BerandaAdventurial
Selasa, 30 Sep 2024 17:00

Menepi Sejenak dari Hari-Hari Berisik dalam Ketenangan Hutan Pinus Gunungsari

Suasana tenang dan sejuk di area utama Hutan Pinus Gunungsari. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Dalam ketenangan Hutan Pinus Gunungsari di Pati, kamu akan sejenak terlena dari hari-hari berisik yang mungkin tengah kamu lalui saban hari.

Inibaru.id - Sejuk, sepi, dan tenang; itulah yang saya rasakan ketika menjejakkan kaki di salah satu destinasi wisata alam di Desa Gunungsari, Kecamatan Tlogowungu, Kabupaten Pati. Tak jauh dari pusat kota, sekitar satu jam perjalanan, hutan pinus seluas 20 hektare ini menjadi tempat pelarian sempurna dari hari-hari berisik yang biasa saya lalui.

Tiba di gapura "Selamat Datang" sekitar jam setengah sembilan pagi, saya harus berkendara menanjak menyusuri jalan kecil yang cukup menantang, tapi terasa ringan karena dinaungi dan diiringi "nyanyian" pepohonan pinus yang ditingkah angin, yang berjajar menjulang semampai di kanan kiri.

Hari itu cerah, tapi udara begitu sejuk. Sepanjang perjalanan, aroma bunga kopi yang mulai mekar terasa begitu wangi dan manis saat dihidu. Nggak jauh dari tanjakan tersebut, seorang lelaki paruh baya mengarahkan saya menuju area wisata.

"Sebetulnya (area) parkir ada di sebelah sana, Mbak!" sambut lelaki yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Supeno itu sembari menunjuk lahan kosong sebelum pintu masuk. "Tapi, karena pagi ini saya berjaga sendirian, motor bisa dibawa masuk, biar saya lebih gampang menjaganya."

Gapura masuk hutan pinus Gunungsari di kabupaten Pati menyimpan <i>hidden gem</i> cantik. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Supeno adalah ketua pengelola wanawisata tersebut. Berdasarkan penuturannya, Hutan Pinus Gunungsari baru diresmikan pada Juli 2024 lalu. Selain hutan pinus, daya tarik utama di sini adalah Goa Pertapaan, Makam Petilasan Mbah Cono, dan puncak pendakian Termulus.

"Kalau gua pertapaan ada di RT 2 RW 1 (Desa Gunungsari), sedangkan puncak pendakian ada di dekat sini (menunjuk ke lokasi pendakian)," kata dia sembari mengarahkan tempat parkir untuk kendaraan roda dua yang saya tumpangi.

Oya, tiket masuk ke lokawisata ini terbilang murah, yakni Rp3.000 saja per orang. Plus biaya parkir sepeda motor, secara keseluruhan saya hanya perlu mengeluarkan kocek sebesar Rp5.000. Parkir kendaraannya juga lumayan dekat dengan area wisata.

"Yang lumayan harus jalan jauh itu kalau naik mobil, karena kendaraan cuma bisa sampai area camping, beberapa ratus meter dari sini," terang Supeno.

Wartini sedang menyiapkan pesanan pengunjung di warung kecilnya. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Saya sejatinya tertarik untuk menjelajahi seluruh spot utama yang ditawarkan Hutan Wisata Gunungsari. Namun, karena keterbatasan waktu, hari itu saya memutuskan untuk bersantai saja di sekitar hutan sembari duduk-duduk di salah satu bangku yang banyak tersedia di situ.

Pihak pengelola memang menyediakan banyak bangku kayu dan gazebo untuk pengunjung. Saat saya tiba, beberapa pengunjung tampak sudah menempati beberapa gazebo, asyik bercengkerama dengan keluarga mereka. Saya pun memilih duduk di bangku yang berdekatan dengan sebuah warung.

Oya, di sini, kamu nggak perlu takut kelaparan, karena ada banyak warung penjual makanan. Warung yang saya singgahi adalah kepunyaan Wartini. Sebagaimana warung lainnya, Wartini juga menjual mi instan, gorengan, dan berbagai minuman. Harganya antara Rp3.000 hingga Rp10 ribu saja.

Menurut penuturan Wartini, warung-warung di sini biasanya bakal ramai saat akhir pekan. Namun begitu, dirinya mengaku berjualan setiap hari. Biasanya, lapak dibuka pukul 08.00 WIB, lalu berakhir menjelang Maghrib, sekitar pukul 17.00 WIB.

"Jualan tiap hari, dari pagi sampai sore. Tapi, paling ramai memang pas akhir pekan seperti sekarang ini," sahutnya sembari menyiapkan pesanan saya.

Hari itu, petualangan saya berakhir di warung Wartini. Singkat, tapi bagi saya sudah cukup untuk sejenak mengeluk punggung dan memeluk diri. Dalam waktu dekat, sepertinya saya akan meluangkan waktu lebih jenak di sini! (Rizki Arganingsih/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Mencicipi Rasa Legendaris yang Disajikan di Warung Mi Lethek Mbah Jumal

20 Nov 2024

Nggak Ada Perayaan Tahun Baru di Shibuya, Tokyo, Jepang

20 Nov 2024

Petani Milenial, Berhasilkah Bikin Anak Muda Berkarier Jadi Petani?

20 Nov 2024

Mau Pertama atau Berkali-kali, Pengalaman Nonton Timnas Indonesia di GBK Membekas Abadi

20 Nov 2024

Pastikan Kehalalan, Juru Sembelih di Rembang Dilatih Sesuai Syariat Islam

20 Nov 2024

Bagaimana Orangtua Menyikapi Anak yang Membaca Manga dengan Unsur Kekerasan

20 Nov 2024

Lawang Keputren Bajang Ratu, 'Peninggalan Majapahit' yang Terlempar hingga Lereng Muria

20 Nov 2024

Mengenal 4 Budaya Kota Semarang yang Kini Berstatus Warisan Budaya Takbenda

21 Nov 2024

Memahami Perempuan Korea di Buku 'Bukannya Aku Nggak Mau Menikah' Karya Lee Joo Yoon

21 Nov 2024

AI Bikin Cerita Nyaris Sempurna, Tapi Nggak Mampu Bikin Pembaca Terhanyut

21 Nov 2024

Dilema Membawa Anak ke Tempat Kerja

21 Nov 2024

La Nina Masih Berlanjut, BMKG Minta Kita Makin Waspada Bencana Alam

21 Nov 2024

Kematian Bayi dan Balita: Indikator Kesehatan Masyarakat Perlu Perhatian Serius

21 Nov 2024

Ketua KPK Setyo Budiyanto: OTT Pintu untuk Ungkap Korupsi Besar

22 Nov 2024

Menelisik Rencana Prabowo Pengin Indonesia Hentikan Impor Beras Mulai 2025

22 Nov 2024

Meriung di Panggung Ki Djaswadi, sang Maestro Kentrung dari Pati

22 Nov 2024

Menemukan Keindahan dalam Ketidaksempurnaan, Itulah Prinsip Wabi-Sabi

22 Nov 2024

Mencegah Kecelakaan Maut di Turunan Silayur, Ngaliyan, Semarang Terulang

22 Nov 2024

Apa Alasan Orang Jepang Tidur di Lantai?

22 Nov 2024

Rute Baru Semarang-Pontianak Resmi Dibuka di Bandara Ahmad Yani Semarang

22 Nov 2024