Inibaru.id – Setelah Kota Yogyakarta, bisa dikatakan Kabupaten Sleman adalah wilayah yang paling populer di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Soalnya, di sana cukup banyak lokasi kos-kosan yang dicari mahasiswa dari luar kota. Selain itu, cukup banyak tempat wisata yang bisa kamu lihat di kabupaten tersebut.
Cukup banyak candi-candi kuno yang bisa kamu temui di Sleman. Bahkan, Sleman juga pasti disebut dalam pemberitaan tentang Gunung Merapi. Omong-omong soal nama Sleman, kamu tahu nggak sih sejarah mengapa kabupaten ini diberi nama tersebut?
Ada beberapa versi yang menjelaskan tentang penamaan Kabupaten Sleman. Versi pertama adalah berasal dari dajah dalam Bahasa, yaitu ‘liman’. Konon, ratusan tahun yang lalu, di lokasi yang kini dikenal sebagai Lapangan Denggung adalah hutan lebat. Di sana ditemukan sebuah patung gajah, lengkap dengan dua anaknya.
Gajah tersebut kabarnya adalah tunggangan dari Sultan Hadiwijaya, pendiri Kerajaan Pajang yang memerintah dari 1568 sampai 1582. Keberadaan gajah yang saat itu masih disebut sebagai ‘liman’ itulah yang disebut-sebut sebagai cikal bakal penamaan Kabupaten Sleman.
Meski begitu, ada versi lain yang dijelaskan oleh seorang filolog Jawa Kuna dan Sansekerta dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta KRT Manu Widyaseputra. Bukannya gajah, menurut KRT Manu, kata Sleman justru berasal dari pohon randu alas.
Dia menemukan kata ‘saliman’ di Kakawin Ramayana yang ditulis pada saat Mataram Kuno dipimpin oleh Rakai Pikatan. Nah, ‘saliman’ di sini ternyata adalah pohon randu alas, bukannya gajah.
“Sampai sekarang masih banyak pohon randu alas berusia tua. Yang paling banyak di makam raja-raja di Imogiri. Usianya kebanyakan lebih dari 100 tahun,” ungkapnya sebagaimana dilansir dari Kumparan, Kamis (23/12/2021).
Menariknya, KRT Manu menyebut ‘saliman’ sebenarnya bisa disebut sebagai api. Tapi, pemakaian kata ini untuk pohon randu alas disebabkan oleh pemandangan saat bunga pohon tersebut yang mekar yang berwarna merah seperti api. Apalagi, saat bunganya mekar, dedaunan randu alas biasanya akan gugur semua.
Pohon randu alas dulu biasanya ditanam di dekat area makam dan dekat dengan asrama para brahmana, kaum terpelajar yang sering melakukan pemujaan kepada para dewa.
“Asrama para brahmana ini harus ada di dekat sungai, di hutan, serta di gunung. Di tiga lokasi ini harus ada,” lanjut KRT Manu.
Layaknya sekarang Jogja dianggap sebagai Kota Pelajar, zaman dahulu, Yogyakarta juga dikenal sebagai pusat para kaum brahmana yang terpelajar, Millens.
“Jadi, jauh sebelum Mataram Islam eksis, sudah ada istilah ‘saliman’ itu,” pungkas KRT Manu.
Meski begitu, penetapan Sleman sebagai nama resmi sebuah wilayah baru terjadi pada 15 Mei 1916. Pemerintah Kolonial Belanda saat itu membagi Kasultanan Yogyakarta menjadi tiga kabupaten, yaitu Kalasan, Bantul, dan Sulaiman (Sleman). Karena itulah, tanggal 15 Mei selalu diperingati sebagai hari jadi Kabupaten Sleman.
Menarik juga ya asal-usul penamaan Sleman. Dulu banyak asrama para kaum brahmana, kini jadi lokasi kos-kosan bagi kaum pelajar yang kuliah di Jogja. Keren! (Arie Widodo/E10)