BerandaIndie Mania
Sabtu, 8 Mei 2020 09:37

Mendobrak Pandemi Demi Kelangsungan Literasi

Salah satu rangkaian acara Festival Ketemu Buku yang sempat diselenggarakan di Gedung Wanita, Kota Semarang pada 2019 lalu. (Inibaru.id/ Audrian F)

Pandemi corona memang nggak seharusnya menjadi alasan untuk menyerah memperjuangkan literasi. Meskipun nggak bisa diselenggarakan secara konvensional, festival literasi tetap berjalan. Para penyelenggara melirik jalur daring untuk tetap mengadakannya.<br>

Inibaru.id - Meski nggak bisa menyelenggarakan acara besar-besaran seperti tahun-tahun sebelumnya, festival literasi menolak kalah dengan pandemi. Tahun ini festival literasi mengemas acara secara virtual. Hm, seperti apa ya eksekusinya?

Direktur Operasional Patjar Merah yakni Irwan Bajang saat dihubungi via Whatsapp pada Sabtu (2/5/2020) membeberkan kalau selama pandemi corona ini, Patjar Merah terus berupaya menggapai pembaca lewat berbagai fitur virtual. Rangkaian acaranya meliputi penjualan buku, talkshow, dan musikalisasi puisi.

“Kami juga menggelar galang dana untuk membantu pengadaan APD dan paket belajar untuk anak-anak di Indonesia Timur,” pungkasnya.

Seno Gumira Ajidarma, mengisi talkshow secara virtual dalam rangkaian acara Patjar Merah. (Doc. Patjar Merah)<br>

Kata Irwan Bajang, festival virtual ini sebetulnya sudah direncanakan bahkan sebelum ada Covid-19 merebak sebagai alternatif segmen penyelenggaraaan, Millens. Imbas pandemi yang nggak kunjung mereda justru membuat jalur ini benar-benar terpakai.

Dia bercerita kalau program talkshow-nya bersama narasumber dari berbagai bidang dilakukan lewat Google Meet dengan peserta yang terbatas. Menurutnya, talkshow virtual tersebut menyedot banyak perhatian. Sayangnya tetap ada hambatannya; sinyal.

“Nggak semua orang berada di wilayah sinyal yang baik. Nggak cuma dari peserta, narasumber pun juga demikian,” tuturnya.

Hal senada dilakukan oleh festival literasi bikinan Penerbit Mizan yakni “Out Of The Boox”. Kalau Patjar Merah sudah lebih mempersiapkan diri, Out Of The Boox merupakan festival sastra yang nggak menduga akan beralih ke festival virtual.

Meskipun begitu, penggunaan kanal virtual tetap dilakukan. Sebagaimana Patjar Merah, Out Of The Boox pun juga tetap mengadakan talkshow dan penjualan buku. Bedanya, talkshow hanya lewat live Instagram.

Mochammad Firdhaus sebagai Project Manager mengungkapkan, sebetulnya festival secara virtual ini nggak sebanding dengan yang semestinya. Ada perbedaan ruang dan jalinan komunikasi antara pembaca dan petugas.

“Kalau lewat virtual ini kami hanya menjual buku-buku terbitan Mizan. Tapi kalau biasanya dari banyak penerbit,” jelasnya.

Berjualan buku pun dialihkan secara online. (Doc. Patjar Merah)<br>

Perhelatan festival virtual Out Of The Boox kali ini masih dianggap sebagai percobaan. Sebab sifatnya nggak terduga. Nantinya Firdhaus akan mengevaluasi dan mencari konten tambahan lain jika pandemi belum juga berakhir.

Sementara "Ketemu Buku", hanya menghidupkan obrolan bersama narasumber dengan tajuk “Ngosix: Ngobrol Asix”. Bedanya dengan Patjar Merah dan Out Of The Boox, Pameran Buku lebih memilih mendatangi langsung narasumber. Jadi bukan acara live tapi lebih cocok dijadikan konten Youtube.

Hinu OS, selaku penanggung jawab Ketemu Buku merupakan salah seorang yang hilir-mudik mengunjungi banyak penulis agar bisa ngobrol bersama.

“Itu juga yang bisa saya jangkau atau yang berada di Jogja. Tapi kadang karena lagi ada physical distancing nggak semua mau,” tandasnya.

Ngosix diadakan guna menggaungkan suara Ketemu Buku yang meliburkan diri karena pandemi. Hal itu, kata Hinu, untuk menjaga eksistensi Ketemu Buku. Sebab, nggak seperti festival yang lain, Ketemu Buku nggak menjual buku secara daring.

Jadi begitu jalannya festival literasi tahun ini. Tetap seru kan, Millens? Kamu ikut salah satu acara di atas nggak? (Audrian F/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024