
Inibaru.id - Matahari telah beringsut dari atas kepala saat sosok molek berjubah merah bermahkota ini perlahan menaiki kereta kencana di pelataran Pendopo Kartini di Kabupaten Jepara, Rabu (9/4/2025).
Di belakang kereta ada para dayang dan pasukan raja, diikuti Bupati Jepara bersama jajarannya. Diiringi sambutan masyarakat Kota Ukir yang berjajar di pinggir, rombongan lakon Ratu Kalinyamat itu mulai berarak menuju makam.
Karena sulit bergerak di tengah kerumunan, saya memilih nggak mengikuti kirab dalam rangka Buka Luwur Makam Ratu Kalinyamat itu, tapi potong kompas ke tujuan mereka.
Makam Ratu Kalinyamat berlokasi di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan. Dari pendopo kabupaten, jaraknya sekitar 4 kilometer saja atau 10 menit berkendara. Di pelataran makam, lautan orang rupanya juga sudah menantikan kedatangan rombongan.
Para prajurit Praja Hadipuran Manunggal dengan Kodim 0719 Jepara telah berbaris rapi yang siap menyambut sekaligus mengamankan rombongan yang akan segera tiba. Di belakang mereka ada kelompok kirab irama (drum band) yang nantinya akan memainkan Mars Jepara.
Prosesi Buka Luwur

Makam Ratu Kalinyamat berada satu kompleks dengan Masjid Mantingan. Di situlah saya menunggu. Nggak lama, rombongan pun tiba di pelataran masjid. Mereka segera berbaris rapi. Sementara, kain luwur langsung diserahkan kepada Camat Tahunan beserta petinggi Desa Mantingan.
Prosesi buka luwur dilakukan selepas Asar. Sebelumnya, rombongan melakukan Salat Asar berjemaah nggak lama setelah Bupati Jepara Witiarso Utomo bersama Wakil Bupati Muhammad Ibnu Hajar memberikan santunan untuk anak yatim yang ada di sekitar masjid.
Ritual buka luwur atau penggantian kain makam yang merupakan bagian dari Peringatan Hari Jadi ke-476 Kabupaten Jepara ini dipimpin langsung oleh Bupati Witiarso diiringi prajurit Praja Hadipuran. Bersama-sama, rombongan itu pun menuju makam.
“Penggantian kain luwur ini bukan hanya tradisi, tetapi wujud penghormatan kepada leluhur. Kita juga seperti membuka lembaran baru yang penuh harapan untuk Jepara,” terang Wiwit, sapaan akrab Bupati Witiarso sesaat sebelum prosesi penggantian kain dilakukan.
Doa untuk Kemajuan Jepara

Sebelum kain diganti, seluruh rombongan terlebih dahulu melantunkan doa dan bertawasul kepada Ratu Kalinyamat melalui bacaan tahlil. Setelah itu, secara perlahan dan dengan penuh kelembutan, kain luwur lama dilepas, lalu diganti kain baru yang bersih, harum, dan telah melalui serangkaian doa.
Makam yang luwurnya telah diganti itu kemudian ditaburi bunga. Wiwit mengatakan, ritual ini adalah semacam bentuk penyucian. Namun, bukan semata penyucian fisik, tapi juga simbol pembaruan spiritual, harapan, dan keberkahan bagi Jepara.
Baca Juga:
Pijar Park Kembali Jadi Destinasi Wisata Keluarga Terfavorit di Kudus selama Libur Lebaran"Kami berdoa bersama untuk kemajuan Jepara. Sebagai anak-cucu dari Ratu Kalinyamat, doa dari leluhur adalah pijakan kita membangun Jepara yang lebih baik. Dengan menjadi anak-anak yang saleh, insyaallah Jepara akan diberkahi,” tuturnya.
Wiwit berharap, Kirab Buka Luwur Ratu Kalinyamat nggak hanya dimaknai sebagai seremonial budaya, tapi juga pengingat atas nilai-nilai perjuangan, keadilan, pendidikan, dan ekonomi kerakyatan yang ditanamkan Ratu Kalinyamat.
“Kepemimpinan beliau harus menjadi spirit untuk membangun Jepara yang berkeadilan dan inklusif,” ujarnya. "Ratu Kalinyamat merupakan simbol keteguhan dan keberanian yang perjuangannya harus menjadi inspirasi dalam membangun Jepara hari ini."
Sebagaimana kebanyakan warga yang datang, saya pulang nggak lama setelah seluruh proses buka luwur berakhir sekitar pukul 17.30 WIB. Ah, semoga nilai-nilai perjuangan Ratu Kalinyamat betul-betul bisa tertanam di benak kami! (Alfia Ainun Nikmah/E03)