BerandaIndie Mania
Sabtu, 29 Jan 2021 15:23

Pandemi, Pembuat Film Indie Semarang Pamer Karya Lewat Zoom

Acara “Julat Film Indie Indonesia di Kota Semarang”. (Dok. Panitia)

Pandemi memang membatasi banyak hal termasuk kegiatan kolektif para pencinta film. Maka dari itu, mau nggak mau mereka bikin acara lewat daring. Akhirnya terciptalah acara nobar dan diskusi film via zoom yang bertajuk “Julat Film Indie Indonesia di Kota Semarang”.

Inibaru.id - Para penggila dan pegiat film mungkin nggak akan nyangka jika kegiatannya dalam berkolektif bakal berpindah platform lewat zoom. Hal itu mungkin seperti yang terlihat pada acara screening film yang bertajuk “Julat Film Indie Indonesia di Kota Semarang”.

Acara yang diselenggarakan oleh Praya.id ini bekerja sama dengan JAHPD Office sebagai rumah produksi film yang berbasis di Semarang. Nggak ada layar atau dinding putih sebagai penampil film seperti acara-acara nobar sebelumnya. Yang ada hanya suara moderator, film pilihan yang sesekali diputar, dan seliweran pertanyaan di kolom chat muncul. Seperti itulah gambaran acara ini.

Film-film yang diputar itu merupakan bikinan anak Semarang yang mendapat prestasi di beberapa ajang. Acara ini juga terlaksana berkat Sinecovi sebagai kelompok yang fokus pada bidang ekshibis dan apresiasi film di Kota Semarang.

Film The Secret Club Of Sinners. (Dok. Panitia)<br>

Distributor JAPHD Office, Petrus mengungkapkan alasan diadakannya acara ini. Menurutnya film indi di Kota Semarang sedang berkembang pesat. Hal itu dibuktikan dengan jumlah produksi film pendek. Jumlah penontonnya pun meningkat.

“Ada acara ini juga agar masyarakat, khususnya di Semarang, menonton film pendek sebagai pilihan tontonan alternatif,” ujarnya pada Rabu (27/1/2021).

Ada 3 film yang ditayangkan, yakni berjudul Berlabuh, The Secret Club Of Sinners, dan Terciduk. Dua judul pertama merupakan bikinan Haris Yuliyanto dan yang terakhir milik Alan Dharmasaputra Wijaya.

Pemutaran pertama adalah Berlabuh. Film ini menceritakan tentang kisah hidup seorang awak kapal. Isinya tentang bagaimana mereka menjalani kehidupan, suka-duka, dan perjuangan untuk membahagiakan orang tua.

Berlabuh berhasil masuk dalam Official Selection Indonesia Film Splash di JOGJA-NETPAC ASIAN FILM FESTIVAL 2020 (JAFF 2020). Film ini bisa dibilang dekat dengan kehidupan Haris Yulianto yang punya bapak seorang pelaut.

“Itulah yang mendasari saya untuk membuat film ini,” ungkap Haris.

Film kedua yakni The Secret Club Of Sinners, bercerita tentang seorang warga rusunawa yang sedang kesulitan ekonomi karena terdampak pandemi. Dia berusaha survive namun cara yang ditempuh kurang sportif. Ditampilkan juga fragmen-fragmen yang menandakan kalau masyarakat Indonesia kelas terkecil pun rentan melakukan korupsi.

Nah, dari sedikit ringkasan cerita tadi, film ini masuk ke dalam 10 Besar Kompetisi Ide Cerita dalam Anti Corruption Film Festival 2020. Film ini memotret praktik korupsi yang terpaksa dilakukan oleh masyarakat kelas bawah sebagai kritik atas kerja pemerintah.

Film animasi Terciduk. (Dok. Panitia)<br>

Harapan Baru Perfilman Semarang

Sementara untuk film terakhir yakni Terciduk merupakan partisipan pada ajang yang sama dengan The Secret Club Of Sinners. Bedanya film ini menggunakan konsep animasi dan masuk ke dalam BEST ACFEST MOVIE AWARD kategori Animasi.

Alan Dharmasaputra Wijaya menuturkan jika membuat film animasi nggak mudah. Lebih membutuhkan proses yang lama sekalipun idenya sederhana. Film ini bercerita tentang sekelompok penjahat dengan berbagai karakter hendak merampok sebuah kantor.

Alan kemudian juga menjelaskan pembuatan film ini. Dia memulai dengan membuat sketsa yang menyesuaikan naskah cerita. Lalu dengan menggunakan berbagai aplikasi untuk menggerakkan sketsa.

Selain karena sudah terbiasa dan background saya adalah ilustrator, jadi lebih menarik buat saya untuk mengeksplore di bidang animasi,” jelas Alan. Karya Alan ini dinilai juga membuat dunia perfilman Kota Semarang menjadi lebih variatif.

Terselenggaranya acara ini menjadi awal yang baik untuk pertumbuhan dunia perfilman independen di Kota Semarang serta membangun ekosistem perfilman yang ideal. Menutup diskusi Haris Yulianto memanjatkan harapan agar temperatur perfilman Semarang terus hangat.

“Semoga acara ini dapat membangkitkan semangat para pembuat film independen yang ada di Kota Semarang”, pungkasnya.

Semoga harapan Haris terwujud ya, Millens. Buat kamu yang gabut mau ngapain, nonton film pendek saja! (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Jokowi dalam Jajaran Tokoh Terkorup di Dunia

1 Jan 2025

Menko Pangan Zulhas: 2025, Bulog akan Serap Hasil Pertanian Indonesia

1 Jan 2025

Untuk Perikanan Jateng, Menteri KKP Revitalisasi Tambak di Pantura Jawa

1 Jan 2025

Tahun Baru 2025, Begini Tantangan Berat Pers di Masa Depan Menurut Dewan Pers

1 Jan 2025

Tentang Dua Film 'Last Letter' yang Digarap Seorang Sutradara

1 Jan 2025

Libur Sekolah Selama Ramadan 2025; Mendikdasmen: Belum Jadi Keputusan

1 Jan 2025

AQ, Faktor Penting Penentu Kesuksesan Selain IQ

1 Jan 2025

Pemerintah Revisi Aturan PPN 12 Persen, Apa yang Terjadi?

1 Jan 2025

Kata Guru dan Orang Tua Siswa tentang Rencana UN yang Akan Diadakan Kembali

2 Jan 2025

Ttangkkeut, Tempat Warga Korea Melihat Matahari Terbit Pertama di Awal Tahun

2 Jan 2025

YOLO; Filosofi Hidup Sekali yang Memacu Kebahagiaan Plus Risiko

2 Jan 2025

Ada Sampah di Planet Mars, Arkeolog: Jangan Dibuang tapi Dilestarikan!

2 Jan 2025

Hari Pertama 2025: KAI Daop 4 Semarang Berangkatkan 25 Ribu Penumpang, Paling Banyak di Stasiun Tawang

2 Jan 2025

Memagari Kicau Merdu Burung Pleci di Pegunungan Muria

2 Jan 2025

Waktu Terbaik Mengunjungi Kebun Buah Mangunan Yogyakarta

2 Jan 2025

MK Hapus Presidential Threshold, Apa Dampak bagi Demokrasi Indonesia?

3 Jan 2025

Dampak Perkebunan Kelapa Sawit bagi Air dan Udara, Baik atau Buruk?

3 Jan 2025

Kemalasan Nobita, Antitesis Masyarakat Jepang dengan Tradisi Tahun Baru

3 Jan 2025

Pastikan Resolusi Tahun Barumu Bebas FOMO!

3 Jan 2025

Seperti Apa Mekanisme Tilang dengan Sistem Poin di SIM yang Berlaku Mulai 2025?

3 Jan 2025