Inibaru.id – Nggak banyak orang tahu di tempat ini bersemayam ulama keturunan Tionghoa-Jawa yang berjasa besar dalam mengusir penjajahan Belanda bernama Soen An Ing. Dahulu, tempat ini ramai dikunjungi peziarah. Sayangnya semenjak tahun 1970-an ketika prostitusi di Semarang direlokasi di situ, citra tempat ziarah ini meredup.
Setelah menutup lokalisasi tersebut pada tahun ini, pemerintah setempat berencana mengembalikan fungsinya seperti semula, Millens. Yaitu menjadi destinasi wisata religi dan kuliner.
Warna merah mendominasi petilasan Sunan Kuning yang merupakan ulama keturunan Tionghoa-Jawa. (inibaru.id/ Issahani)
Berada di wilayah perbukitan, tempat ziarah ini menenangkan untuk dikunjungi. Ketika masuk kamu akan disuguhi gapura bercorak Tionghoa. Udara terasa teduh dan sejuk karena banyak sekali pepohonan besar yang rindang. Sampai-sampai para pengunjung tampak tertidur nyenyak di pelataran makam.
Di hari-hari tertentu seperti Jumat Kliwon peziarah datang lebih banyak untuk "ngalap" berkah. Mereka datang dengan tujuan beragam seperti berdoa meminta jodoh, kemuliaan hidup, kesembuhan bahkan kemudahan rejeki.
Salah satu penanda bahwa makam Sunan Kuning pernah direnovasi oleh Keluarga Besar Eyang Kanjeng Slamet dari Wotgandul, Semarang di tahun 1998. (inibaru.id/ Issahani)
Pengubahan citra Sunan Kuning mendapatkan berbagai reaksi masyarakat. Seorang pemilik warung kelontong, Lin, 41, mengaku mendukung saja kawasan itu akan jadi tempat ziarah. Hanya dia berharap ada solusi lain selain membubarkan lokalisasi. Dia khawatir wilayah tersebut akan sepi pengunjung.
Hm, kalau kamu setuju nggak Sunan Kuning diubah jadi tempat wisata religi? (Issahani/E05)