BerandaTradisinesia
Kamis, 21 Des 2022 14:04

Rojolele, Beras Unggulan Asal Delanggu yang Sudah Ada Sejak Tahun 1700-an

Ilustrasi: Beras rojolele merupakn beras unggulan dari Kecamatan Delanggu, Klaten yang menghasilkan nasi wangi dan pulen. (Istimewa)

Beras rojolele merupakan jenis beras yang sudah ditanam sejak tahun 1700-an. Beras asal Delanggu, Klaten itu memiliki kualitas unggulan dan menghasilkan nasi yang wangi dan pulen. Nggak heran rojolele diminati oleh masyarakat.

Inibaru.id - Salah satu jenis beras asli Indonesia yang memiliki kualitas bagus adalah rojolele. Kamu pasti sudah nggak asing dengan nama itu kan? Rojolele merupakan beras unggulan yang berasal dari Kecamatan Delanggu, Klaten, Jawa Tengah.

Terkenal sejak dulu, kamu tahu nggak bagaimana ceritanya beras rojolele ada? Pegiat literasi Klaten Muhammad Anshori menjelaskan, varietas rojolele ada sejak era kerajaan Mataram Islam di Kartasura masa Paku Buwono II (1745 M ).

"Sepanjang sepengetahuan saya, ada beberapa versi asal mula rojolele. Salah satunya, rojolele itu awalnya saat Raja Paku Buwono II tedhak (datang menemui rakyat) ke Delanggu," tutur Anshori, dikutip dari detikJateng, Kamis (3/11/2022).

Ilustrasi: Nama rojolele diambil dari kata raja dan thole yang artinya beras yang ditanam oleh raja dan rakyatnya. (Detik/Pradita Utama)

Dijelaskan Anshori, saat tedhak melihat penanaman padi itulah raja memanggil warga dengan sapaan thole (anak kesayangan). Istilah rojolele lahir dari gabungan raja dan thole.

"Dengan bahasa sapaan thole-thole, bahasa kesayangan raja kepada masyarakat. Sehingga beras yang ditanam bersama masyarakat yang sebenarnya beras wulu itu menjadi rojolele karena yang menanam raja bersama warga," papar Anshori.

Rojolele Dikembangkan Kembali

Ilustrasi: Varietas rojolele sudah mengalami rekayasa genetika sehingga karakter tanamannya memungkinkan untuk ditanam oleh petani di Delanggu. (Pexels/Ho Truong)

Daerah asal beras rojolele, Delanggu, memang dikenal sebagai kawedanan yang subur. Selain itu, pengairan di sana juga masih bagus.

"Masuk akal sebagai lumbung pangan karena di Delanggu dan sekitarnya merupakan sultan ground atau vorstenlanden, tanah yang digarap kerajaan tapi bukan hak milik kerajaan," imbuh Anshori.

Sayangnya, beras rojolele keberadaannya sudah nggak melimpah seperti dulu. Masa tanam yang lama dan tanaman padi yang terlalu tinggi sehingga mudah rebah membuat varietas beras ini enggan ditanam oleh petani.

Namun, Pemerintah Kabupaten Klaten nggak kehabisan akal. Mereka menggandeng Badan Tenaga Atom Nasional (BATAN) untuk melakukan rekayasa genetika terhadap varietas tersebut.

"Juli 2017 diteken kerjasama BATAN dan Bupati Klaten, Sunarna. Di 5 desa di 5 kecamatan (Sekaran, Jaten, Tlobong, Gempol dan Glagahwangi) kita tanam dan benihnya dibawa ke BATAN disinari radioaktif lalu ditanam lagi oleh petani di 5 desa itu dan terus diulang," terang Sekretaris Kecamatan Gantiwarno yang kala itu berdinas di Litbang Bappeda Klaten Haris Yulianta.

Hasilnya, rekayasa genetika itu mampu membuat varietas rojolele menjadi jauh lebih baik. Usia tanaman padi yang semula mencapai 5 bulan bisa ditekan menjadi 4 bulan. Sedangkan tinggi tanaman yang semula mencapai 155 centimeter sehingga mudah roboh bisa diperpendek menjadi 105 centimeter.

Syukurlah sekarang sudah banyak lagi petani yang menanam varietas beras rojolele ya, Millens. Kita jadi bisa menikmati hidangan nasi yang wangi dan pulen dari beras unggulan rojolele. (Siti Khatijah/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Cantiknya Deburan Ombak Berpadu Sunset di Pantai Midodaren Gunungkidul

8 Nov 2024

Mengapa Nggak Ada Bagian Bendera Wales di Bendera Union Jack Inggris Raya?

8 Nov 2024

Jadi Kabupaten dengan Angka Kemiskinan Terendah, Berapa Jumlah Orang Miskin di Jepara?

8 Nov 2024

Banyak Pasangan Sulit Mengakhiri Hubungan yang Nggak Sehat, Mengapa?

8 Nov 2024

Tanpa Gajih, Kesegaran Luar Biasa di Setiap Suapan Sop Sapi Bu Murah Kudus Hanya Rp10 Ribu!

8 Nov 2024

Kenakan Toga, Puluhan Lansia di Jepara Diwisuda

8 Nov 2024

Keseruan Pati Playon Ikuti 'The Big Tour'; Pemanasan sebelum Borobudur Marathon 2024

8 Nov 2024

Sarapan Lima Ribu, Cara Unik Warga Bulustalan Semarang Berbagi dengan Sesama

8 Nov 2024

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024