Inibaru.id – Belakangan ini di media sosial viral unggahan yang menyebut durasi puasa di Kutub Utara hanya sekitar satu jam. Maklum, saat ini di sana masih berlangsung musim dingin sehingga bikin jarak matahari terbit dan tenggelam jadi sangat pendek. Lantas, apakah berarti mereka hanya berpuasa hanya selama durasi waktu yang sangat singkat tersebut?
Salah satu contoh kota yang berada di lingkar Kutub Utara dan mengalami fenomena siang hari yang sangat pendek selama musim dingin adalah Murmansk, Rusia. Saat Desember lalu, kota ini bahkan sempat beberapa minggu nggak melihat matahari sama sekali, lo. Kota lain di mana cukup banyak penduduk beragama Islam dan juga berada di lingkar Kutub Utara adalah Svalbard, Norwegia.
Kalau waktu matahari terbitnya sangat singkat, apakah berarti mereka bakal berpuasa dalam waktu singkat juga? Selain itu, mereka pasti harus menjalankan salat Subuh, Zuhur, Ashar, dan Maghrib dalam waktu yang sangat berdekatan, bukan?
Terkait dengan hal ini, ternyata warga Kutub Utara diberi tiga opsi, Millens. Ada yang boleh memakai waktu lokal dengan durasi sinar matahari yang sangat sebentar tersebut, ada yang mengikuti durasi puasa di kota besar terdekat, atau juga mengikuti durasi puasa di Makkah, Arab Saudi.
Orang-orang Timur Tengah yang sedang berada di Svalbard memilih waktu lokal. Di sisi lain, orang Indonesia yang sedang di kota itu memilih untuk mengikuti waktu salat Makkah. Jadi, mereka tetap berpuasa lebih dari 13 jam, deh.
Hal ini sesuai dengan yang diungkap Dosen Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam IAIN Surakarta Syamsul Bakri. Menurut pengetahuan yang dia miliki, warga di wilayah kutub memang diperbolehkan memilih opsi durasi puasa sesuai dengan yang mereka yakini.
“Di kutub kan terkadang durasi siangnya sangat lama. Ada juga yang durasi siangnya sangat pendek. Kalau mau mengikuti kondisi alam itu, boleh. Tapi, kalau mengikuti durasi puasa di Makkah, seperti 14 jam misalnya, juga boleh,” ucap Syamsul sebagaimana dinukil dari Kompas, Rabu (5/3/2025).
Sudah jelas ya, ternyata durasi puasanya bisa disesuaikan dengan keyakinan masing-masing atau sesuai dengan keputusan fatwa ulama dari daerah masing-masing. Yang penting sih, niat menjalankan ibadahnya tetap jalan. Setuju, Millens? (Arie Widodo/E05)