BerandaHits
Kamis, 16 Agu 2023 14:23

Kebakaran Kapal di Tegal; Pelabuhan Jongor Perlu Diperluas

Kebakaran kapal di Pelabuhan Jongor, Tegal menghanguskan 52 kapal. (Peloporwiratama)

Kebakaran di Pelabuhan Jongor, Tegal, sudah beberapa kali terjadi. Tapi, kebakaran yang berlangsung dari Senin (15/8/2023) sampai Selasa (16/8) malam adalah yang terbesar. Apa yang perlu diperbaiki ya agar kebakaran-kebakaran ini nggak lagi terjadi?

Inibaru.id – Hingga Selasa (15/6/2023) pukul 19.00 WIB, kebakaran kapal yang terjadi di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari atau yang lebih dikenal dengan Pelabuhan Jongor, Tegal, nggak kunjung berhasil dipadamkan. Padahal, api sudah membara sekitar lebih dari 24 jam di lokasi tersebut sejak Senin (14/6) malam. Alhasil, 52 kapal nelayan pun hangus.

Jenis kapal yang terbakar beraneka ragam. Ada yang berupa kapal jaring cumi, kapal jala jatuh, serta kapal jaring tarik berkantong. Satu hal yang pasti, kapal-kapal tersebut dimiliki oleh 26 pelaku usaha perikanan yang berada di Tegal dan sekitarnya.

Menurut keterangan Direktur Polisi Air dan Udara (Dirpolairud) Polda Jateng Kombes Pol Hariadi, penyelidikan masih dilakukan untuk mengetahui apa penyebab awal dari kebakaran ini. Satu hal yang pasti, kobaran api bisa cukup besar disebabkan oleh adanya bahan bakar solar pada kapal-kapal nelayan. Ditambah dengan kombinasi surutnya air laut dan sedimentasi membuat banyak kapal yang ditambat berimpitan tersebut nggak bisa dievakuasi dan akhirnya ikut terbakar.

“Kerugian kapal-kapal yang terbakar mencapai Rp156 miliar. Terkait dengan penyebab awalnya masih kami selidiki,” ucap Hariadi tatkala meninjau lokasi kebakaran sebagaimana dikutip dari Kompas, Selasa (15/8).

Sudah Beberapa Kali Terjadi

Kerugian akibat terbakarnya 52 kapal di Pelabuhan Jongor mencapai Rp156 miliar. (Kompas/Raditya Mahendra)

O ya, kasus kebakaran di Pelabuhan Jongor Tegal bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya, kebakaran juga terjadi pada 2001, 2021, dan 2022. Tapi, jumlah kapal yang hangus hanya mencapai belasan unit.

Nah, jika menilik kasus-kasus kebakaran kapal sebelumnya, Hariadi menyebut penyebabnya seringkali adalah human error. Dia pun menyarankan setiap pemilik kapal untuk menyediakan minimal satu alat pemadam api ringan dan mengutus satu orang terjaga sehingga jika ada api menyala, bisa segera dipadamkan.

Banyaknya kapal yang terbakar sekaligus kerugian yang disebabkan membuat Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jateng Riswanto prihatin. Dia pun meminta pemerintah pusat untuk membantu para nelayan di Pelabuhan Jongor Tegal yang menjadi korban.

“Andai saja pas kebakaran arah anginnya dari utara ke selatan, lebih banyak kapal yang selamat. Tapi, kami minta pemerintah juga ikut bertanggung jawab karena dulu berkali-kali menjanjikan penataan kolam untuk kapal berlabuh tapi nggak pernah direalisasikan,” terang Rismanto sebagaimana dilansir dari Radartegal, Rabu (16/8).

Pelabuhan Jongor Tegal sudah dianggap nggak ideal karena banyak kapal berimpitan. (Medcom/Antara/Kuntoro Tayubi)

Selain itu, Riswanto juga menyebut luas Pelabuhan Jongor sudah nggak ideal karena banyaknya kapal yang berimpitan sehingga pemilik kapal kesulitan untuk memindahkan kapal jika ada kebakaran.

“Memang sudah nggak ideal. Awal dibangun pada 2000-an hanya ditargetkan untuk menampung 300 kapal dengan ukuran di bawah 30 GT. Sekarang ada 1.200 kapal dengan ukuran mayoritas di atas 30 GT,” jelasnya.

Keluhan Riswanto mendapatkan tanggapan dari Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng Fendiawan Tiskiantoro. Pihaknya berjanji akan mengecek kembali master plan Pelabuhan Jongor Tegal agar kolam tambatnya jadi lebih luas.

“Tapi kami membutuhkan kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan karena tentu akan membutuhkan dana yang nggak sedikit. Apalagi, kami juga pengin mengurangi risiko kebakaran dengan memasang alat pemadam kebakaran permanen (hidran) di lima titik pelabuhan,” kata Riswanto.

Semoga saja kondisi Pelabuhan Jongor Tegal segera diperbaiki ya, Millens agar nggak ada lagi kasus kebakaran yang sangat merugikan di sana. (Arie Widodo/E10)

Tags:

ARTIKEL TERKAIT

Perbaikan Sistem Penerimaan Murid Baru Wujudkan Pendidikan Inklusif

24 Jan 2025

Benarkah Kopi Arabika Akan Punah Pada 2050 karena Perubahan Iklim?

24 Jan 2025

'When Life Gives You Tangerines', Drama Korea Terbaru IU

24 Jan 2025

Hari-Hari di Dukuh Pangkalan; Belasan Tahun Dibekap Rob, Terus-menerus Tinggikan Rumah

24 Jan 2025

Tinggal Bersama Orang Tua Pasangan yang Sudah Renta: Tantangan dan Solusi Bijak

24 Jan 2025

Pasar Imlek Semawis 2025, Pengunjung Wajib Berkebaya dan Bersurjan untuk Rayakan Keberagaman

24 Jan 2025

Jakarta Nggak Lagi Jadi Kota Termacet di Indonesia versi TomTom Traffic Index Ranking 2024

24 Jan 2025

28 Bangunan Sekolah di Jateng Rusak akibat Banjir, Kerugian hampir Dua Miliar Rupiah

24 Jan 2025

Bencana Longsor Pekalongan: Hari ini Tim Gabungan Terus Bergerak Lakukan Evakuasi dan Pencarian

25 Jan 2025

Cerita Ki Ageng Selo yang Gemar Makan Sego Golong Pecel Ayam

25 Jan 2025

Tanaman dan Bunga, Kado Spesial untuk Orang yang Spesial

25 Jan 2025

Pesan Konglomerat untuk Kelas Menengah: Jangan Beli Rumah dan Mobil Baru!

25 Jan 2025

Lalapan Mentah Bisa Menambah Nafsu Makan, Ini Alasannya

25 Jan 2025

Lindungi Kelompok Rentan dari Konten Berbahaya, Pemerintah Terapkan SAMAN Mulai Februari 2025

25 Jan 2025

Ramalan Film 'Her' Kian Nyata, Makin Banyak Orang Ngobrol dengan AI

25 Jan 2025

Indahnya Sungai Biru di Wisata Alam Bunton, Pekuncen, Banyumas

26 Jan 2025

Bersantai Sembari Menikmati Pemandangan Alam di Alun-Alun Sumowono

26 Jan 2025

Mengapa Warga Tionghoa Nggak Mau Membersihkan Rumah saat Imlek?

26 Jan 2025

Segini Biaya Sewa Baju Adat di Kota Lama Semarang

26 Jan 2025

Port USB Warna Biru di Laptop, Apa Gunanya?

26 Jan 2025