Inibaru.id - Masjid Al-Aqsha atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Menara di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, selalu menjadi tempat yang nggak luput dikunjungi masyarakat ketika bertandang ke Kota Kretek.
Selain beribadah, Masjid Al-Aqsha selalu ramai dikunjungi masyarakat untuk berziarah, membaca ulang sejarah, atau sekadar berfoto. Dari segi bentuk, masjid yang bersanding dengan menara berbahan batu bata ini memang aestetik. Vibes-nya juga "kota santri" banget dengan banyaknya santri yang lalu lalang.
Sedikit informasi, Masjid Al-Aqsha didirikan oleh Ja’far Shodiq atau yang akrab dikenal sebagai Sunan Kudus. Semula, masjid ini nggak hanya dijadikan sebagai tempat ibadah, tapi juga pusat penyebaran Islam yang sarat nilai toleransi dan kearifan budaya.
Humas Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus (YM3SK) Denny Nur Hakim mengatakan, bangunan dan nilai-nilai ajaran Sunan Kudus hingga kini masih terus dilestarikan, termasuk larangan menyembelih sapi sebagai wujud toleransi dan penghormatan terhadap masyarakat Hindu kala itu.
“Dari dulu hingga sekarang, masyarakat Kudus masih menjaga tradisi ini. Bahkan, saat kami melakukan pengecekan di rumah pemotongan hewan pun tidak ada yang menyembelih sapi,” ujarnya, akhir Februari lalu.
Masjid yang Autentik

Berdirinya masjid ini dibuktikan dengan adanya batu prasasti yang masih tersimpan di mihrab imam. Prasasti itu, Denny mengungkapkan, memuat empat poin. Yang pertama adalah keberadaan nama wilayah yang disebut Al-Quds (sekarang disebut Kudus, red).
"Poin selanjutnya adalah pemberi nama yaitu Sunan Kudus Ja'far Shodiq, lalu nama masjid, diikuti tanggal berdirinya yakni 19 Rajab 1956 H atau 23 Agustus 1549," terangnya.
Awal berdiri, Denny menambahkan, Masjid Al-Aqsha belum sebesar sekarang. Luasnya hanya sebatas dari ruang pengimaman hingga gapura bagian dalam masjid. Lantaran nggak sebanding dengan jumlah jemaah yang datang, masjid pun terus direnovasi hingga tiga kali.
"Masjid ini telah mengalami beberapa kali perluasan untuk menampung jemaah yang semakin banyak, meski tetap mempertahankan bangunan atau bagian-bagian asli sebagai bentuk pelestarian sejarah,” jelasnya. "Renovasi pertama pada 1918-1919, kedua 1927, dan terakhir 1993; perbaikan puncak."
Gapura di Dalam Masjid

Memasuki Masjid Al-Aqsha , pandangan pengunjung biasanya akan langsung tertuju pada sebentuk gapura di tengah-tengah masjid yang tampak janggal. Gapura bercorak Hindu itu dikatakan Denny sengaja nggak dirobohkan sebagai bentuk edukasi kepada pengunjung masjid.
“Sengaja tidak dihilangkan oleh para sesepuh. Tujuannya untuk mengedukasi kepada generasi yang mendatang,” akunya.
Dari gapura, untuk menilik jejak sejarah di Masjid Menara Kudus ini, kamu perlu berjalan ke barat atau ke arah makam untuk menyambangi tempat wudu laki-laki. Tempat wudu ini masih autentik terbuat dari batu bata berbentuk balok persegi panjang dengan motif seni ukir Hindu.
"Motif (ukiran) tidak masalah, asalkan tidak menyerupai suatu makhluk. Ada delapan pancuran di tempat wudu itu, yang disebut Delapan Jalan Kebenaran atau Asta Sanghika Marga,” kata Denny.
Masjid Al-Aqsha dan Menara Kudus

Masjid Al-Aqsha menjadi satu kesatuan dengan Menara Kudus. Kalau kamu perhatikan, Menara Kudus memiliki kemiripan dengan Candi Kidal atau Candi Singosari di Jawa Timur; atau menara Kukkul di Bali. Sejak awal, Menara Kudus memang bangunan Hindu.
Sebagai bagian dari Masjid Al-Aqsha , Menara Kudus kini menjadi simbol dari toleransi antarumat beragama. Konon, dulunya lokasi menara ini menjadi tempat sumber mata air kehidupan berada. Mata air itu diyakini bisa membuat mahluk yang telah mati hidup kembali saat dimasukkan ke dalamnya.
"Namun, saat ini mata air tersebut telah ditutup dengan bangunan menara lantaran khawatir lokasi tersebut akan dikultuskan orang," kata Denny.

Bangunan menara yang semula menjadi tempat pemujaan pun kini telah diubah fungsinya sebagai tempat untuk mengumandangkan azan.
“Jika masyarakat Hindu fungsi menara itu adalah untuk pemujaan atau peribadatan, beda dengan Menara Kudus yang digunakan untuk mengumandangkan azan. Meskipun hampir sama secara arsitektur, tapi fungsinya berbeda,” ujarnya.
Bangunan Menara Kudus tampak tinggi menjulang di dekat Masjid Al-Aqsha. Dari dekat, menara setinggi 18 meter itu tampak molek dengan hiasan 32 piring keramik bergambar yang mengelilinginya.
"Ada 20 piring berwarna biru berlukiskan masjid, manusia dengan unta, dan pohon kurma. Sisanya, sebanyak 12 piring berwarna merah putih berlukiskan kembang," kata Denny.
Kalau kamu sempat melintas di Kudus, sempatkan diri untuk mampir ke Masjid Menara Kudus ya, Millens! (Alfia Ainun Nikmah/E03)