BerandaTradisinesia
Jumat, 5 Mar 2020 11:58

Bahasa Jawa: Citra Sopan Santun dan Empan Papan yang Akan Tetap Relevan Seiring Perkembangan Zaman

Apakah bahasa Jawa menjadi bahasa pertama yang kamu kuasai, Millens? (Inibaru.id/ Dyana Ulfach)

Menjadi orang Jawa dan bisa berbahasa Jawa buat saya adalah sebuah keistimewaan. Bahasa Jawa sebagai sendi dalam budaya Jawa memegang peran yang cukup sentral dalam pelestarian budaya Jawa. Ini karena membicarakan bahasa Jawa nggak selalu tentang alat untuk berkomunikasi saja.

Inibaru.id – Nggak lama ini saya berbelanja di sebuah warung kelontong yang nggak jauh dari rumah saya. Toko kelontong ini sudah ada sejak saya masih sekolah dasar. Ada satu hal yang nggak pernah berubah selain lokasinya, yaitu cara penjual berkomunikasi dengan pembelinya.

Wuk, begitulah penjual warung menyapa setiap anak perempuan seperti saya sekian tahun silam. Tapi setelah saya beranjak dewasa, panggilan itu nggak lagi saya dapatkan.

Di era informasi dan teknologi yang pesat seperti sekarang, saya menduga penjual di warung ini akan melayani pembeli menggunakan bahasa nasional. Tapi nggak, lo. Alih-alih dipanggil wuk, saya malah diajak berbincang menggunakan bahasa Jawa krama.

Barangkali karena hanya beberapa kali saya belanja ke warung ini, penjaga warung memilih bahasa Jawa krama ketimbang ngoko. Saya sendiri bertutur dengan bahasa Jawa ngoko hanya dengan teman sebaya atau yang lebih muda saja. Misuh-misuh juga bisa kalau sedang berhadapan dengan teman sebaya. He-he

Sempat terlintas di pikiran saya, apakah tingkat tutur yang dimiliki bahasa Jawa juga berarti mengkotak-kotakkan orang Jawa? Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, nggak pas juga berpendapat demikian. Ini karena tingkat tutur dalam bahasa Jawa nggak bisa dipisahkan dari norma-norma dalam kebudayaan jawa.

Kamu bisa baca tulis aksara Jawa nggak <i>Millens</i>? (Inibaru.id/ Dyana Ulfach)

Menumbuhkan Karakter Lewat Bahasa Jawa

“Produk-produk kebudayaan itu tercipta bukan lahir dari ruang hampa kebudayaan. Dia akan menemukan konteksnya masing-masing. Bahwa speech level akan sejalan dengan bagaimana menempatkan diri dalam konteks tertentu,” begitu ungkapan Dhoni Zustiyantoro, Dosen Bahasa dan Sastra Jawa Unnes pada saya.

Singkatnya, Bahasa Jawa secara nggak langsung menumbuhkan karakter empan papan atau bisa menempatkan diri sesuai situasi bagi penuturnya. Nggak hanya itu, karakter seperti rendah hati dan sopan santun juga dapat diterapkan melalui bahasa Jawa.

Salah satu usaha untuk melestarikan bahasa Jawa dan beberapa kebudayaanya bisa ditemui di Kampung Jawi yang berada di Kalialang Lama, Gunungpati, Semarang. Tua-muda di kampung ini dibiasakan memakai bahasa Jawa dalam keseharian dan berbagai kegiatan kampung.

Saat saya berkunjung, warga yang tengah cangkruk (nongkrong) menjawab setiap pertanyaan saya dengan bahasa ngoko alus. Ya, malam itu saya hendak bertemu Siswanto, aktivis kebudayaan Jawa yang juga merupakan ketua RW 1 Kalialang Lama.

Pembelajaran Bahasa Jawa di Kampung Jawi. (Inibaru.id/ Zulfa Anisah)

Dalam pernyataannya, lelaki yang akrab dipanggil Sis ini mengamini apa yang dikatakan Dhoni.

“Bahasa Jawa itu juga berhubungan dengan kebudayaan Jawa dan juga berdampak pada unggah ungguh juga,” kata lelaki 3 anak ini.

Menurutnya, bahasa Jawa nggak bisa dipisahkan dari berbagai kebudayaannya pula. Dalam usahanya mengajar Bahasa Jawa, Sis mengaku anak didiknya juga diberi pendidikan unggah-ungguh. Nggak dinyana, hal ini bisa membentuk karakter mereka.

“Beberapa orang tua bilang ke saya, katanya anaknya jadi lebih sopan di rumah,” terang Sis.

Ini yang membuat bahasa Jawa dan tingkat tuturnya akan tetap relevan meski zaman semakin edan. Bagaimana menurutmu Millens? (Dyana Ulfach, Zulfa Anisah/E05)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: