BerandaTradisinesia
Jumat, 30 Nov 2017 18:59

Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Nusantara (1): Dari Talam Buah, Pohon Uang, dan Rebutan Julung-Julung

Tradisi Bungo Lado di Sumatera Barat. (Antara Foto)

Ada banyak ragam tradisi perayaan Maulid Nabi di Nusantara. Semuanya punya akar dari tradisi lokal.

Inibaru.id - Peringatan hari lahir Nabi Muhammad saw atau Maulid Nabi Muhammad yang jatuh setiap tanggal 12 Rabiul Awal dalam penanggalan Hijriyah, dirayakan dengan berbagai cara oleh umat Islam di Indonesia. Tahun ini bertepatan dengan tanggal 1 Desember 2017. Ragam perayaan itu umumnya berakar dari kebiasaan dan adat istiadat daerah setempat.
Yang umum adalah dengan menggelar pengajian di masjid-masjid, menggelar lomba yang berhubungan dengan Islam, seperti lomba baca Alquran, lomba azan, ceramah agama hingga lomba qasidah. Namun, sejumlah daerah memiliki perayaan yang unik dan berbeda dibandingkan daerah lainnya.

Perayaan ini hampir semuanya memiliki sejarah panjang dan berhubungan erat dengan tradisi yang sudah hidup berabad-abad lampau. Tak heran kalau saat ini, tradisi tersebut tak lagi sekadar ritus keagamaan, namun sudah menjadi objek wisata.
Berikut rangkuman beberapa tradisi unik perayaan Maulud di berbagai daerah di Nusantara seperti dikutip dari Liputan6.

Baca juga:
Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Nusantara (2): Cuci Pusaka, Kirab Ampyang, dan Rebutan di Pohon Keres
Tradisi Perayaan Maulid Nabi di Nusantara (3): Panjang Jimat dan Grebeg Mulud

Muludhen
Tradisi muludhen digelar oleh warga di Pulau Madura, Jawa Timur saat merayakan kelahiran Nabi Muhammad saw. Acara itu biasanya diisi dengan pembacaan barzanji (riwayat hidup Nabi) dan selingan ceramah keagamaan yang menceritakan kebaikan Sang Nabi semasa hidupnya untuk dijadikan sebagai tuntunan hidup.
Tepat tanggal 12 Rabiul Awal, masyarakat akan berduyun-duyun datang ke masjid untuk merayakan Maulid Agung. Di luar Maulid Agung ini, orang masih merayakannya di rumah masing-masing. Tentu tidak semua, hanya mereka yang memiliki kemampuan dan kemauan.
Saat Maulid Agung, para perempuan biasanya datang ke masjid atau musala dengan membawa talam yang di atasnya berisi tumpeng. Di sekeliling tumpeng tersebut dipenuhi beragam buah yang ditusuk dengan lidi dan dilekatkan kepada tumpeng. Buah-buah itu misalnya salak, apel, anggur, rambutan, jeruk, dan lainnya.
Namun, belakangan tradisi ini mulai berubah. Yang mengelilingi tumpeng bukan lagi ragam buah-buahan, melainkan uang dan makanan instan lainnya. Keindahan tumpeng berbalut buah warna-warni mulai hilang dari pandangan.
Pada saat pembacaan barzanji, tumpeng-tumpeng tersebut dijajarkan di tengah orang-orang yang melingkar untuk didoakan. Setelah selesai, tumpeng-tumpeng itu kemudian dibelah-belah dan dimakan bersama-sama. Para perempuan biasanya tidak ikut membaca barzanji, mereka hanya menyiapkan makanan untuk kaum laki-laki.

Bungo Lado
Tradisi Bungo Lado (berarti bunga cabai) adalah tradisi yang dimiliki warga Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Bungo lado merupakan pohon hias berdaunkan uang yang biasa juga disebut dengan pohon uang. Uang kertas dari berbagai macam nominal itu ditempel pada ranting-ranting pohon yang dipercantik dengan kertas hias.
Tradisi Bungo Lado menjadi kesempatan bagi warga yang juga perantau untuk menyumbang pembangunan rumah ibadah di daerah itu. Karenanya, masyarakat dari beberapa desa akan membawa Bungo Lado. Pohon uang dari beberapa jorong (dusun) itu kemudian akan dikumpulkan.
Uang yang terkumpul biasanya mencapai puluhan juta rupiah dan disumbangkan untuk pembangunan rumah ibadah. Tradisi maulid ini biasanya digelar secara bergantian di beberapa kecamatan.
Tradisi Bungo Lado ini terkait erat dengan profesi petani yang digeluti sebagian besar warga Sumbar. Di antara hasil tani tersebut adalah tanaman cabai yang bagi masyarakat Minangkabau disebut dengan lado. Cabai atau lado sebelum berbuah akan berbunga terlebih dahulu. Semakin banyak bunganya tentu akan semakin banyak pula buahnya.
Dalam hal ini, sumbangan uang diumpamakan dengan bunga cabai tersebut. Sumbangan bungo lado ini merupakan simbol dari rasa syukur atas nikmat yang diberikan Allah.

Baca juga:
Sejak Kapankah Maulid Nabi Muhammad Diperingati?
Rayouf Al-Humedhi , Pencipta Emoji Berhijab yang Jadi Gadis Berpengaruh

Maudu Lompoa
Di Cikoang, Takalar, Sulawesi Selatan ada sebuah tradisi menyambut Maulid Nabi, yaitu diadakanya tradisi Maudu Lompoa Cikoang (dalam bahasa Makassar). Tradisi ini merupakan perpaduan dari unsur atraksi budaya dengan ritual-ritual keagamaan yang digelar setiap tahun di bulan Rabiul Awal berdasarkan Kalender Hijriyah.
Yang unik dari tradisi ini adalah persiapannya yang memakan waktu 40 hari. Tradisi diawali dengan mandi di bulan Syafar yang dipimpin para sesepuh atau tetua.
Pada hari H perayaan Maudu Lompoa, masyarakat Cikoang yang berpakaian adat berjalan beriringan sampil memikul julung-julung. Nantinya julung-julung tersebut akan di perebutkan oleh semua orang.
Julung-julung yang diperebutkan berisi telur hias, ayam, beras dimasak setengah matang, beras ketan, mukena, kain khas Sulawesi serta aksesoris lainnya. Agar lebih indah, julung-julung dilengkapi dengan kibaran kain khas Sulawesi warna-warni bak bendera terpasang di atas perahu. Julung-julung diletakkan di depan semua orang. (EBC/SA)

 

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: