Inibaru.id – Kerajaan Majapahit memang sudah runtuh pada 1527. Tapi, kisah kejayaannya saat di bawah kekuasaan Hayam Wuruk (1350-1389) masih harum hingga sekarang. Pada masa pemerintahannya itu pula, nama Patih Gajah Mada sering disebut-sebut.
Sayangnya, setelah Insiden Perang Bubat pada 1537, kepercayaan Majapahit terhadapnya dalam mengendalikan militer dan sektor pemerintahan penting lain berkurang. Dia pun dilengserkan.
Konon, dia kemudian menghabiskan sisa hidupnya di Madakaripura, Probolinggo, Jawa Timur. Tapi, ada kisah yang menyebut Gajah Mada sempat singgah ke Kudus, Jawa Tengah, pada masa pengasingannya tersebut. Dia mampir ke sebuah tempat yang kini dikenal dengan sebutan Petilasan Mbah Modo.
Lokasinya ada di Dukuh Semliro, Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog. Letaknya ada di lereng Gunung Muria, sekitar 22 kilometer dari pusat kota Kudus. Kalau menurut Tetua Kampung Adat Semliro Saidi, warga setempat mengetahui kisah Gadjah Mada secara turun-temurun
“Ini cerita turun-temurun dari nenek moyang, dari simbah kami. Dulu Gajah Mada pernah bertapa di lereng Muria setelah nggak lagi menjabat sebagai Patih di Kerajaan Majapahit. Warga setempat mengenalnya sebagai Eyang atau Mbah Modo. Tentang kebenarannya, mohon maaf saya nggak bisa membuktikan. Yang pasti tempat ini disakralkan warga Dukuh Semliro,” jelas Saidi sebagaimana dikutip dari Detik, Minggu (10/7/2022).
Karena dianggap sebagai tempat sakral, wajar jika Petilasan Mbah Modo pun sering dikunjungi peziarah baik itu dari dalam wilayah Kudus atau dari luar kota. Bahkan, menurut tokoh masyarakat lainnya, Mbah Sutekno, orang-orang penting dari Keraton Surakarta juga pernah datang ke tempat tersebut.
“Iya, kerabat Keraton Surakarta rutin ke sini,” jelas Mbah Sutekno sebagaimana dinukil dari Dupanews, (21/11/2021).
Bagi warga setempat, lokasi ini juga kerap dijadikan tempat untuk mengadakan syukuran. Apalagi jika ada yang pengin menggelar hajatan. Warga percaya, kalau nggak melakukannya, desa bisa mengalami bencana.
“Kalau ada yang lupa ritual sedekahan, ada saja kejadian nggak masuk akal seperti atap rumah separuh warga Semliro disapu angin,” terang Kepala Desa Rahtawu Didik Aryadi sebagaimana dinukil dari Tribunnews, Jumat (8/7/2022).
Sebenarnya, selain ramai didatangi peziarah karena dianggap sebagai tempat sakral, ada alasan lain yang membuat banyak orang datang ke tempat tersebut, yaitu pemandangan alamnya yang indah. Dari halaman depan bangunan petilasan yang memiliki arsitektur khas Jawa dan atap mirip dengan Masjid Agung Demak tersebut, terhampar pemandangan alam perbukitan yang masih asri. Suhu udara di Petilasan Mbah Modo juga sejuk karena berada di ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).
Nggak disangka ternyata di Kudus terdapat tempat yang diyakini terkait dengan sejarah Gajah Mada dan Majapahit, ya? (Arie Widodo/E10)