BerandaAdventurial
Jumat, 25 Apr 2019 08:01

Keberadaan Batik Kebumen Tak Lepas dari Desa Gemeksekti

Para pembatik dari Kebumen. (Infobatik)

Jika Solo memiliki Laweyan, Rembang memiliki Lasem, dan Pekalongan memiliki Pesindon, Kebumen mempunyai Gemeksekti sebagai sentra batik. Konon, batik yang berkembang di Kebumen berasal dari sana.

Inibaru.id – Membatik menjadi salah satu pekerjaan masyarakat Jawa sejak lama. Konon, keterampilan itu sudah ada sejak abad ke-19, bahkan mungkin jauh sebelumnya. Jika batik Solo tak lepas dari Laweyan, perkembangan batik Kebumen nggak bisa lepas dari keberadaan Desa Gemeksekti.

Berlokasi sekitar dua kilometer saja dari pusat kota, salah satu desa di Kecamatan Kebumen itu memang dipercaya menjadi cikal bakal batik yang dikenal rumit dan kaya warna tersebut. Hingga kini, mata pencaharian warga desa ini sebagian besar memang membatik.

Gemeksekti merupakan gabungan dari Desa Watubarut dan Tanuraksan. Sebelum disatukan, kedua desa telah dikenal sebagai penghasil batik. Yang menarik, para penduduk belajar membatik secara autodidak, tanpa bantuan guru atau orang ahli.

(Baca Juga: Paduan Empat Warna dengan Motif Keseharian Masyarakat Jadikan Batik Kebumen Begitu Khas)

Sejumlah sumber mengatakan, batik-batik Kebumen di Gemeksekti dibawa oleh pengikut Pangeran Diponegoro seusai perang pada 1830. Dibawa dari Yogyakarta, batik kemudian berkembang di Kebumen.

Dari motifnya, sebagian batik Kebumen memang tampak terpengaruh batik-batik Yogyakarta. Kala itu, perkembangan batik di sekitar wilayah Yogyakarta dan Solo hampir semuanya dipengaruhi oleh dua kerajaan tersebut.

Pendatang dari Yogyakarta

Kendati belum ada sumber yang tegas mengatakan ihwal batik Kebumen, tak sedikit yang berkeyakinan kalau batik dengan empat pewarnaan ini mulai berkempang pada awal abad ke-19 di wilayah yang sekarang bernama Desa Gemeksekti.

Penghulu Nusjaf dipercaya merupakan salah seorang pendatang dari Yogyakarta yang mulai mengembangkan batik di Gemeksekti. Para pendatang itu konon menetap di Kebumen untuk dakwah agama, yakni Islam.

Nusjaf diyakini menetap di sisi timur Kali Lukolo yang masuk dalam wilayah Desa Watubarut dan Desa Tanuraksan. Karena keterbatasan, proses membatik di desa yang kini bergabung menjadi Gemeksekti itu dirampungkan di tempat lain.

(Baca Juga: Butuh Waktu Lebih Lama untuk Membuat Batik Khas Kebumen)

Batik Kebumen waktu itu hanya dikerjakan hingga proses teng-abang atau blambangan. Sementara, proses terakhir dikerjakan di Banyumas atau Solo.

Proses pembatikan teng-abang ini berpusat di Desa Tanuraksan. Tak hanya mempekerjakan warga setempat, pekerjaan membatik juga dilakukan warga desa sekitar, di antaranya dari Desa Jemur di Kecamatan Pejagoan dan Desa Seliling di Kecamatan Alian.

Nah, lantaran dikerjakan warga dari desa lain, batik Kebumen yang semula hanya berkembang di Desa Tanuraksan pun menyebar hingga pelbagai wilayah, hingga sekarang.

Seperti Solo, Yogyakarta, Lasem, dan Pekalongan, batik dari Kebumen pun memiliki sejarah perkembangan yang panjang. Maka, jagalah keberadaannya, karena ini adalah budaya penuh cerita yang harusnya bisa kita wariskan hingga anak cucu. Akur? (IB20/E03)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Bakmi Palbapang Pak Uun Bantul, Hidden Gem Kuliner yang Bikin Kangen Suasana Jogja

2 Des 2025

Bahaya Nggak Sih Terus Menancapkan Kepala Charger di Soket Meski Sudah Nggak DIpakai?

2 Des 2025

Lebih Mudah Bikin Paspor; Imigrasi Semarang Resmikan 'Campus Immigration' di Undip

2 Des 2025

Sumbang Penyandang Kanker dan Beri Asa Warga Lapas dengan Tas Rajut Bekelas

2 Des 2025

Mengapa Kebun Sawit Nggak Akan Pernah Bisa Menggantikan Fungsi Hutan?

2 Des 2025

Longsor Berulang, Sumanto Desak Mitigasi Wilayah Rawan Dipercepat

2 Des 2025

Setujui APBD 2026, DPRD Jateng Tetap Pasang Target Besar Sebagai Lumbung Pangan Nasional

28 Nov 2025

Bukan Hanya Padi, Sumanto Ajak Petani Beralih ke Sayuran Cepat Panen

30 Nov 2025

Pelajaran Berharga dari Bencana Longsor dan Banjir di Sumatra; Persiapkan Tas Mitigasi!

3 Des 2025

Cara Naik Autograph Tower, Gedung Tertinggi di Indonesia

3 Des 2025

Refleksi Akhir Tahun Deep Intelligence Research: Negara Harus Adaptif di Era Kuantum!

3 Des 2025

Pelandaian Tanjakan Silayur Semarang; Solusi atau Masalah Baru?

3 Des 2025

Spunbond, Gelas Kertas, dan Kepalsuan Produk Ramah Lingkungan

3 Des 2025

Regenerasi Dalang Mendesak, Sumanto Ingatkan Wayang Kulit Terancam Sepi Penerus

3 Des 2025

Ajak Petani Jateng Berinovasi, Sumanto: Bertani Bukan Lagi Pekerjaan Sebelah Mata

23 Nov 2025

Sumanto: Peternakan Jadi Andalan, Tapi Permasalahannya Harus Diselesaikan

22 Nov 2025

Versi Live Action Film 'Look Back' Garapan Koreeda Hirokazu Dijadwalkan Rilis 2026

4 Des 2025

Kala Warganet Serukan Patungan Membeli Hutan Demi Mencegah Deforestasi

4 Des 2025

Mahal di Awal, tapi Industri di Jateng Harus Segera Beralih ke Energi Terbarukan

4 Des 2025

Tentang Keluarga Kita dan Bagaimana Kegiatan 'Main Sama Bapak' Tercipta

4 Des 2025

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

A Group Member of

Ikuti kamu di: