mentor," tambah Aldi.

Setahun setelah terbentuk, Fly To Sky langsung punya banyak peminat. Saat itu memang kebetulan film-film parkour sedang hangat. Olahraga ini pun jadi ikut populer.

Di tahun-tahun itu pula nama Fly To Sky beneran ‘fly’. Banyak event yang mengundang mereka untuk unjuk kebolehan. Jangan salah ya, meskipun identik dengan arena gedung atau ruang publik, namun parkour ini bisa jadi ajang pertunjukan juga lo.

“Ya karena jadi perform, arenanya dibikin sendiri pakai properti. Pertunjukannya lebih akrobatik,” jelas Aldi.

Parkour Juga untuk Perempuan

Nggak hanya kaum adam saja yang suka parkour, perempuan-perempuan Semarang juga ikut gabung dengan olahraga ekstrem ini. Bahkan, dengan keikutsertaannya, Kota Semarang pernah jadi satu-satunya kota yang punya partisipan perempuan.

Pipi ANF, salah seorang perempuan generasi lama di Fly To Sky mengungkapkan pengalamannya selama mendalami parkour. Menurutnya khusus untuk perempuan, gerakannya nggak seakrobatik laki-laki. Lebih ke yang dasar dan ringan-ringan.

Latihan di dalam ruangan karena masih pandemi. (Inibaru.id/ Audrian F)

“Tapi sekarang sudah nggak ada. Saya pun juga nggak begitu aktif karena kerja,” ujar Pipi yang juga pernah jadi instruktur parkour perempuan.

Saat ini eksistensi parkour mungkin nggak setenar dulu. Saat populer dulu, banyak kelompok parkour kecil di beberapa wilayah Semarang. Sekarang, sudah nggak lagi. Bisa dibilang Fly To Sky merupakan induk bagi kelompok-kelompok kecil tersebut.

Meskipun induk, anggota mereka nggak menentu. Ketika latihan rutin, anggota yang datang paling banyak 10 orang. Usinya pun beragam, dari remaja sampai dewasa 30-an tahun.

Kalau tertarik mempelajari parkour, kamu bisa gabung dengan Fly To Sky, Millens. Masih malu-malu? Kepoin dulu saja Instagramnya di @parkoursemarang. (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Seniman Penuh Talenta Berumur Panjang Itu Kini Berpulang; Titiek Puspa Namanya!

11 Apr 2025

Sejarah Getuk Goreng Sokaraja; Tercipta karena Nggak Disengaja

11 Apr 2025

Kabar Lelayu: Pemilik Lekker Paimo Semarang Meninggal Dunia

11 Apr 2025

Prosesi Buka Luwur Makam Ratu Kalinyamat Diiringi Lantunan Doa untuk Kemajuan Jepara

11 Apr 2025

Mengapa Manusia Terobsesi Umur Panjang? Antara Takut Mati dan Cinta Hidup

11 Apr 2025

Sesaji Rewanda; Ketika Para Monyet Goa Kreo Juga Diberi 'Angpao' saat Lebaran

11 Apr 2025

Dua Manusia Kloning yang Saling Bekerja Sama dalam 'Mickey 17'

11 Apr 2025

BMKG: Seminggu ke Depan, Ada Potensi Hujan Lebat dan Angin Kencang di Indonesia

11 Apr 2025

Ihwal Mula Kampung Larangan di Sukoharjo, 'Zona Merah' yang Pantang Dimasuki Bumiputra

12 Apr 2025

Lagu "You'll be in My Heart" Viral; Mengapa Baru Sekarang?

12 Apr 2025

Demi Keamanan Data Pribadi, Menkomdigi Sarankan Pengguna Ponsel Beralih ke eSIM

12 Apr 2025

Bikin Resah Pengguna Jalan, Truk Sampah Rusak di Kota Semarang Bakal Diperbaiki

12 Apr 2025

Ketika Pekerjaan Nggak Sesuai Dream Job; Bukan Akhir Segalanya!

12 Apr 2025

Lindungi Masyarakat, KKI Cabut Hak Praktik Dokter Tersangka Pelecehan Seksual secara Permanen

12 Apr 2025

Mengenal Getuk Kethek, Apakah Terkait dengan Monyet?

13 Apr 2025

Di Balik Mitos Suami Nggak Boleh Membunuh Hewan saat Istri sedang Hamil

13 Apr 2025

Kisah Kampung Laut di Cilacap; Dulu Permukiman Prajurit Mataram

13 Apr 2025

Mengapa Manusia Takut Ular?

13 Apr 2025

Nilai Tukar Rupiah Lebih Tinggi, Kita Bisa Liburan Murah di Negara-Negara Ini

13 Apr 2025

Perlu Nggak sih Matikan AC Sebelum Matikan Mesin Mobil?

14 Apr 2025