BerandaHits
Kamis, 11 Jan 2023 09:10

Musim Dingin Ekstrem dan Saudi yang Semakin Hijau, Alarm Bahaya bagi Manusia?

Perbukitan Arab Saudi semakin hijau. (Twitter @adel_lens)

Musim dingin ekstrem di Amerika Serikat, salju yang nggak bisa turun di Eropa, hingga bukit-bukit di Arab Saudi yang semakin hijau. Apakah berbagai fenomena alam nggak biasa ini dipengaruhi oleh perubahan iklim yang berbahaya bagi manusia?

Inibaru.id – Semenjak belahan bumi utara dilanda musim dingin pada Desember 2022 sampai sekarang, fenomena-fenomena alam yang nggak biasa terus bermunculan. Banjir melanda jazirah Arab yang dikenal kering, suhu hangat juga membuat salju nggak banyak turun di Eropa. Yang terkini, warganet dihebohkan dengan perbukitan di Arab Saudi yang semakin hijau.

Akhir November dan Desember 2022, Jeddah dan Makkah dilaporkan mengalami banjir yang cukup besar. Hal ini cukup mengherankan karena Arab Saudi dikenal sebagai negara dengan iklim kering.

“Kami tidak menemukan adanya laporan kematian ataupun cedera akibat dampak dari hujan lebat ini,” ungkap Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil Arab Saudi sebagaimana dilansir dari Gulfnews, Sabtu (24/12/2022).

Belum selesai keheranan warganet di seluruh dunia dengan banjir di Arab Saudi, dunia kembali dihebohkan dengan musim dingin ekstrem yang melanda Kanada dan Amerika Serikat pada libur Natal dan Tahun Baru.

Suhu udara sampai menyentuh -45 derajat Celcius di negara bagian Montana. Otoritas Amerika Serikat bahkan mencatat lebih dari 60 orang meregang nyawa akibat musim dingin yang sangat nggak biasa ini.

“Ini sangat berbeda dari hari-hari bersalju biasanya,” ungkap Presiden AS Joe Biden sebagaimana dilansir dari BBCIndonesia, Rabu (28/12/2022).

Musim dingin terpanas di Eropa, suhu menembus 20 derajat Celcius. (Detik/AP/Armin Durgut)

Begitu tahun berganti, fenomena alam nggak biasa bergeser ke Eropa. Bukannya ikut-ikutan mengalami musim dingin ekstrem seperti Amerika Serikat, di sana justru mengalami musim dingin terpanas sampai-sampai salju sulit turun. Banyak arena ski yang biasanya dipenuhi wisatawan saat musim dingin terpaksa tutup karena hal ini.

Di Kota Bilbao, Spanyol, misalnya, suhu udara mencapai 24,9 derajat Celcius. Swiss juga mencatat suhu udara yang mencapai 20 derajat Celcius.

“Ini bulan Januari tapi rasanya seperti musim panas,” ungkap salah seorang warga Bilbao sebagaimana dilaporkan Reuters pada Kamis (5/1/2023).

Para ahli pun menyebut fenomena musim dingin yang nggak biasa ini sebagai dampak dari perubahan iklim yang sudah tidak bisa disepelekan. Apalagi, sepanjang 2022, terjadi gelombang panas mematikan yang melanda Eropa dan India serta banjir besar yang menenggelamkan sebagian Pakistan.

“Ini karena perubahan iklim yang disebabkan manusia. Ini sudah diperingatkan para ilmuwan sejak 10, 20 tahun yang lalu,” ungkap ilmuwan dari Imperial College London Dr Friederike Otto sebagaimana dilansir dari Detik, Jumat (6/1).

Kenapa Perbukitan di Arab Menghijau?

Perubahan iklim mulai memberikan dampak bagi cuaca dan alam di Arab Saudi. (CNNIndonesia/Arsip Jeremy S. Pal dan Elfatih A. B. Eltahir (2015))

Lantas, apakah perubahan iklim juga ikut mempengaruhi semakin hijaunya perbukitan di Arab Saudi belakangan ini?

National Geographic menyebut banyak tumbuhan gurun yang sifatnya musiman dan bibitnya bisa bertahan selama bertahun-tahun nggak aktif selama kondisi alam kering. Saat hujan akhirnya turun, benih-benih tersebut kemudian aktif dan kemudian bermekaran. Hal ini membuat gurun yang kering bisa tiba-tiba berubah jadi lebih hijau dan dipenuhi bunga.

Meski begitu, karena Arab Saudi sebelumnya juga dilanda banjir dan hujan lebat, pakar iklim pun menduga jika berbagai fenomena alam yang terjadi belakangan ini juga ikut mempengaruhi perubahan kondisi bukit-bukit tersebut.

Apalagi, berdasarkan penelitian dengan judul Analysis of Climate Change Impacts on the Food System Security of Saudi Arabia disebutkan, dalam 50 tahun belakangan, terjadi peningkatan suhu rata-rata 1,9 derajat Celcius. Dampaknya ikut memengaruhi curah hujan di sana.

“Wilayah di sekitar Teluk Arab cenderung mendekati ambang kritis skenario konsentrasi gas rumah kaca. Tanpa mitigasi yang baik, dampaknya bisa cukup parah untuk mengetahui apakah sebuah daerah layak untuk dihuni manusia atau tidak,” ucap peneliti dari Massachusetts Institute of Technology Jeremy Pal dan Elfatih Eltahir sebagaimana dilansir dari CNNIndonesia, Selasa (10/1).

Mengingat semakin banyak bukti yang menunjukkan fenomena-fenomena alam yang dipicu oleh perubahan iklim, ada baiknya kita mulai melakukan tindakan serius untuk menyelamatkan lingkungan agar dampak dari perubahan iklim nggak sampai parah, Millens. Setuju? (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: