BerandaTradisinesia
Rabu, 29 Nov 2022 15:34

Kongres Nasional Pertama dan Terakhir Lekra di Indonesia

Sekretaris Jenderal Lekra, Djoebaar Ajoeb menyampaikan pidato pada upacara penutupan Kongres Nasional Lekra tahun 1959 di Solo. (Sejarah Sosial)

Keberadaan Lekra hanya berlangsung singkat. Nggak lama setelah menggelar kongresnya untuk kali pertama, Lekra ikut diberedel karena dianggap terkait dengan G30S/PKI.

Inibaru.id – Didirikan lima tahun pascaproklamasi, Lekra atau Lembaga Kebudayaan Rakyat sebenarnya diperuntukkan sebagai wadah para seniman, buruh, tani, dan rakyat berekspresi. Diinisiasi oleh DN Aidit, Njoto, MS Ashar, dan AS Dharta, Lekra melakukan sejumlah kegiatan kesenian di Tanah Air.

Nggak hanya kegiatan seni budaya, Lekra juga menyelenggarakan kongres pada 24 - 28 Januari 1959 di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini berjalan dengan sukses dan dihadiri sekitar seratus seniman dari Indonesia dan negara-negara sahabat seperti Tiongkok, Korea Utara, dan Jerman Timur.

Dalam konser yang dihadiri oleh Presiden Soekarno ini, digelar pula Pekan Kebudayaan yang isinya adalah pertunjukan teater, musik, dan tari, serta pameran lukisan dan patung. Bahkan, dalam kongres ini, terungkap sebuah program penting yang dilakukan Lekra, yaitu pemberantasan buta huruf.

Disaingi Organisasi Lain

Ada alasan yang membuat Lekra bisa cepat mendapatkan simpati masyarakat, yaitu menerima siapa saja untuk bergabung, termasuk para buruh tani. Siapa pun bisa berekspresi di organisasi ini.

Perkembangan pesat Lekra membuat sejumlah pihak terpikir untuk membuat organisasi pesaing yang sejenis. Salah satunya adalah Manikebu (Manifes Kebudayaan). Tapi, organisasi ini secara terang-terangan mengutamakan individualisme, sesuatu yang sangat kontras jika dibandingkan dengan Lekra yang komunal. Karena dianggap kontroversial, Presiden Soekarno pun menyatakan organisasi tersebut terlarang.

<i>Beberapa tamu yang hadir dalam Kongres Nasional Lekra; Presiden Soekarno, Mayjen Soeharto, Walikota Solo, Oetomo Ramelan dan Pangdam VII Diponegoro. (Sejarah Sosial)</i>

Lekra Dibubarkan Pasca G30S/PKI

Lengsernya Soekarno pasca G30S/PKI ternyata juga berimbas pada keberadaan Lekra. Apalagi, pendiri-pendirinya terafiliasi langsung dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Padahal, salah seorang pendirinya, Njoto, secara terang-terangan menolak keinginan DN Aidit, petinggi PKI untuk menggabungkan Lekra dengan partai tersebut.

Njoto bersikukuh menganggap Lekra sebagai organisasi independen yang nggak bisa digabungkan dengan partai politik apapun meski karya-karya para senimannya sering dimuat pada surat kabar milik PKI, Harian Rakjat.

Meski secara resmi nggak memiliki ikatan, adanya kedekatan antara Lekra dan PKI pun membuat organisasi ini diberedel oleh pemerintahan Orde Baru. Sejak saat itulah, nama Lekra pun tinggal sejarah. Kongres yang mereka gelar pada 1959 pun menjadi yang pertama sekaligus yang terakhir.

Cukup ironis ya, Millens, organisasi yang sebenarnya ditujukan untuk wadah seni dan budaya ikut terkena imbas dari kekisruhan politik di Indonesia pada masanya. (Kom, Sej, Kmj/IB31/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: