Inibaru.id – Hingga Selasa (15/6/2023) pukul 19.00 WIB, kebakaran kapal yang terjadi di Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari atau yang lebih dikenal dengan Pelabuhan Jongor, Tegal, nggak kunjung berhasil dipadamkan. Padahal, api sudah membara sekitar lebih dari 24 jam di lokasi tersebut sejak Senin (14/6) malam. Alhasil, 52 kapal nelayan pun hangus.
Jenis kapal yang terbakar beraneka ragam. Ada yang berupa kapal jaring cumi, kapal jala jatuh, serta kapal jaring tarik berkantong. Satu hal yang pasti, kapal-kapal tersebut dimiliki oleh 26 pelaku usaha perikanan yang berada di Tegal dan sekitarnya.
Menurut keterangan Direktur Polisi Air dan Udara (Dirpolairud) Polda Jateng Kombes Pol Hariadi, penyelidikan masih dilakukan untuk mengetahui apa penyebab awal dari kebakaran ini. Satu hal yang pasti, kobaran api bisa cukup besar disebabkan oleh adanya bahan bakar solar pada kapal-kapal nelayan. Ditambah dengan kombinasi surutnya air laut dan sedimentasi membuat banyak kapal yang ditambat berimpitan tersebut nggak bisa dievakuasi dan akhirnya ikut terbakar.
“Kerugian kapal-kapal yang terbakar mencapai Rp156 miliar. Terkait dengan penyebab awalnya masih kami selidiki,” ucap Hariadi tatkala meninjau lokasi kebakaran sebagaimana dikutip dari Kompas, Selasa (15/8).
Sudah Beberapa Kali Terjadi
O ya, kasus kebakaran di Pelabuhan Jongor Tegal bukan kali ini saja terjadi. Sebelumnya, kebakaran juga terjadi pada 2001, 2021, dan 2022. Tapi, jumlah kapal yang hangus hanya mencapai belasan unit.
Nah, jika menilik kasus-kasus kebakaran kapal sebelumnya, Hariadi menyebut penyebabnya seringkali adalah human error. Dia pun menyarankan setiap pemilik kapal untuk menyediakan minimal satu alat pemadam api ringan dan mengutus satu orang terjaga sehingga jika ada api menyala, bisa segera dipadamkan.
Banyaknya kapal yang terbakar sekaligus kerugian yang disebabkan membuat Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jateng Riswanto prihatin. Dia pun meminta pemerintah pusat untuk membantu para nelayan di Pelabuhan Jongor Tegal yang menjadi korban.
“Andai saja pas kebakaran arah anginnya dari utara ke selatan, lebih banyak kapal yang selamat. Tapi, kami minta pemerintah juga ikut bertanggung jawab karena dulu berkali-kali menjanjikan penataan kolam untuk kapal berlabuh tapi nggak pernah direalisasikan,” terang Rismanto sebagaimana dilansir dari Radartegal, Rabu (16/8).
Selain itu, Riswanto juga menyebut luas Pelabuhan Jongor sudah nggak ideal karena banyaknya kapal yang berimpitan sehingga pemilik kapal kesulitan untuk memindahkan kapal jika ada kebakaran.
“Memang sudah nggak ideal. Awal dibangun pada 2000-an hanya ditargetkan untuk menampung 300 kapal dengan ukuran di bawah 30 GT. Sekarang ada 1.200 kapal dengan ukuran mayoritas di atas 30 GT,” jelasnya.
Keluhan Riswanto mendapatkan tanggapan dari Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Jateng Fendiawan Tiskiantoro. Pihaknya berjanji akan mengecek kembali master plan Pelabuhan Jongor Tegal agar kolam tambatnya jadi lebih luas.
“Tapi kami membutuhkan kerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan karena tentu akan membutuhkan dana yang nggak sedikit. Apalagi, kami juga pengin mengurangi risiko kebakaran dengan memasang alat pemadam kebakaran permanen (hidran) di lima titik pelabuhan,” kata Riswanto.
Semoga saja kondisi Pelabuhan Jongor Tegal segera diperbaiki ya, Millens agar nggak ada lagi kasus kebakaran yang sangat merugikan di sana. (Arie Widodo/E10)