inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Puncak Widosari, Saksi Sejarah Kesetiaan Pengikut Pangeran Diponegoro
Rabu, 28 Feb 2024 09:07
Penulis:
Bagikan:
Keindahan alam Puncak Widosari di Perbukitan Menoreh. (Kompas)

Keindahan alam Puncak Widosari di Perbukitan Menoreh. (Kompas)

Di balik keindahan Puncak Widosari, terdapat kisah sejarah tentang kesetiaan pengikut Pangeran Diponegoro yang terus menanti kepulangannya setelah ditangkap Belanda. Seperti apa ya ceritanya?

Inibaru.id – Salah satu tempat wisata alam yang cukup populer di Kulon Progo, Yogyakarta adalah Puncak Widosari. Maklum, bukitnya memiliki bentuk yang cukup menarik. Tapi, di balik keindahan alam yang ditawarkan Puncak Widosari, tersimpan sejarah besar terkait dengan kisah para pengikut Pangeran Diponegoro yang setia.

Puncak Widosari bisa kamu temui di Tritis, Kelurahan Ngargosari, Kecamatan Samigaluh. Kalau dari pusat kota Yogyakarta, jaraknya kurang lebih 40 kilometer ke arah barat laut, nggak jauh dari perbatasan Jawa Tengah, tepatnya Kabupaten Magelang. Karena lokasinya ada di Perbukitan Menoreh, wajar kalau suasana alam Puncak Widosari masih asri dan sejuk.

Untuk mencapai titik tertinggi yang bisa didaki manusia di Puncak Widosari, sudah tersedia 240 anak tangga yang bisa didaki para wisatawan. Begitu sampai di tempat tujuan, kamu bisa foto-foto atau sekadar melihat pemandangan alam dari ketinggian yang sangat indah, Millens.

Terkait dengan sejarah Puncak Widosari, salah seorang pegiat sejarah setempat bernama Sukiyono atau yang lebih akrab dikenal dengan Mbah Suki menceritakan kisah tentang para pengikut Diponegoro.

“Waktu Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda pada 1830, pengikutnya diminta untuk menyelamatkan diri. Nah, mereka berkumpul di sini, Puncak Widosari. Tatkala Pangeran Diponegoro diasingkan ke luar Jawa nggak lama kemudian, para pengikutnya tetap setia menunggu di sini. Mereka mengira Pangeran Diponegoro sedang umrah dan nantinya bakal kembali,” ungkap Sukiyono sebagaimana dilansir dari Radarjogja, Minggu (18/2/2024).

Kamu bisa <i>healing</i>&nbsp;di Puncak Widosari. (Google Maps/Fauzi Ahmad)
Kamu bisa healing di Puncak Widosari. (Google Maps/Fauzi Ahmad)

Sayangnya, harapan para pengikut setianya bahwa Pangeran Diponegoro bakal kembali nggak pernah terwujud. Semenjak diasingkan ke Manado, Sulawesi Utara pada 3 Mei 1830, Diponegoro kemudian dipindah ke Makassar untuk ditawan di Benteng Rotterdam. Dia terus mendekam di sana sampai 8 Januari 1855, hari terakhirnya melihat dunia.

Kalau kamu pengin napak tilas sejarah para pengikut Pangeran Diponegoro atau sekadar pengin healing menikmati pemandangan alam di sana, bisa datang ke lokasi yang ada di ketinggian 900 meter di atas permukaan laut tersebut. Tapi, kamu lebih disarankan untuk datang pada pagi buta atau jelang matahari terbenam.

Saat pagi buta, kamu bisa melihat matahari terbit dengan kabut tipis di sekitar Puncak Widosari. Kalau datang pas sore hari, kamu bisa melihat sunset yang sangat cantik. Nah, demi memenuhi keinginan wisatawan melihat kedua hal tersebut, tempat wisata ini buka setiap hari dari pukul 05.00 WIB sampai 18.00 WIB, Millens.

Yang pasti, tiket masuk Puncak Widosari cukup terjangkau, lo, yaitu hanya Rp6 ribu per orang. Murah banget jika dibandingkan dengan pemandangan alam menakjubkan yang ditawarkan.

Gimana, sudah siap untuk healing di akhir pekan di Puncak Widosari, Millens? Yuk kita ke sana! (Arie Widodo/E10)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved