BerandaInspirasi Indonesia
Selasa, 27 Apr 2020 19:20

Kisah “Sarjana Online Pertama” di Masa Pandemi Corona

Rahmat Hidayat, mahasiswa Sarjana Online Pertama di Yogyakarta. (Dok. Rahmat Hidayat)

Julukan “Sarjana Online” disematkan pada mahasiswa yang lulus dengan metode sidang daring selama masa pandemi corona di Indonesia. Seorang mahasiswa dari Yogyakarta bernama Rahmat Hidayat dikenal sebagai orang pertama yang mendapatkan julukan ini. Seperti apa kisahnya?

Inibaru.id – Namanya Rahmat Hidayat, mahasiswa jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam angkatan 2016 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Dia awalnya nggak pernah menyangka akan menjadi sarjana online pertama di kampus-kampus yang ada di Yogyakarta, bahkan Indonesia.

Cerita dimulai saat skripsinya ditandatangani oleh pembimbing untuk diujikan pada 2 Maret 2020 lalu. Setelahnya, Rahmat mengurus berkas-berkas untuk sidang (munaqosah) di Tata Usaha (TU) Fakultas Adab dan Ilmu Budaya. TU kemudian menetapkan jadwal ujian sidang pada Jumat, 20 Maret 2020.

“Awalnya sidang skripsi ini mau diselenggarakan secara offline seperti biasa, sebab pada Jumat, 20 Maret aktivitas pembelajaran di UIN belum di-lockdown total. Surat lockdown keluar pada tanggal 23 Maret,” ceritanya ketika saya hubungi via pesan daring, Sabtu (18/4).

Teman Rahmat membantu memvideo dan mengabadikan jalannya sidang. (Dok. Rahmat Hidayat)<br>

Perubahan sidang skripsi yang dialami Rahmat dari offline ke online dikarenakan adanya kebijakan kampus terkait sterilisasi yang terjadi pada 20 Maret 2020. Akhirnya, sidang skripsi Rahmat pun terkena imbas dengan harus dilaksanakan secara online.

Meski nggak bisa melakukan sidang dengan cara yang "normal", perubahan rencana yang mendadak ini justru membuat Rahmat memiliki pengalaman unik sebagai “sarjana online pertama” di Indonesia.

“Ceritanya, ya karena belum ada yang sidang online sebelum diriku. Kemudian temanku yang videoin aku pas Munaqosah meng-upload di salah satu grup Instagram UIN Suka. Aku lupa nama IG-nya. Di situ viral. Sehari kemudian, Sabtu, viral juga seorang mahasiswa Unnes melakukan sidang online,” kisah Rahmat.

Sidang secara online tersebut dilakukan Rahmat di kamar kos dia pada pukul 09.00-10.00 WIB. Dia nggak sendirian karena ditemani empat orang kawan yang membantu persiapan sidang. Setelah sidang selesai, teman-teman ini juga menjadi yang pertama mengucapkan selamat.

Proses interaksi dengan dosen melalui aplikasi teleconference. (Dok. Rahmat Hidayat)<br>

“Komentar teman-teman, rata-rata mengucapkan selamat untuk sarjana online pertama di UIN Suka dan di Indonesia,” kata laki-laki asal Madura tersebut.

FYI, skripsi yang Rahmat tulis berjudul Gerakan Sekte Assassin di Alamut dan Dampaknya Terhadap Politik Umat Islam Tahun 1090-1124 M. Skripsi tersebut memberi khazanah baru bagi sejarah umat Islam terkait gerakan Assasin, propaganda Isma’iliyah, dan strategi Dinasti Saljuk yang beraliran Sunni.

“Analisis saya pakai teori terorisme untuk membongkar akar historis kelompok radikal Islam masa klasik, dan membongkar tipologi kelompok minoritas Islam serta historisitas konflik Syi’ah-Sunni yang sampai saat ini belum menemukan titik terang,” jelasnya.

Rahmat bersama kawan-kawannya usai sidang. (Dok. Rahmat Hidayat)<br>

Latar belakang Rahmat mengangkat tema ini adalah kebanyakan pembaca di Indonesia lebih mengenal Assassin sebagai kisah fiktif semata yang datang dari Eropa. Ada juga yang berpendapat istilah ini berasal dari Jepang berdasarkan bacaan pada novel dan film-film Assassin kontemporer.

“Skripsi ini bertujuan untuk mengangkat sisi historisitas-ilmiahnya yang lahir dari pergulatan ideologi-politik Syi’ah Isma’iliyah dan Dinasti Saljuk Sunni pada abad ke sebelas,” terangnya.

Wah, selamat untuk Rahmat, semoga kisahnya menjadi sarjana online pertama dapat memantik kawan-kawan mahasiswa lain yang tengah berjuang menyelesaikan skripsi di masa pandemi corona! (Isma Swastiningrum/E07)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Erick Thohir: Tarif Tiket Kendaraan Umum Nggak Naik saat Lebaran 2025

23 Jan 2025

Nasi Goreng Pak Basiyo, Hidden Gem Kuliner Sukoharjo

23 Jan 2025

Mau Tinggal di Desa Albinen, Swiss? Pemerintah Bakal Siapkan Uang Rp540 Juta Buatmu!

23 Jan 2025

Hari Ketiga Banjir Grobogan, KAI Masih Terapkan Rekayasa Operasi dan Pembatalan Perjalanan

23 Jan 2025

Pathol Sarang, Gulat Tradisional Khas Rembang yang Eksis Sejak Zaman Majapahit

23 Jan 2025

Menghadapi Atasan Otoriter: Antara Bertahan dan Menjaga Profesionalisme

23 Jan 2025

Perbaikan Sistem Penerimaan Murid Baru Wujudkan Pendidikan Inklusif

24 Jan 2025

Benarkah Kopi Arabika Akan Punah Pada 2050 karena Perubahan Iklim?

24 Jan 2025

'When Life Gives You Tangerines', Drama Korea Terbaru IU

24 Jan 2025

Hari-Hari di Dukuh Pangkalan; Belasan Tahun Dibekap Rob, Terus-menerus Tinggikan Rumah

24 Jan 2025

Tinggal Bersama Orang Tua Pasangan yang Sudah Renta: Tantangan dan Solusi Bijak

24 Jan 2025

Pasar Imlek Semawis 2025, Pengunjung Wajib Berkebaya dan Bersurjan untuk Rayakan Keberagaman

24 Jan 2025

Jakarta Nggak Lagi Jadi Kota Termacet di Indonesia versi TomTom Traffic Index Ranking 2024

24 Jan 2025

28 Bangunan Sekolah di Jateng Rusak akibat Banjir, Kerugian hampir Dua Miliar Rupiah

24 Jan 2025

Bencana Longsor Pekalongan: Hari ini Tim Gabungan Terus Bergerak Lakukan Evakuasi dan Pencarian

25 Jan 2025

Cerita Ki Ageng Selo yang Gemar Makan Sego Golong Pecel Ayam

25 Jan 2025

Tanaman dan Bunga, Kado Spesial untuk Orang yang Spesial

25 Jan 2025

Pesan Konglomerat untuk Kelas Menengah: Jangan Beli Rumah dan Mobil Baru!

25 Jan 2025

Lalapan Mentah Bisa Menambah Nafsu Makan, Ini Alasannya

25 Jan 2025

Lindungi Kelompok Rentan dari Konten Berbahaya, Pemerintah Terapkan SAMAN Mulai Februari 2025

25 Jan 2025