Inibaru.id - Saat melihat destinasi wisata berupa bentang alam yang indah dalam video atau foto di media sosial ingin rasanya kita bergegas ke sana. Namun, terkadang kita mengurungkannya karena akses jalan menuju tempat tersebut nggak memungkinkan.
Informasi yang minim terkait rute, akses, dan waktu yang dibutuhkan untuk mencapai sebuah lokawisata tertentu terkadang menjebak kita pada situasi sulit, yang ujung-ujungnya membuat kita enggan menjajal tempat wisata baru yang belum terkenal dan nggak banyak diperbincangkan orang.
Situasi ini tentu akan mempersulit pengelola tempat wisata. Maka, akses jalan yang baik menjadi hal penting yang seharusnya menjadi prioritas agar tempat itu ramai pengunjung. Sebagus apa pun tempatnya, akses jalan yang buruk bikin objek wisata dijauhi pengunjung, yang berujung terbengkalai.
Selain itu, informasi terkait akses jalan, rute, waktu tempuh, serta saran-saran lain yang akan memandu dan memudahkan pengunjung juga menjadi hal wajib yang sebaiknya tersedia. Dengan informasi yang cukup, lokawisata itu tentu akan lebih mudah dilirik.
Molek, tapi Sepi Pengunjung
Sekurangnya ada 700 desa wisata di Jawa Tengah. Ini sangat potensial. Namun, nggak semuanya tumbuh sesuai harapan, misalnya di Kecamatan Limbangan, Kabupaten Kendal. Di sana, ada potensi alam berupa lembah, pegunungan, perkebunan teh dan kopi, air terjun, dan bumi perkemahan.
Lanskap alam di sana begitu molek, tapi akses jalannya sempit, nggak mulus, berkelok, serta banyak tanjakan dan turunan curam. Kondisi jalan yang seperti itu hanya bisa dilalui oleh kendaraan berukuran kecil dan sepeda motor.
“Banyak wisatawan enggan datang karena kondisi jalan menuju objek wisata sulit dilintasi, meskipun sebenarnya objek tersebut sangat menarik,” ujar Safari (45), pegiat wisata di Kabupaten Kendal.
Ini hanyalah satu contoh. Selain itu, dari Limbangan hingga Sumowono, Kabupaten Semarang, sejatinya masih banyak destinasi wisata alam dan desa wisata yang nggak kalah indah. Sebutlah Kampung Jowo Sekatul, Bukit Djaro Kedaton, Wisata Alam Gubug Lereng Merangan, dan Pesona Watusumong.
Tempat lainnya adalah Curug Klenting Kuning, Air Terjun Citro Arum, Air Terjun Tujuh Bidadari, dan Lembah Nirwana. Di destinasi-destinasi ini, sangat mungkin desa wisata berkembang. Sayangnya, hampir semua tempat itu sepi pengunjung.
Belajar dari Medini
Potensi wisata di desa sejatinya bisa dikembangkan asalkan masyarakatnya juga turut serta nguri-uri tempat wisata setempat. Jadi, potensi alam sebaiknya dipadukan dengan sumber daya manusia yang tersedia. Contoh keberhasilan ini bisa dilihat di lereng perkebunan teh Medini, Kendal.
Masyarakat setempat mendirikan kelompok sadar wisata (Pokdarwis) untuk menggaet pengunjung. Sebagai magnetnya, mereka mengembangkan warung kopi dengan konsep unik dan menyajikan variasi kopi dengan cita rasa berbeda. Bayangkan nikmatnya mencecap kopi di depan lanskap alam nan menawan!
Akses penerangan yang minim juga nggak jadi masalah di sana, karena warga memanfaatkan sumber air mengalir dari pegunungan untuk membuat pembangkit listrik mandiri bertenaga mikro hidro. Daya listriknya mencapai 1.000 watt, yang berguna untuk menerangi jalan dan warung wisata.
“Semula, pembuatan mikro hidro secara sederhana untuk memenuhi kebutuhan penerangan jalan menuju objek wisata. Kini, lebih besar lagi setelah mendapat bantuan mesin pembangkit,” ujar Wahyudi, ketua Pokdarwis.
Pemerintah Turun Tangan
Dilansir dari Media Indonesia, Jumat (16/9/2022), Bupati Kendal Dico M Ganinduto secara terpisah mengatakan sekarang sedang ada pembangunan jalan sepanjang 2,8 kilometer yang menghubungkan Kecamatan Singorojo-Limbangan.
Anggaran diambil dari dana alokasi khusus (DAK) sebesar Rp 7 miliar. Ini diharapkan menjadi bagian dari penyelesaian sisa 13 persen jalan kabupaten yang belum tertangani.
"Ditargetkan pembangunan ruas jalan tersebut selesai pada November mendatang," imbuhnya.
Ya, perkembangan dunia wisata memang nggak bisa mengandalkan pesona alam saja ya, Millens. Perlu ada campur tangan warga setempat dan pemerintah daerah untuk menciptakan infrastruktur yang mumpuni. (Siti Khatijah/E03)