BerandaTradisinesia
Senin, 2 Apr 2023 11:00

Saat Gelar Raja Bergeser Menjadi Sultan di Nusantara

Sri Sultan Hamengku Buwono X. (Detik/Dok Pemda DIY)

Saat kerajaan Hindu/Buddha berjaya, gelar para pemimpinnya adalah raja. Namun, begitu kerajaan-kerajaan Islam mulai menguasai Nusantara, gelar para pemimpin berganti menjadi sultan. Apa ya alasan dari penggantian ini?

Inibaru.id – Sri Sultan Hamengku Buwono, Sultan Hamid II, hingga Sultan Mahmud Badaruddin II. Nama-nama dengan gelar sultan ini mulai banyak ditemui semenjak masa kerajaan Islam berjaya di Nusantara. Gelar sultan ini seperti menggantikan gelar raja yang sebelumnya lebih populer pada masa kejayaan kerajaan Hindu/Buddha.

Hal ini diungkap dalam buku tulisan Henri Chambert-Loir berjudul Sadur: Sejarah Terjemahan di Indonesia dan Malaysia (2010). Menurut penulis asal Rouen, Prancis tersebut, para penguasa kerajaan Islam di Nusantara memilih gelar sultan alih-alih raja. Hal ini dipengaruhi oleh pemilihan gelar ‘sultan’ oleh pemimpin-pemimpin kerajaan Islam di negara-negara lain, khususnya di Timur Tengah.

Realitanya, gelar sultan sudah dipakai sejak masa Dinasti Seljuk menguasai sebagian besar Turki, Suriah, Iraq, Iran, Afghanistan, dan Asia Tengah pada abad ke-11 sampai ke-14. Gelar ini pun memiliki makna yang sama dengan “penguasa”.

Penggunaan gelar sultan kemudian mencapai puncak kepopuleran saat pemimpin-pemimpin dari Dinasti Mamluk di Mesir memakainya pada masa 1250 sampai 1517. Hal yang sama juga berlaku pada Dinasti Ottoman dari 1299 sampai 1922. Khusus untuk Dinasti Ottoman, sultan terakhir yang menjabat adalah Mehmed VI. Dia memimpin dari 14 Januari 1861 sampai 16 Mei 1926.

Ada alasan lain yang membuat pemimpin kerajaan Islam di Nusantara memilih untuk memakai gelar sultan alih-alih raja.

Hal ini disebabkan oleh istilah “raja” berasal dari India dan masih memiliki pengaruh Hindu. Mengingat mereka sudah menggunakan tradisi kerajaan Islam, maka mereka pun memakai gelar-gelar dengan Bahasa Arab atau setidaknya yang sudah dimodifikasi dengan budaya Melayu.

Makam Sultan Malik As-Saleh di Aceh. (Mapesaaceh)

Hal ini dibenarkan oleh Tome Pires, seorang peneliti dari abad ke-16 sebagaimana dikutip dari Detik, Kamis (30/3/2023). Menurutnya, pemilihan gelar ini dipengaruhi oleh Islamisasi yang terjadi di Nusantara.

Lantas, siapa orang yang kali pertama memakai gelar sultan di Nusantara? Kalau menilik pada bukti peninggalan berupa nisan makam, maka Sultan Malik As-Saleh, pemimpin Kerajaan Samudra Pasai adalah orangnya. Pada nisannya yang ada di Kabupaten Lhokseumawe, tertulis angka 696 Hijriah atau 1287 Masehi.

Sementara itu, gelar sultan kali pertama dipakai di Tanah Jawa oleh Sultan Abdul Mufakir Mahmud Abdulkadir, raja keempat Kesultanan Banten pada 1596 sampai 1651. Dia dikenal dengan nama lain Pangeran Ratu atau Sultan Agung.

Pada masa sekarang, gelar Sultan masih bisa kamu temui di sejumlah tempat di Nusantara. Provinsi DIY masih dipimpin oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X. Sementara itu, pemegang gelar Sultan Pontianak terkini adalah Syarif Machmud Melvin Alkadrie.

Ingat, sultan yang dimaksud di sini masih terkait dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Nusantara, bukannya para konglomerat dengan duit nggak berseri ya, Millens? (Arie Widodo/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: