BerandaHits
Jumat, 23 Nov 2023 16:14

Konferensi ICIR 'Rumah Bersama', Soroti Demokrasi Rentan di Indonesia

Para pembicara sesi plenary hari pertama Konferensi ICIR ke-5. (Dokumentasi ICIR)

ICIR 'Rumah Bersama' kembali menggelar konferensi yang ke lima dengan berfokus pada demokrasi bagi kaum terpinggirkan. Kenapa? Karena masyarakat adat dan penghayat kepercayaan di Indonesia masih sangat rentan dikriminalisasi.

Inibaru.id - Pemilu 2024 sebentar lagi dan akan menjadi pesta demokrasi bagi seluruh golongan masyarakat Indonesia. Sayangnya, momentum ini seringkali menjadi ajang untuk menunjukkan dominasi narasi elektoral oleh segelintir elit politik dan ekonomi, yang fokus utamanya pada kekuasaan.

Seharusnya, Indonesia bagaimana pun caranya tetap mempertahankan asas demokrasi yang sesungguhnya dan HAM sebagai pilar-pilarnya. Dengan begitu, warga negara, termasuk masyarakat adat dan agama leluhur dapat terjaga dari kesewenang-wenangan penguasa.

Hal tersebut disampaikan Sulistyowati, profesor antropologi UI, dalam jumpa pers di sela-sela Konferensi Internasional, The 5th International Conference and Consolidation on Indigenous Religions (ICIR), di PUI Javanologi Universitas Sebelas Maret Solo, Rabu (22/11/2023). Konferensi ini mengambil tema Democracy of the Vulnerable atau demokrasi kelompok rentan.

Oleh karena itu, Gress Raja, penghayat kepercayaan Salika Suku Lio dan Presidium MLKI Kota Surakarta menyampaikan bahwa komunitasnya berharap agar demokrasi Indonesia bisa benar-benar menempatkan kembali adat sebagai tatanan hidup bersama.

“Saat ini adat hanya direduksi sebagai tatanan budaya kuno, padahal eksistensinya sudah teruji oleh zaman,” terangnya.

ICIR, Ruang bagi Kelompok Rentan

Suasana diskusi pada sesi plenary hari pertama pada Rabu, 22 November 2023. (Dokumentasi ICIR)

Terkait dengan penegakan demokrasi di Indonesia, konferenssi ICIR ke-5 ini mempunya tujuan jelas, yaitu membangun pemahaman dan pengetahuan tentang kerentanan praktik demokrasi dan gagasan kelompok rentan.

Samsul Maarif, Ketua Program Studi Agama dan Lintas Budaya atau (CRCS) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta menyebutkan, ICIR selalu mengupayakan terciptanya ruang bagi kelompok-kelompok rentan, termasuk masyarakat adat, untuk menyuarakan pandangannya

"ICIR ke-5 bermaksud membuka ruang buat penghayat kepercayaan, komunitas adat, penganut agama leluhur, minoritas agama dan gender, kelompok disabilitas, dan kelompok muda dan anak, supaya ide dan pengalaman mereka tentang demokrasi bisa terwacanakan," terang Anchu, sapaan akrab Samsul selaku penyelenggara ICIR.

Ketua CRCS UGM itu juga menambahkan bahwa gambaran demokrasi dari perspektif kelompok rentan ini menjadi hal utama yang disoroti dalam konferensi tahun ini.

"Menelisik demokrasi dan berbagai kerentanannya dari perspektif kelompok rentan adalah kerangka berpikir utama dari ICIR ke-5," tambahnya.

Rentan Diskriminasi

Seorang peserta menyampaikan pertanyaan di sesi tanya jawab dalam Konferensi ICIR ke-5. (Inibaru.id/ Rizki Arganingsih)

Dewi Kanti, salah satu narasumber perwakilan Komnas Perempuan, mengingatkan bahwa masyarakat adat dan penghayat kepercayaan di Indonesia masih sangat rentan dikriminalisasi. Dia menyoroti celah-celah implementasi KUHP (UU No. 1/2023) yang bisa bergantung pada perspektif subjektif para pengambil keputusan.

Dewi juga menyarankan agar sistem hukum di Indonesia dikaji lagi, agar hak-hak warga negara dapat terpenuhi semua.

"Perlu penelaahan ulang sistem hukum nasional yang dapat mengakomodir kepentingan seluruh warganya," terang Dewi.

Nah, buat yang penasaran, ICIR ke-5 punya agenda seru yang meliputi sesi plenary dan paralel. Selain itu, acara ini juga menghadirkan tokoh-tokoh yang peduli dengan perjuangan kelompok rentan dan narasumber yang relevan dengan tema konferensi.

Sesi plenary fokus mendiskusikan disahkannya KUHP baru (UU No. 1/2023) yang bikin geger. Ada bab baru dengan enam pasal tentang "Pelanggaran Terhadap Agama, Keyakinan, dan Keagamaan Kehidupan atau Keyakinan", dan beberapa pasal lain yang nggak langsung berkaitan dengan agama atau kepercayaan.

Sedangkan untuk sesi paralel, ada 57 paper yang dipresentasikan berdasarkan call for paper. Dan yang lebih seru lagi, akan ada pertunjukan dan pemeran oleh penghayat atau penganut agama leluhur di sela-sela konferensi ini.

Jadi, ICIR ke-5 bukan cuma ajang diskusi saja ya, Millens. Mereka memang benar-benar menggali masalah demokrasi dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari suara kelompok rentan yang sering diabaikan.

Nah, semoga hasil diskusi di ICIR ke-5 ini bisa memotivasi perubahan positif, terutama dalam menjaga demokrasi yang sebenarnya buat semua orang, bukan cuma segelintir elit! (Rizki Arganingsih/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Ikuti Tren Nasional, Angka Pernikahan di Kota Semarang Juga Turun

9 Nov 2024

Belajar dari Yoka: Meski Masih Muda, Ingat Kematian dari Sekarang!

9 Nov 2024

Sedih dan Bahagia Disajikan dengan Hangat di '18x2 Beyond Youthful Days'

9 Nov 2024

2024 akan Jadi Tahun Terpanas, Benarkah Pemanasan Global Nggak Bisa Dicegah?

9 Nov 2024

Pemprov Jateng Dorong Dibukanya Kembali Rute Penerbangan Semarang-Karimunjawa

9 Nov 2024

Cara Bijak Orangtua Menyikapi Ketertarikan Anak Laki-laki pada Makeup dan Fashion

9 Nov 2024

Alasan Brebes, Kebumen, dan Wonosobo jadi Lokasi Uji Coba Program Makan Bergizi di Jateng

9 Nov 2024

Lebih Dekat dengan Pabrik Rokok Legendaris di Semarang: Praoe Lajar

10 Nov 2024

Kearifan Lokal di Balik Tradisi Momongi Tampah di Wonosobo

10 Nov 2024

Serunya Wisata Gratis di Pantai Kamulyan Cilacap

10 Nov 2024

Kelezatan Legendaris Martabak Telur Puyuh di Pasar Pathuk Yogyakarta, 3 Jam Ludes

10 Nov 2024

Warga AS Mulai Hindari Peralatan Masak Berbahan Plastik Hitam

10 Nov 2024

Sejarah Pose Salam Dua Jari saat Berfoto, Eksis Sejak Masa Perang Dunia!

10 Nov 2024

Memilih Bahan Talenan Terbaik, Kayu atau Plastik, Ya?

10 Nov 2024

Demo Buang Susu; Peternak Sapi di Boyolali Desak Solusi dari Pemerintah

11 Nov 2024

Mengenang Gunungkidul saat Masih Menjadi Dasar Lautan

11 Nov 2024

Segera Sah, Remaja Australia Kurang dari 16 Tahun Dilarang Punya Media Sosial

11 Nov 2024

Berkunjung ke Museum Jenang Gusjigang Kudus, Mengamati Al-Qur'an Mini

11 Nov 2024

Tsubasa Asli di Dunia Nyata: Musashi Mizushima

11 Nov 2024

Menimbang Keputusan Melepaskan Karier Demi Keluarga

11 Nov 2024