inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Kisah Punden Perigi dan Asal Mula Desa Banyuurip, Purworejo
Jumat, 5 Mei 2023 15:19
Penulis:
Bagikan:
Punden Perigi di Banyuurip, Purworejo. (Detak Jateng)

Punden Perigi di Banyuurip, Purworejo. (Detak Jateng)

Konon, Punden Perigi dulu dijadikan tempat bertapa Pangeran Joyokusumo yang terusir dari Majapahit. Air yang ada di situs cagar budaya tersebut disebut-sebut membawa berkah, lo.

Inibaru.id – Punden Perigi lebih dari sekadar situs cagar budaya bagi masyarakat Dusun Kembaran, Desa Banyuurip, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah. Bangunan ini dianggap kaya akan nilai sejarah dan dianggap sebagai asal mula dari keberadaan wilayah tersebut.

Bangunan yang berupa bangunan joglo dengan ukuran 3,2 meter x 3,2 meter dipercaya sebagai tempat pangeran asal Majapahit yang terusir menepi bernama Pangeran Joyokusumo. Di sana, sang pangeran yang hidup saat Raja Hayam Wuruh bertahta tersebut bertapa.

Menurut keterangan Budaya-Indonesia, (6/8/2018), Pangeran Joyokusumo adalah putra dari Hayam Wuruk dengan seorang selir. Pada suatu hari, sang raja menggelar rapat dan meminta semua keluara dan petinggi kerajaan hadir. Sayangnya, Joyokusumo justru nggak datang. Gajah Mada kemudian diminta untuk mencarinya. Ternyata, dia sedang mencari belalang untuk pakan burung peliharaannya, Kebrok.

Hayam Wuruk naik pitam dengan aksi sang pangeran dan mengusirnya dari kerajaan. Bersama dengan adiknya yang masih kecil, Galuhwati, Joyokusumo kemudian terus berjalan ke arah barat sampai di daerah Purworejo. Saat Galuhwati kehausan, Joyokusumo kemudian menancapkan keris sakti Kyai Dhalang atau juga dikenal dengan sebutan lain Panubiru ke dalam tanah hingga keluar air.

Air tersebut kemudian digunakan Galuhwati untuk minum dan membersihkan diri. Nggak disangka, air tersebut terus mengalir dan akhirnya bisa dipakai warga setempat untuk dikonsumsi atau keperluan bercocok tanam.

Karena dianggap memberikan kehidupan (urip dalam Bahasa Jawa), maka tempat di mana Joyokusumo menancapkan keris dan mengeluarkan air (banyu dalam bahasa Jawa), disebut sebagai Banyuurip. Dari situlah nama desa tersebut berasal.

Punden Perigi Masih Terawat dengan Baik

Sejumlah bebatuan bersejarah di Punden Perigi. (Cantrik/Pawit Sentriyono)
Sejumlah bebatuan bersejarah di Punden Perigi. (Cantrik/Pawit Sentriyono)

Karena memiliki nilai sejarah yang tinggi, warga sekitar pun merawat Punden Perigi dengan baik sampai sekarang.

Di sana, kamu masih bisa melihat batu lutut, batu dakon, lumpah, serta yoni yang dipakai sebagai wadah untuk menampung air untuk membersihkan wajah. Konon, air tersebut bisa membawa berkah, yo. Benda-benda bersejarah tersebut masih berada dalam kondisi baik.

Dekat dengan Punden Perigi, dibangun pendopo dengan ukuran 8 x 16 meter Di sanalah warga sering mengadakan kegiatan Merti Desa, kenduri, hingga menggelar wayang setelah musim panen.

“Setelah pandemi, gelaran wayang kulit di sini digelar berbeda dari tahun sebelumnya, yaitu dilengkapi dengan upacara tumpengan. Acaranya jadi mirip seperti gerebeg,” ungkap Andi Kusumo, salah seorang petugas yang mengurus Punden Perigi sebagaimana dikutip dari Detak Jateng, Minggu (8/11/2000).

Hm, jadi tertarik buat datang ke Punden Perigi ya Millens dan mendapatkan berkah dari air yang ada di situs cagar budaya tersebut. Kapan nih kita main ke sana? (Arie Widodo/E05)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved