BerandaHits
Sabtu, 12 Nov 2021 09:34

Umpatan 'Jancok' Khas Surabaya Bukan dari Tank Jan Cox Belanda

Meski ada tank Belanda bertuliskan 'jan cox', istilah 'jancok' dari Surabaya dipastikan bukan berasal dari tank ini.

Ada isu yang menyebut umpatan jancok khas Surabaya atau Jawa Timuran berasal dari selip lidah masyarakat di masa kemerdekaan saat membaca tank Jan Cox dari Belanda. Beneran?

Inibaru.id – Umpatan ‘jancok’ khas Surabaya atau ‘dancok’ sudah dikenal luas hingga seantero negeri. Hanya, tetap saja umpatan ini bakal jauh lebih mantap jika diucapkan oleh orang-orang Jawa, khususnya Jawa Timur-an. Belakangan muncul isu kalau umpatan ini berasal dari tank Jan Cox Belanda, beneran?

Umpatan ini sering diucapkan oleh orang-orang yang sudah menjalin persahabatan kuat. Sayangnya, namanya juga umpatan, seringkali dikonotasikan dengan hal-hal negatif. ‘Jancok’ sendiri sering dianggap sangat kasar, khususnya oleh warga Vorstenlanden atau yang dikenal sebagai eks wilayah Karesidenan Yogyakarta serta Surakarta.

Baca Juga:

Sapaan

Penulis Yam Saroh dalam Discourse Analysis About ‘Jancok or Dancok’ in Discourse (Semantic and Pragmatic) yang terbit pada 2010 di Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jombang menyebut istilah ini memang berawal dan populer di Ibu Kota Jawa Timur, Surabaya. Menariknya, meski populer, banyak orang yang sering mengucapkannya tapi nggak tahu apa artinya.

“Mereka nggak tahu persis apa arti kata ‘jancok’. Mereka hanya tahu bahwa kata ini memiliki arti sebagai ejekan buruk atau sebaliknya, sebagai sapaan ramah di komunitasnya,” ujar Yam Saroh.

Realitanya, mereka yang terbiasa mengucapkan ‘jancok’ adalah orang-orang dewasa serta pemuda Jawa-Timur-an. Meski konotasinya negatif, realitanya ‘jancok dijadikan bahasa ekspresif yang akhirnya membuat mereka lebih akrab dengan rekan-rekannya.

Umpatan 'jancok' sering dipakai saat bersama rekan-rekan akrab. (Inibaru.id/Triawanda Tirta Aditya)

Menariknya, istilah ‘jancok’ ternyata sudah populer sejak 1930-an, lo. Yang dulu mengucapkannya malah bukan orang lokal, melainkan remaja Indo atau keturunan campuran Belanda-Indonesia.

Namun, dulu istilahnya nggak semantap ‘jancok’ di masa kini, melainkan ‘yantye-ook’ yang bisa diartikan sebagai ‘kamu juga’. Konotasinya pun nggak negatif dan dianggap sebagai bahasa gaul di masa itu.

Nah, remaja-remaja pribumi mendengar ‘yantye-ook’ dengan ‘yancok’. Kata inilah yang kemudian populer menjadi ‘jancok’.

Soal konotasi negatif istilah ini, banyak orang yang menganggap ‘jancok’ sebagai ‘di-encuk’ alias diperkosa. ‘Encuk’ sendiri bisa diartikan sebagai perzinaan di luar nikah, Millens.

Bukan dari Tank Jan Cox

Entah bagaimana ceritanya, ada yang menyebut istilah ‘jancok’ ini dari orang pribumi yang melihat tank Belanda yang memiliki tulisan ‘Jan Cox’ di badannya. Konon sih, hal ini gara-gara ada foto yang dimiliki Ministerie van Defensie yang memperlihatkan tank tersebut berada di wilayah Indonesia di masa perang kemerdekaan.

Isunya, tank ini ada di Pertempuran Surabaya yang berlangsung pada 1945. Padahal, foto tank Jan Cox itu ternyata berasal dari Garut dan diambil pada Oktober 1947. Yang mengendalikan tank ini adalah Captain Nix. Saat itu, Belanda memang ada operasi di wilayah yang kini masuk wilayah Jawa Barat tersebut.

Nah, sejarah juga mencatat kalau tank dengan tipe Stuart M3 ini nggak pernah ditugaskan ke Surabaya. Otomatis, seharusnya orang-orang Surabaya nggak ada yang melihatnya, deh.

Hm, kalau kamu suka memakai umpatan ‘jancok’ nggak, Millens? (Nat/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: