BerandaHits
Sabtu, 8 Apr 2022 15:00

Di Blora, Waktu Buka Puasa Ditandai dengan Suara Sirene Peninggalan Belanda

Sirene peninggalan Belanda di Blora yang jadi penanda waktu berbuka puasa dan imsak. (Liputan6/Ahmad Adirin)

Di Indonesia, penanda buka puasa biasanya adalah sirene yang dinyalakan masjid-masjid setempat. Tapi, kalau di Blora, penandanya adalah sirene peninggalan Belanda.

Inibaru.id – Selain azan, orang Indonesia biasanya mengetahui tanda waktu berbuka puasa dari suara sirene yang dinyalakan di masjid-masjid. Barulah beberapa saat kemudian, disusul suara azan. Nah, sirene yang ada di Blora sangat nggak biasa, Millens. Maklum, sirene ini merupakan peninggalan Belanda!

Selain untuk berbuka puasa, suara sirene ini juga dipakai untuk menandakan waktu imsak di kabupaten yang berbatasan langsung dengan Jawa Timur tersebut.

Oya, Millens, sirene ini ada di depan Pendapa Rumah Dinas Bupati Blora. Warga sekitar menyebut sirene ini dengan ‘Nguuk’. Posisinya ada di ketinggian 15 meter sehingga disangga sebuah tiang besi. Suara sirene yang nyaring ini bahkan disebut-sebut bisa terdengar sampai radius 2 km, lo.

Salah seorang warga yang tinggal dekat dengan lokasi ‘Nguuk’, Lukman, menyebut sirene ini diperkirakan sudah lebih dari 100 tahun. Namun, baru berfungsi jadi sirene buka puasa dan imsak di masa Orde Baru.

“Menurut cerita turun-temurun dari leluhur yang sudah ada, kemudian ‘Nguuk' ini sekitar 1979 sirene ini baru dialihfungsikan untuk penanda buka puasa,” ujar Lukman, Kamis (29/4/2021).

Dulu Sempat Dilarang

Mantan Kasubbag Rumah Tangga Setda Blora Sukardji menceritakan awal mula sirene peninggalan Belanda ini dipakai jadi penanda imsak dan buka puasa. Padahal, awalnya, sirene ini nggak boleh dipakai kecuali jika ada bahaya atau kebakaran. Kalau di zaman kolonial, sirene ini berfungsi sebagai tanda jam malam. Jadi, setelah sirene ini berbunyi, pemerintah Belanda melarang warga keluar rumah.

Lokasi sirene Nguuk ada di depan Pendapa Rumah Dinas Bupati Blora. (Kumparan/Priyo Spd)

“Pertama kali sirene dijadikan penanda buka puasa karena dulu penanda buka puasa pakai mercon oleh takmir masjid. Namun mercon selurutannya itu ke atas nggak bunyi, malah menjatuhi rumah dan hancur. Itu sekitar 1979… maka diganti dengan sirene,” ujar Sukardji, Senin (19/4/2021).

Sukardji mengaku sempat memperbaiki sirene ini tujuh kali selama 30 tahun merawatnya. Maklum, karena usianya tua, terkadang bagian kumparan dimasuki lebah atau lalat sehingga terjadi korsleting listrik.

“Untuk menghindari kerusakan, corong itu diberi sarang dan ditutup menggunakan kasa agar hewan-hewan kecil nggak bisa masuk dan bikin korslet,” ceritanya.

Nggak Boleh Digeser Posisinya

Soal lokasi sirene ‘Nguuk’ ini, nggak berubah sedikitpun dari kali pertama Belanda memasangnya.

“Nggak ada yang berani memindahkannya. Dulu ‘ndoro’nya bilang jangan diubah-ubah," pungkas Sukardji.

Sayangnya, karena faktor usia, suara sirene yang dulu sangat nyaring dan terdengar hingga 15 km kini semakin pelan. Selain itu, penggunaannya juga dibatasi. Jadi, selain saat Ramadan, ‘Nguuk’ hanya dinyalakan saat Tahun Baru serta saat Detik-Detik Kemerdekaan RI di tengah Upacara 17 Agustus.

Jadi penasaran ya, Millens, seperti apa suara sirene peninggalan Belanda yang jadi tanda buka puasa di Blora. (War, Mur, Kom/IB09/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024