Nah, karena dikenal sebagai jajanan tradisional yang digemari
warga Pekalongan dan sekitarnya, sejak lebih dari 20 tahun silam, warga
Kelurahan Pekajangan Gang 20, Kecamatan Kedungwungi Kabupaten Pekalongan, menjadikan
gebral sebagai bagian dari tradisi lebaran bernama Gunungan Gebral Syawalan.

Dari namanya saja, kita sudah tahu kalau tradisi ini digelar
saat Syawalan alias H+7 Idulfitri. Tapi, proses persiapan tradisi ini bahkan
sudah dilakukan sejak beberapa hari sebelum lebaran, lo! Ini dilakukan karena nantinya gunungan gebral ini bakal berukuran
raksasa, bisa sampai setinggi 2-3 meter, lo!

Karena jumlah gebral yang dibuat cukup banyak, jangan heran
kalau singkong yang disiapkan bisa sampai lebih dari 100 kilogram, gula jawa
yang dipakai mencapai 5 kilogram, gula pasir mencapai 10 kilogram, hingga lebih
dari 50 butir buah kelapa. Seperti mempersiapkan pesta besar, ya?

Yang pasti, gebral-gebral yang akan dijadikan gunungan ini
nantinya akan diberi pewarna makanan agar lebih menarik. Makanya, di
gunungannya, kamu bisa melihat gebral berwarna cokelat, hijau, merah, biru,
atau kuning.

Setelah gunungan gebral jadi, warga biasanya mulai mengaraknya
sejak pukul 08.00 WIB bersamaan dengan agenda jalan sehat. Setelah itu, pada
pukul 11.00 WIB, proses pemotongan gunungan dilakukan. Gebral pun kemudian
diperebutkan oleh warga. Setelah puas mendapatkan gebral, warga masih bisa
mencicipi sejumlah jajanan yang juga disediakan di Pekajangan.

“Tradisi ini penuh dengan nilai kebaikan dan kebersamaan
bagi warga dalam memperingati Syawalan,” ungkap mantan Bupati Pekalongan Asip
Kholbihi saat ikut serta dalam tradisi ini pada 21 Juni 2018.

Seru banget ya tradisi Gunungan Gebral Syawalan di
Pekalongan ini. Kalau kebetulan ada di sana, coba deh menontonnya langsung Siapa tahu bisa mendapatkan gebral yang lezat juga kan?&nbsp;(Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Warga Pekalongan dan sekitarnya pasti akrab
dengan jajanan tradisional dari singkong bernama gebral. Selain mudah ditemukan
di pasar tradisional atau penjual aneka jajanan, gebral juga hadir dalam bentuk
tradisi lebaran benama Gunungan Gebral Syawalan.

Buat kamu yang belum tahu, gebral terbuat dari singkong yang
diberi tambahan parutan kelapa dan gula merah. Kombinasi ketiga bahan ini
membuat gebral memiliki rasa manis dan gurih yang bikin nagih.

Digelar pada H+7 Lebaran, tradisi gunungan gebral syawalan bikin meriah suasana Lebaran Ketupat di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah,

Gunungan Gebral Syawalan Bikin Meriah Lebaran di Pekalongan

Menurut cerita yang beredar, Batu Bleneng telah ada sejak zaman dahulu dan memiliki peran penting dalam keseimbangan alam. Batu ini diyakini digunakan untuk menutup sebuah mata air raksasa yang terus menyembur tanpa henti, mengancam pemukiman di sekitarnya. 

Kepercayaan lain menyebutkan bahwa batu ini menjadi tempat semedi para leluhur, menambah kesan magis yang menyelimutinya.

Konon, setiap usaha untuk memindahkan batu ini selalu gagal dan berujung pada kejadian aneh atau malapetaka. Selain itu, batu Bleneng dipercaya memiliki energi spiritual yang kuat, sehingga banyak orang menganggapnya sebagai tempat yang sakral.&nbsp;

Beberapa orang menghubungkan keberadaan batu ini dengan tingginya angka kecelakaan di tol tersebut, meskipun faktor keselamatan jalan dan kelalaian pengemudi lebih masuk akal sebagai penyebab utama.

Di lain sisi, mitos dan kepercayaan seputar Batu Bleneng memang menarik untuk dikaji. Namun, dari perspektif ilmiah, nggak ada bukti yang secara langsung mengaitkan keberadaan batu ini dengan kecelakaan yang terjadi. Sepertinya, faktor kelelahan pengemudi, kondisi jalan, serta aspek teknis kendaraan lebih berpengaruh terhadap keselamatan berkendara dibanding unsur mistis.

Meski begitu, kepercayaan terhadap Batu Bleneng tetap menjadi bagian dari kearifan lokal yang diwariskan secara turun-temurun. Bagi sebagian orang, mitos ini bukan sekadar cerita, melainkan bagian dari sejarah dan identitas budaya yang perlu dihormati.

Batu Bleneng di Tol Cipali adalah salah satu fenomena unik yang menggabungkan sejarah, mitos, dan kepercayaan masyarakat. Terlepas dari benar atau tidaknya cerita mistis yang menyelimutinya, keberadaan batu ini tetap menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka yang melintasi jalan tol tersebut. 

Apakah Batu Bleneng memang memiliki kekuatan gaib, atau hanya sekadar batu biasa yang dilingkupi legenda? Jawabannya kembali pada kepercayaan masing-masing individu. Kalau kamu percaya nggak, Millens? (Siti Zumrokhatun/E05)

Inibaru.id - Di tengah hiruk-pikuk Tol Cikopo-Palimanan (Cipali), terdapat sebuah batu besar yang menyimpan berbagai kisah mistis. Batu Bleneng, demikian masyarakat setempat menyebutnya, diyakini memiliki aura gaib dan nggak dapat dipindahkan. Keberadaannya di Kilometer 182 kerap dikaitkan dengan mitos yang berkembang turun-temurun.

Tol Cipali merupakan bagian dari Tol Trans Jawa yang menghubungkan Cikopo, Purwakarta, hingga Palimanan, Cirebon. Meski baru diresmikan pada 2015, tol ini telah menjadi saksi banyak peristiwa, termasuk kecelakaan yang kerap dikaitkan dengan hal-hal mistis. Salah satu cerita yang paling terkenal adalah tentang Batu Bleneng yang berdiri kokoh di tepi jalan tol.

Konon, semua cara yang digunakan untuk memindahkan batu ini berakhir dengan kegagalan

Kisah Batu Bleneng di Tol Cipali yang Misterius

Lalu, apakah kimchi bisa
memberikan manfaat kesehatan bagi kulit? Jawabannya, benar! Karena kaya probiotik, sudah banyak penelitian yang menyebut
kimchi sebagai salah satu makanan yang paling sehat di dunia.

Selain bikin
pencernaan jadi lebih sehat, kandungan di dalam kimchi yang kaya akan vitamin
serta antioksidan juga bisa bikin sistem kekebalan tubuh lebih baik.
Artinya, makan kimchi memang bisa bikin kita jadi nggak mudah jatuh sakit.

Namun, apakah rutin makan kimchi bisa bikin kulit
glowing dan nggak jerawatan? Kalau ini, belum ada penelitian yang membuktikannya.
Meski begitu, ahli kesehatan membenarkan kemungkinan bahwa rutin makan kimchi bisa membantu kulit lebih sehat.

Fakta bahwa rutin makan kimchi bisa membantu kulit lebih sehat sempat diungkapkan ahli kulit dr Ruri Diah Pamela SpKK. Alasannya, kimchi kaya akan nutrisi sehat seperti probiotik
alias bakteri baik layaknya Lactobacilllus yang punya kemampuan unik berupa
menjaga keseimbangan mikrobioma pada usus.

Selama mikrobioma usus terjaga, peradangan pada tubuh bisa dicegah. Perlu kamu tahu, peradangan-peradangan pada tubuh adalah kondisi yang memicu munculnya jerawat pada wajah.

“Kimchi juga kaya antioksidan dan vitamin C yang baik untuk
kulit dan mampu melawan radikal bebas penyebab penuaan dini atau kulit kusam,”
ungkap dr Ruri sebagaimana dikutip dari Detik, Kamis (13/3/2025).

Meski baik untuk kesehatan kulit, bukan berarti hanya dengan
makan kimchi masalah kulit seperti jerawat bakal otomatis kelar. Mencegah kemunculan jerawat hanya bisa dilakukan dengan menerapkan pola makan dan gaya hidup yang lebih sehat
secara keseluruhan demi mendapatkan manfaat tersebut.

Namun begitu, nggak ada salahnya untuk sering-sering mengonsumsi kimchi. Kamu suka
makan kimchi juga, Millens? (Arie Widodo/E10)

Inibaru.id – Kamu gemar mengonsumsi makanan khas
Korea, Millens? Kalau iya, pasti nggak asing dengan kimchi, bukan?
Sayuran fermentasi dengan rasa asam ini memang hampir selalu hadir di setiap menu kuliner di Negeri Gingseng.

Selain rasanya yang unik, banyak orang suka makan kimchi
karena konon bisa bikin kulit glowing. Bahkan, beberapa saat lalu, di media
sosial X, ada warganet yang mengaku kulitnya jadi nggak jerawatan lagi
setelah rutin makan kimchi selama enam bulan.

Di media sosial X, muncul narasi yang menyebut rutin makan kimchi bisa bikin kulit glowing. Beneran nggak, ya?

Benarkah Rutin Makan Kimchi Bikin Kulit Glowing?

Nah, agar semangat tetap terjaga dan nggak kehilangan spirit Ramadan, sebagai umat muslim, kita sejatinya bisa belajar dari sosok inspiratif dalam sejarah Islam, yaitu Umar bin Khattab.

Umar adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW dan khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar As-Siddiq. Khalifah yang berkuasa pada 634-644 ini dikenal karena ketegasan, kedisiplinan, dan komitmennya dalam menjalankan ajaran Islam.

Khalifah Umar bin Khattab hidup sekitar pertengahan abad ke-6. Sosoknya tinggi dan kuat serta piawai menunggang kuda dan bergulat. Semasa muda, dia memang dikenal sebagai pegulat tangguh yang sangat disegani kaumnya.

Kemampuan orasi Umar juga luar biasa, membuatnya acap diminta mewakili sukunya saat menghadapi konflik dengan suku lain di Arab. Kemampuan itu terus diasahnya setelah masuk Islam dan menjabat sebagai khalifah. Umar sangat disegani negara lain dan kepemimpinannya menjadi salah satu kekuatan besar di Timur Tengah.

Sosok yang semasa hidup dikenal dengan kesederhanaannya ini diberi julukan oleh Nabi Muhammad SAW sebagai Al-Faruq atau orang yang bisa memisahkan antara kebenaran dan kebatilan.

Kematian sosok yang dijanjikan surga kepadanya ini adalah duka bagi umat Islam di seluruh dunia hingga sekarang.

Tiga Cara Menjaga Spirit Ramadan ala Umar

Menjadikan Umar bin Khattab sebagai anutan bukanlah sebuah kesalahan, karena bisa memotivasi kita untuk menjaga konsistensi dalam beribadah. Berikut adalah tiga cara menjaga spirit Ramadan dengan mengambil inspirasi dari kepemimpinan sang Khalifah kedua tersebut.

1. Menjaga konsistensi ibadah seperti kedisiplinan Umar

Salah satu sifat utama Umar bin Khattab adalah disiplinnya dalam beribadah. Dia selalu menjaga salat tepat waktu dan nggak membiarkan dirinya terlena dalam kenyamanan dunia.

Setelah Ramadan, kita bisa meneladani Umar dengan tetap menjaga konsistensi ibadah yang telah terbiasa selama sebulan penuh, seperti:

Ramadan bukan hanya tentang beribadah selama satu bulan, tetapi latihan untuk menjadi lebih baik sepanjang tahun. Seperti Umar yang tetap teguh dalam keimanannya setelah masuk Islam, kita pun harus tetap teguh dalam ibadah meskipun Ramadan telah berlalu.

2. Mengendalikan diri seperti Umar setelah menjadi pemimpin

Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin yang tegas, tetapi juga mampu mengendalikan emosinya. Ketika seseorang mengkritiknya, dia nggak marah, justru menjadikannya sebagai pelajaran.

Ramadan mengajarkan kita untuk mengendalikan hawa nafsu dan emosi. Maka, setelah Idulfitri, kita harus tetap menjaga sikap ini, dengan cara:

Sebagaimana Umar yang mengendalikan dirinya dalam menghadapi kritik dan ujian, kita pun bisa menerapkan pengendalian diri yang kita latih selama Ramadan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Memperkuat kepedulian seperti kedekatan Umar dengan rakyat

Sebelum mendirikan Baitul Mal, Umar&nbsp;bin Khattab memilih tinggal di rumah lumpur sederhana di dekat kaum marjinal agar lebih mengenal rakyatnya. Untuk memastikan kesejahteraan rakyatnya, selama menjadi khalifah dia&nbsp;juga sering menyamar pada malam hari untuk menyelinap di antara mereka.

Ramadan seharusnya berhasil membentuk kita menjadi sosok yang seperti Umar yang peduli terhadap sesama, bahkan merelakan sebagian besar hartanya untuk rakyat dan menegakkan agama.

Setelah Idulfitri, kita bisa mempertahankan kebiasaan baik ini dengan:

Sebagaimana Umar yang tidak berhenti membantu rakyatnya, kita pun bisa menjadikan Ramadan sebagai titik awal untuk terus berbagi kebaikan pada hari-hari ke depan.

Spirit Ramadan bisa terus hidup dalam keseharian jika kita mau berpikir bahwa bulan suci itu bukanlah semata momen sesaat, tapi bagian dari perjalanan spiritual yang berkelanjutan. Maka, tujuannya bukanlah menjadi bersih, tapi bertahan dalam kebersihan itu. Sepakat, Millens? (Siti Khatijah/E07)

Inibaru.id - Ramadan disebut sebagai Bulan Suci, salah satunya karena pada bulan tersebut kita seperti yang "kotor" pada bulan-bulan sebelumnya direndam, dikucek, lalu dibilas agar menjadi pribadi yang bersih saat merayakan kemenangan Hari Raya Idulfitri.

Setelah bersih, tentunya kita nggak pengin kotor-kotor lagi dong? Kita berharap menjadi pribadi baru yang lebih baik dengan semangat menggebu dalam beribadah, disiplin waktu, dan kebiasaan baik lainnya. Sayangnya, acap kali semangat itu mengendur setelah kita kembali ke rutinitas lama.

Idulfitri bukanlah momen untuk melupakan Ramadan yang telah berlalu, tapi menjadikannya patokan akan seperti apa kita selanjutnya.

3 Cara Menjaga Spirit Ramadan setelah Idulfitri: Belajar dari Umar bin Khattab

Sindrom metabolik adalah kumpulan kondisi yang mencakup tekanan dan gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh di sekitar pinggang, dan kadar kolesterol atau trigliserida yang nggak normal, yang semuanya meningkatkan risiko penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2.

Selain itu, kebiasaan makan sendirian juga dikaitkan dengan peningkatan risiko depresi. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Age and Ageing meneliti sekitar 35.000 pria dan wanita mengenai kebiasaan makan mereka melansir Kumparan (15/11/2021).

Hasilnya menunjukkan bahwa mereka yang sering makan sendiri, terutama laki-laki, lebih berisiko mengalami depresi. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurangnya interaksi sosial dan perasaan kesepian yang muncul saat makan tanpa ditemani.

Penelitian lain yang dipublikasikan dalam jurnal Menopause&nbsp;mengutip Suara (10/12/2021) menunjukkan bahwa perempuan yang terbiasa makan sendiri memiliki risiko 2,58 kali lebih tinggi mengalami angina, yaitu gejala penyakit arteri koroner yang melibatkan berkurangnya aliran darah ke jantung.

Selain itu, mereka cenderung kurang memperhatikan asupan nutrisi seperti kalori, serat, dan karbohidrat, yang dapat berdampak negatif pada kesehatan jantung.

Kebiasaan makan sendirian dapat membawa dampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental, termasuk peningkatan risiko obesitas, sindrom metabolik, depresi, dan masalah jantung.

Oleh karena itu, disarankan untuk meningkatkan interaksi sosial saat makan, seperti makan bersama keluarga atau teman, untuk mendukung kesehatan secara keseluruhan. Ternyata hal yang kita anggap sepele punya efek kesehatan yang cukup serius ya?

Kalau kamu suka cari teman nggak waktu makan, Millens? (Siti Zumrokhatun/E10)

Inibaru.id -&nbsp;Siapa sangka jika kebiasaan makan sendirian bukan hanya memengaruhi aspek sosial seseorang, tetapi juga berdampak signifikan pada kesehatan fisik dan mental?

Yap, menurut Klikdokter (26/5/2020) berbagai penelitian menunjukkan bahwa sering makan sendiri dapat meningkatkan risiko sejumlah masalah kesehatan

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam Obesity Research and Clinical Practice menemukan bahwa individu yang sering makan sendirian mengalami peningkatan risiko obesitas hingga 45 persen dan sindrom metabolik hingga 64 persen.

Kerap makan sendirian bisa membuatmu terkena gangguan kesehatan.

Sering Makan Sendiri Berpotensi Pengaruhi Kesehatan Fisik dan Mental

Distributor
JAPHD Office, Petrus mengungkapkan alasan diadakannya acara ini. Menurutnya
film indi di Kota Semarang sedang berkembang pesat. Hal itu dibuktikan dengan
jumlah produksi film pendek. Jumlah penontonnya pun meningkat.

“Ada
acara ini juga agar masyarakat, khususnya di
Semarang, menonton film pendek sebagai pilihan tontonan alternatif,” ujarnya
pada Rabu (27/1/2021).

Ada 3 film yang ditayangkan,
yakni berjudul Berlabuh, The Secret Club
Of Sinners,&nbsp;dan Terciduk. Dua judul
pertama merupakan bikinan Haris Yuliyanto dan yang terakhir milik Alan
Dharmasaputra Wijaya.

Pemutaran pertama adalah Berlabuh. Film ini menceritakan tentang kisah
hidup seorang awak kapal. Isinya tentang bagaimana mereka menjalani kehidupan, suka-duka, dan perjuangan untuk membahagiakan orang tua.

Berlabuh berhasil
masuk dalam Official Selection&nbsp; Indonesia
Film Splash di JOGJA-NETPAC ASIAN FILM FESTIVAL 2020 (JAFF 2020). Film ini bisa
dibilang dekat dengan kehidupan Haris Yulianto yang punya bapak seorang pelaut.

“Itulah yang mendasari saya untuk
membuat film ini,” ungkap Haris.&nbsp;

Film kedua yakni The Secret Club Of Sinners, bercerita tentang seorang warga
rusunawa yang sedang kesulitan ekonomi karena terdampak pandemi. Dia berusaha survive namun cara yang ditempuh kurang
sportif. Ditampilkan juga fragmen-fragmen yang menandakan kalau masyarakat
Indonesia kelas terkecil pun rentan melakukan korupsi.

Nah,
dari sedikit ringkasan cerita tadi, film ini masuk ke dalam 10 Besar Kompetisi Ide Cerita dalam Anti Corruption Film
Festival 2020. Film ini memotret praktik korupsi yang terpaksa dilakukan oleh
masyarakat kelas bawah sebagai kritik atas kerja pemerintah.

Sementara
untuk film terakhir yakni Terciduk merupakan
partisipan pada ajang yang sama dengan The Secret Club Of Sinners. Bedanya film ini menggunakan konsep animasi dan masuk ke
dalam BEST ACFEST MOVIE AWARD kategori Animasi.

Alan Dharmasaputra Wijaya
menuturkan jika membuat film animasi nggak mudah. Lebih membutuhkan proses yang
lama sekalipun idenya sederhana. Film ini bercerita tentang sekelompok penjahat
dengan berbagai karakter hendak merampok sebuah kantor. 

Alan kemudian juga menjelaskan pembuatan
film ini. Dia memulai dengan membuat sketsa yang menyesuaikan naskah cerita.
Lalu dengan menggunakan berbagai aplikasi untuk menggerakkan sketsa.

Selain karena sudah terbiasa dan
background saya adalah ilustrator, jadi lebih menarik buat saya untuk
mengeksplore di bidang animasi,” jelas Alan. Karya Alan ini dinilai juga membuat dunia perfilman Kota
Semarang menjadi lebih variatif.

Terselenggaranya acara ini
menjadi awal yang baik untuk pertumbuhan dunia perfilman independen di Kota
Semarang serta membangun ekosistem perfilman yang ideal. Menutup diskusi Haris
Yulianto memanjatkan harapan agar temperatur
perfilman Semarang terus hangat.

“Semoga acara ini dapat
membangkitkan semangat para pembuat film independen yang ada di Kota Semarang”,
pungkasnya.

Semoga harapan Haris terwujud ya, Millens. Buat kamu yang gabut mau ngapain, nonton film pendek saja! (Audrian F/E05)

Inibaru.id - Para penggila dan pegiat
film mungkin nggak akan nyangka jika kegiatannya dalam berkolektif bakal berpindah
platform lewat zoom. Hal itu mungkin seperti yang terlihat pada acara screening
film yang bertajuk “Julat Film Indie Indonesia di Kota Semarang”.

Acara
yang diselenggarakan oleh Praya.id ini bekerja sama dengan JAHPD Office sebagai
rumah produksi film yang berbasis di Semarang. Nggak ada layar atau dinding
putih sebagai penampil film seperti acara-acara nobar sebelumnya. Yang ada
hanya suara moderator, film pilihan yang sesekali diputar,&nbsp;dan seliweran pertanyaan di kolom chat muncul. Seperti itulah gambaran acara ini.&nbsp;

Film-film yang diputar itu merupakan bikinan anak Semarang yang mendapat prestasi
di beberapa ajang. Acara ini juga terlaksana berkat Sinecovi sebagai kelompok
yang fokus pada bidang ekshibis dan apresiasi film di Kota Semarang.

Pandemi memang membatasi banyak hal termasuk kegiatan kolektif para pencinta film. Maka dari itu, mau nggak mau mereka bikin acara lewat daring. Akhirnya terciptalah acara nobar dan diskusi film via zoom yang bertajuk “Julat Film Indie Indonesia di Kota Semarang”.

Pandemi, Pembuat Film Indie Semarang Pamer Karya Lewat Zoom

Inibaru.id &ndash; Mau nikah tapi masih galau karena belum sepenuhnya yakin? Kalau kamu berada dalam posisi itu, coba deh tenangkan diri sambil pikirkan kembali dengan kepala dingin. Jangan lupa beri sedikit hiburan seperti menonton webseries.
Beberapa webseries lokal punya tema tentang pernikahan yang patut untuk kamu tonton. Kendati disampaikan dengan alur yang ringan, film dengan durasi pendek yang ditayangkan di Youtube itu cukup ngena di hati. Berikut ada rekomendasi empat webseries Indonesia bertema pernikahan buatmu.
Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode
<img class="irc_mi" style="margin-top: 0px;" src="https://cdnx.kincir.com/production/media/2018/oktober/menilik-semangat-yandy-laurens-filmmaker-muda-untuk-perubahan/3-sumpah-pemuda-vip-yandy.jpg" alt="Hasil gambar untuk mengakhiri cinta dalam 3 episode" width="645" height="379" data-iml="1551508274761" />
<code>Dion Wiyoko dan Sheila Dara membintangi webseries Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode. (Kincir)</code>
Kendati berjudul Mengakhiri Cinta dalam 3 Episode, nyatanya webseries ini berjumlah empat episode. Alur ceritanya menarik yakni mengisahkan tentang sepasang kekasih yang sudah menyiapkan sebuah pernikahan. Namun, di akhir cerita, mereka nggak jadi menikah karena tokoh laki-laki yang diperankan Dion Wiyoko mengaku nggak mencintai sang perempuan yang dimainkan Sheila Dara Aisha.
Kejadian seperti itu barangkali sudah sering terjadi di sekililingmu. Namun, sang sutradara Yandy Laurens berhasil mengemas cerita ini secara apik.
Yakin Nikah?
<img src="/nuploads/64/b%20%281%29.jpg" alt="" width="600" height="337" />
<code>Webseries</code><code> Yakin Nikah? diperankan Rama Michael, Westny Dj, dan Ibnu Jamil. (Youtube)</code>
Webseries yang dipersembahkan JBL Indonesia ini seakan menjawab probabilitas buruk kehidupan pascamenikah. Film tersebut mengangkat perjalanan hidup pasangan muda yang baru saja menikah. Namun, keduanya menemui ketidakcocokan setelah menjalani bulan madu karena sifat si istri. Sang suami juga nggak mengomunikasikan secara jelas tentang masalahnya, jadi orang yang nonton webseries ini bakal gemes.
Kenapa Belum Nikah?
<img src="/nuploads/64/hipwee-maxresdefault-2-2-750x422.jpg" alt="" width="600" height="337" />
<code>Webseries ini mengangkat berbagai alasan dari orang yang belum menikah. (Hipwee)</code>
Kalau kamu jengah ditanya "Kapan nikah?", coba deh tonton webseries ini. Kenapa Belum Nikah? mengangkat beragam alasan mengapa seseorang tak kunjung menikah mulai karena trauma diselingkuhi ataupun perbedaan status sosial. Barangkali ada yang sama dengan cerita asmaramu, Millens. He-he.
Berbeda dengan dua webseries sebelumnya yang menyajikan satu cerita utuh, Kenapa Belum Nikah menyajikan banyak cerita dalam 14 episode. Setiap episode mengangkat satu alasan yang melatarbelakangi seseorang belum menikah.
Sore: Istri dari Masa Depan
<img class="irc_mi" style="margin-top: 0px;" src="http://asset-a.grid.id/crop/0x0:0x0/700x465/photo/haifoto/original/69114_dion-widoko-kedatangan-cewek-dari-masa-depan.PNG" alt="Gambar terkait" width="571" height="379" data-iml="1551498908202" />
<code>Webseries </code><code>Sore: Istri dari Masa Depan diperankan secara apik Dion Wiyoko dan Tika Bravani. (Hai.grid)</code>
Jalan cerita dan konsep yang diangkat dalam webseries ini cukup absurd dan terkesan nggak masuk akal. Dalam webseries besutan Yandy Laurens ini, diceritakan seorang lelaki bertemu dengan istrinya di masa depan. Selain mengangkat tema pernikahan, webseries yang berlatar di Italia itu juga menyelipkan ajakan hidup sehat.
Bagi sobat Millens yang masih ragu atau justru pusing dengan pertanyaan-pertanyaan seputar dunia asmara, coba deh sesekali tonton webseries-webseries tersebut. Selamat menonton! (IB23/E04)

Meski durasinya singkat, empat web series bertema pernikahan ini mampu memikat hati penonton. Selain alur dan ide ceritanya yang unik, pesan dan makna kehidupan di dalam web series itu layak kamu renungi.

Intip Liku Liku Pernikahan dalam 4 Webseries Indonesia Ini

Inibaru.id &ndash; Melengkapi euforia Hari Batik Nasional, nggak ada salahnya lo kalau kamu nonton film pendek yang satu ini. Yap, Sekar judulnya. Film berdurasi 30 menit itu disutradarai oleh Kamila Andini.
Sekar berkisah tentang seorang perempuan buta bernama Sekar yang mencintai batik buatan ibunya dengan sepenuh hati. Meski nggak bisa melihat, dia punya cara tersendiri untuk merasakan batik ke dalam jiwanya.
Setiap ibunya membatik dengan canting dan lilin, Sekar selalu mendampingi sembari merasakan aroma lilin, pewarna kain, suara kibaran kain, hingga suara kompor. Semua komponen itu merasuk ke dalam jiwa Sekar.
Kamila Andini mengungkapkan, melalui film itu dia berusaha mengangkat kisah inspiratif seorang perempuan buta yang menunjukkan rasa cintanya pada batik dengan cara sendiri.
<img src="/nuploads/59/20181001-peluncuran-film-pendek-berjudul-sekar_20181001_224001.jpg" alt="" width="900" height="505" />
<code>Para pemain film Sekar dalam peluncuran film itu. (wartakota.tribunnews.com)</code>
&ldquo;Batik nggak sekadar apa yang dilihat oleh mata, tapi ada makna mendalam di balik keindahan motifnya. Saya pun ingin mengajak penonton menikmati semua bunyi, visual, dan perasaan yang ada dalam batik seperti yang selalu dirasakan oleh sosok Sekar,&rdquo; kata Kamila pada beritasatu.com Senin (1/10/2018).
Yap, nggak hanya dinikmati secara visual saja. Setiap batik punya makna dan filosofi mendalam yang berbeda tiap motif dan jenisnya.
Eits, kamu juga ikut bertanggungjawab lo untuk menjaga kelestarian salah satu warisan budaya yang sudah diakui oleh UNESCO itu.
Nah, kalau kamu pengin menonton Sekar dan segala kisah tentang batik di dalamnya, jangan khawatir. Sekar bisa kamu tonton di kanal youtube Indonesia Kaya mulai Selasa (2/10/2018). Tunggu apa lagi? Yuk tonton sekarang! (IB10/E05)

Masih dalam nuansa Hari Batik Nasional, film pendek ini harus kamu tonton untuk lengkapi harimu.

Sekar, Film Tentang Batik yang Nggak Boleh Kamu Lewatkan

Inibaru.id &ndash; Sutradara film berjudul Teaching Generation, Redo Nomadore nggak menyangka film buatannya meraih penghargaan trofi perak untuk kategori video institusi paling kreatif tingkat internasional. Penghargaan itu disampaikan dalam event 13th QS-Apple Creative Awards 2017, di Taichung, Taiwan, 22 November 2017.
Melansir laman unair.ac.id (23/11/2017), film yang dibuat oleh Universitas Airlangga ini berkisah tentang perjalanan empat generasi keluarga yang semuanya kuliah di kampus Airlangga. Keempat pemeran utamanya adalah Suroso, Sri, Jono, dan Selly.
Generasi pertama digambarkan pada zaman penjajahan sekitar 1924. Saat itu Unair masih berupa sekolah kedokteran NIAS. Scene kedua mengambil latar pada zaman kemerdekaan 1945. Ketiga di era 80-an, zaman ketika Unair sedang banyak melakukan pembangunan. Dan terakhir mengambil scene sekarang yakni pada 2017.
<img src="/nuploads/72/1945.jpg" alt="" width="606" height="327" />
Salah satu scene berlatar tahun 1945. (Youtube)
Untuk membuat film dengan latar waktu yang berbeda-beda, Redo mengaku harus melakukan banyak riset.
&ldquo;Kami coba sepresisi mungkin sampai riset seragam PETA, seragam tentara belanda zaman itu, seragam tentara jepang zaman itu, model radio zaman itu,&nbsp;style fashion&nbsp;di setiap zaman, dan banyak lagi,&rdquo; ungkap alumnus Prodi Hubungan Internasional FISIP Unair ini.
Redo juga banyak mengeksplorasi tempat-tempat bersejarah di Surabaya untuk mendapat set yang tepat. Adapun lokasi-lokasi yang menjadi latar film ini antara lain rumah tua di Dinoyo, Jalan Gula di Surabaya Utara, Tugu Pahlawan dan sekitaranya, bilangan Jalan Rajawali, dan Kampus A Unair sebagai icon universitas.
Pusat Informasi dan Humas (PIH) Unair yang juga turut serta dalam produksi film ini juga nggak menyangka film berdurasi 4,5 menit ini akan mendapat apresiasi tinggi hingga mendapat penghargaan. Suko Widodo Ketua PIH mengaku film ini dibuat dengan waktu yang relatif singkat. Selain itu, pesaingnya pun berasal dari berbagai negara, bukan hanya Indonesia.
&ldquo;Pada awalnya tidak yakin menang. Karena kami buat dengan waktu yang relatif pendek. Kami juga harus riset untuk menggambarkan sejarah UNAIR dari masa ke masa,&rdquo; ucap Suko.
&ldquo;Bersyukur,&nbsp;awards&nbsp;ini memicu kami untuk berkarya lebih baik. Ini pengakuan yang membanggakan,&rdquo; imbuhnya.
Wah, selamat ya untuk Universitas Airlangga.&nbsp;Kami tunggu karya-karya lainnya.&nbsp;&nbsp;(IB13/E05)

Hasil tangan dingin tim Film Teaching Generation Universitas Airlangga ini memang layak diganjar trofi perak untuk kategori video institusi paling kreatif tingkat internasional. Tapi apa sih menariknya film ini? 

Film Teaching Generation Unair Raih Penghargaan Bergengsi

Inibaru.id - Film&nbsp;What They Don&rsquo;t Talk About When They Talk About Love&nbsp;(2013) sebaiknya masuk dalam daftar film lawas yang harus kamu tonton pekan ini. Film yang tayang perdana pada Sundance Film Festival 2013 itu memang hanya diputar secara terbatas di Indonesia. Namun, bukan berarti film&nbsp;yang disutradarai Mouly Surya itu nggak layak tonton. Justru film ini wajib tonton!
Di Indonesia, film ini diberi tajuk&nbsp;Yang Tidak Dibicarakan Ketika Membicarakan Cinta. Eksperimen Mouly Surya begitu kentara di film ini. Ada "kegelapan" serupa yang ditampilkan sineas 37 tahun tersebut seperti saat membuat Fiksi (2008) atau&nbsp;Marlina, Si Pembunuh dalam Empat Babak (2017).
Bercerita tentang kehidupan para remaja penyandang disabilitas dengan latar tempat di sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB), film yang&nbsp;dibintangi Nicholas Saputra, Karina Salim, dan Ayushita ini begitu apik mencuplik kisah mereka, termasuk percintaan "nggak biasa" para tokoh di dalamnya.
Baca juga: <a href="/indimania/merefleksikan-kesedihan-lewat-lagu-ala-sore-tenggelam" target="_blank">Sore Tenggelam Awali Bermusik dari Kampus ke Kampus</a> <a href="/indimania/gambang-semarang-art-company-upayakan-pelestarian-gambang-semarang" target="_blank">GSAC Terus Upayakan Pelestarian Gambang Semarang</a>
Film ini berkisah tentang dua orang sahabat, yakni&nbsp;Diana (Karina Salim) dan Fitri (Ayushita). Keduanya mengalami&nbsp;kekurangan dalam pengelihatan. Mouly Surya dengan apik menceritakan kisah cinta dan pergelutan hati mereka yang bisa dibilang cukup kompleks.
Diana dikisahkan menderita miopi dan baru mendapatkan menstruasi pertamanya pada umur&nbsp;17 tahun. Dia jatuh cinta pada murid pindahan bernama Andhika (Anggun Priambodo) yang belum lama kehilangan penglihatannya. Diana juga digambarkan sangat "gila" terhadap penampilan akibat dari obsesi ibunya yang menginginkan dia menjadi seorang penari balet.
Sementara, Fitri yang tinggal seasrama dengannya, memiliki cerita yang lebih kompleks. Di usianya yang masih belia, dia sudah kehilangan keperawanan. Gadis penyandang tunanetra sempurna ini juga memiliki fantasi unik di asrama yang ditinggalinya.
Fitri percaya, jika dia bisa bertemu hantu,&nbsp;harapannya bakal terkabul. Dari sinilah dia kemudian berkirim surat kepada "dokter hantu" yang tinggal di kolam asrama. Suratnya berbalas. Dia begitu senang, kendati sejatinya surat itu bukanlah dari dokter hantu, melainkan anak&nbsp;penjaga kantin sekolah bernama Edo&nbsp;(Nicholas Saputra) yang tunawicara.
Sedikit Dialog
Film ini nggak banyak menampilkan dialog para pemainnya. Kamu benar-benar bakal diajak untuk lebih memahami bahasa tubuh dan visualisasi di sini. Menarik, tapi membutuhkan usaha yang cukup keras untuk memahami maksud&nbsp;dalam alur film ini.
Mengutip Detik.com (7/5/2013), Mouly memang memberikan plot&nbsp;twist&nbsp;mengejutkan di tengah film. Kamu mungkin akan dibuat terhenyak dengan perubahan alur yang nggak terduga sepanjang film ini berlangsung. Namun,&nbsp;kamu nggak akan kecewa dengan kisahnya yang begitu menyentuh hati.
Baca juga: <a href="/indimania/nonton-dan-diskusi-ziarah-kenangan-film-kolaborasi-sineas-semarang" target="_blank">Nonton dan Diskusi Film Kolaborasi Sineas Semarang "Ziarah Kenangan" </a><a href="/indimania/frame-of-pemalang-giat-majukan-seni-film" target="_blank">Frame of Pemalang dan Geliat Film Lokal</a>
Di ajang&nbsp;Asia Pacific Film Festival pada Desember 2013 lalu,&nbsp;What They Don&rsquo;t Talk About When They Talk About Love&nbsp;meraih penghargaan&nbsp;Best Music. Pada tahun yang sama, film bergenre drama ini&nbsp;juga menyabet penghargaan NETPAC Prize di Festival Film Internasional Rotterdam&nbsp;dan menjadi nomine dalam Festival Film Internasional&nbsp;Goteborg.
Yap, demikian rekomendasi film lawas dari Inibaru.id. Selamat berakhir pekan,&nbsp;Millens.&nbsp;(IB12/E03)

Menyajikan kisah cinta para remaja penyandang disabilitas, "What They Don’t Talk About When They Talk About Love" sangat cocok dimasukkan dalam daftar film Indonesia yang wajib kamu ditonton akhir pekan ini. Seperti apa?

Kisah Cinta Unik dalam "What They Don’t Talk About When They Talk About Love"

Inibaru.id - Komunitas penikmat film Sineroom kembali mengadakan pemutaran film. Kali ini, komunitas asal Semarang itu memutarkan film omnibus bertajuk&nbsp;Ziarah Kenangan pada Jumat (6/4/2018). Acara yang diselenggarakan di 3/4 Coworking Space, Bulusan, Semarang, Jawa Tengah, ini diikuti oleh belasan orang dari berbagai kalangan.
Sebelumnya, Ziarah Kenangan sempat diputar di Lawang Sewu, Semarang dan Festival Komunitas Film Nusantara 2017 di Yogyakarta. Pemutaran Ziarah Kenangan&nbsp;kali ketiga ini juga dijadikan sebagai perenungan pergerakan film di Semarang dan Hari Film Nasional pada 30 Maret lalu.
Terdiri atas lima film pendek dengan lima cerita berbeda, film omnibus ini merupakan hasil kerja sama Sineroom dengan lima sutradara dan lima production house yang ada di Semarang. Lima judul film pendek tersebut yaitu Intermezzo&nbsp;karya Ardian Agil Waskito, Tempat Terindah&nbsp;(Abdul Hakim Nurmaulana), Rasa yang Pernah Ada&nbsp;(Rafif Sujatmoko), Cidra&nbsp;(Aji Kusuma), dan Jarak (Nara Nugroho).
Meski masing-masing memiliki jalan cerita yang berbeda, film ini memiliki kesamaan, yakni mengisahkan tentang barang kenangan.
&ldquo;Benang merahnya barang kenangan, sesuai konsep museum yang kami hadirkan waktu itu,&rdquo; ungkap Koordinator Program Sineroom, Erma Yulianti.
Dalam Ziarah Kenangan, terdapat barang-barang tertentu yang menjadi ikon dalam setiap film. Salah seorang sutradara Ziarah Kenangan, Nara Nugroho, mengungkapkan, barang kenangan yang muncul menjadi karakter tersendiri pada setiap film.
&ldquo;Kami memilih barang untuk setiap film itu memang mencari sesuatu yang unik. Barang itu tidak hanya jadi props, tapi juga jadi karakter di film itu, jadi sosok yang sentral,&rdquo; ungkap Nara.
Pakai Handycam
Nggak hanya menggunakan kamera standar film layar lebar, beberapa film pendek dalam Ziarah Kenangan&nbsp;menggunakan kamera "alakadarnya". Salah satunya yakni film Tempat Terindah yang menggunakan handycam. Menurut Erma, handycam sengaja dipakai untuk mendukung suasana masa lampau yang menjadi latar waktu film tersebut.
Nggak cuma itu, seluruh proses syuting film pendek lainnya, yakni&nbsp;Jarak, bahkan menggunakan kamera dari ponsel pintar iPhone. Wah!
&ldquo;Waktu itu kami memang berpikir, &lsquo;kayaknya bikin film pakai iPhone seru nih!&rsquo; Dan memang belum banyak yang tereksplorasi dengan iPhone," ungkap Nara, "Kami penasaran kalau pakai HP itu limitnya seberapa ya?&rdquo;
Nggak hanya melibatkan berbagai tim kreatif dunia perfilman, musikus asal Semarang Gatot Hendraputra juga turut serta sebagai&nbsp;pengisi original soundtrack&nbsp;(OST) Ziarah Kenangan dengan empat lagu&nbsp;yang merupakan hasil ciptaannya sendiri. Dengan iringan gitar akustik, Gatot bahkan sempat melantunkan dua lagu tersebut di awal acara.
Acara kemudian ditutup dengan diskusi santai dengan menghadirkan beberapa sutradara dan film maker yang terlibat dalam Ziarah Kenangan. Beberapa penonton tampak antusias menanyakan pelbagai terkait&nbsp;film tersebut.
Seorang penonton, Haniefa Eka, mengaku begitu menikmati film ini. Menurutnya,&nbsp;film maker Semarang begitu kompak. Nggak cuma membikin film sendiri, tambahnya, mereka juga berkolaborasi membuat film omnibus.
"Ternyata kolaborasi mereka nggak hanya di film, tapi juga soundtrack, poster, hingga pameran,&rdquo; terangnya, kagum.
Yap, setuju deh dengan Mbak&nbsp;Eka! Nggak perlu saling bersaing, para sineas lokal memang ada baiknya saling berkolaborasi untuk menciptakan film-film berkualitas. Semoga ada lebih banyak lagi film-film karya anak negeri seperti ini ya, Millens!&nbsp;(Putri Rachmawati/E03)

Ziarah Kenangan menjadi film omnibus pertama yang diproduksi oleh Sineroom dan beberapa sineas Semarang. Semenarik apa?