Inibaru.id – Kebanyakan orang di Indonesia kalau main ke luar kota dan mendapati sinyal lelet atau bahkan kehilangan jaringan internet, pasti bakal kesal, ya? Nah, kalau warga Baduy kebalikannya. Mereka justru nggak senang daerahnya terjangkau sinyal internet dan meminta pemerintah untuk menghilangkannya dari wilayah yang mereka huni.
Hal ini terungkap dalam sebuah surat yang dikirimkan oleh Pemimpin Lembaga Adat Baduy di Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak, Banten kepada Bupati Lebak. Surat tersebut sudah ditandatangani Kades Kanekes, Saija.
Dalam surat tersebut, warga baduy meminta tower pemancar sinyal nggak lagi mengarahkan sinyal internet ke wilayah Tanah Ulayat Baduy. Intinya sih, wilayah tempat tinggal mereka sebaiknya dijadikan blankspot area internet. Selain itu, warga Baduy juga meminta pemerintah untuk menutup aplikasi, program, serta konten negatif di internet yang dianggap bisa merusak moral.
Saija membenarkan adanya surat ini. Menurut keterangannya, surat tersebut dibuat setelah Barisan Kolot dari Lembaga Adat Baduy melakukan musyawarah. Mereka keberatan dengan adanya dua tower sinyal internet di dekat Tanah Ulayat Baduy yang membuat wilayah mereka terjangkau jaringan internet.
“Permintaan Lembaga Adat Baduy, dua pemancar di Cijahe dan Sobang diarahkan ke luar Baduy,” terang Saija sebagaimana dilansir dari Kompas, Kamis (8/7/2023).
Alasan utama permintaan tersebut adalah agar generasi muda Baduy nggak mudah mengakses konten-konten yang berlawanan dengan adat Suku Baduy. Meski begitu, warga Baduy nggak begitu mempermasalahkan jika di wilayah Baduy Luar sinyal internet masih ada. Yang penting, di Baduy Dalam, yaitu di tiga kampung yang ada di Cikeusik dan Cibeo di Cikartawana benar-benar bersih dari sinyal.
“Kalau di Baduy Luar masih dibutuhkan untuk bisnis dan komunikasi, nggak apa-apa,” lanjut Saija.
Permintaan ini ditanggapi positif oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lebak Imam Rismahyadin. Dia menghargai upaya Suku Baduy mempertahankan kearifan lokalnya. Dia pun berjanji segera membahas hal ini dengan berbagai pihak terkait.
Bukan kali ini saja Suku Baduy mengajukan permintaan yang anti-mainstream. Pada Juli 2020 lalu, mereka meminta wilayahnya dihapus dari daftar destinasi wisata Banten. Pasalnya, banyak warga yang mengeluhkan banyaknya wisatawan yang datang dan adanya wisatawan yang menyebarkan foto wilayah Baduy dalam di internet. Padahal, wilayah tersebut sakral dan seharusnya dilarang untuk diabadikan.
Salut dengan kegigihan Suku Baduy dalam mempertahankan kepercayaan dan kearifan lokalnya ya, Millens. Semoga saja permintaan ini bisa ditanggapi dengan serius oleh pemerintah setempat secepatnya. (Arie Widodo/E10)