Inibaru.id - Menjamurnya trend bersepeda di masyarakat di masa pandemi Covid-19 ternyata turut meningkatkan popularitas sepeda lipat bermerek “Brompton”. Padahal, sepeda ini memiliki harga yang nggak murah. FYI, Millens, satu unit sepeda Brompton bisa saja berharga Rp 50 juta!
Nggak hanya soal popularitas, mahalnya harga sepeda Brompton ini juga dipengaruhi oleh keunggulan desain dan bahan berkualitas tinggi. Sepeda ini juga enteng, lo Millens. Bahkan, konon sepeda ini dibuat secara handmade. Sepeda ini pun dikenal lebih tangguh sekaligus estetik.
Ternyata, ada lo beberapa fakta menarik terkait dengan sepeda Brompton. Perjalanannya juga nggak mulus-mulus amat sebelum dikenal luas seperti sekarang. Yuk simak fakta-faktanya.
Nama Brompton Terinspirasi dari Gereja
Andrew Ritchie adalah sang penggagas sepeda Brompton. Dia merintis produksi sepeda ini pada 1975. Meski profesi utamanya adalah teknisi, Ritchie ternyata juga nyambi jadi tukang kebun. Dia nggak memiliki modal banyak saat itu. Dia bahkan numpang tinggal di apartemen temannya di Kensington Selatan, London.
Awal mula Ritchie menggagas produksi sepeda Brompton adalah saat berkenalan dengan Bill Ingram. Bill saat itu sedang membangun pabrik untuk produksi sepeda Bickerton. Melihat gaya sepeda Bickerton yang unik, Ritchie pun berkeinginan untuk membikin sendiri.
Pada 1975, Ritchie mulai merancang sepeda pertamanya. Dua tahun kemudian, prototype pertama sepeda tersebut berhasil dibuat usai mendapatkan investasi sebesar 100 Poundsterling hasil urunan sepuluh temannya. Saat merancang sepeda keduanya, Ritchie lewat di depan Gereja Brompton dan terkesima dengan namanya. Dia pun kemudian memilih nama gereja ini sebagai merek sepedanya.
Sempat Berhenti Karena Kehilangan Investor
Produksi Brompton dimulai pada 1981. Pada masa-masa awal ini, Brompton diproduksi dalam skala kecil, yaitu 50 unit saja. Sepeda-sepeda lipat ini dipasarkan di kalangan teman-teman Ritchie.
Sayangnya, Ritchie kemudian kehilangan investor. Pada 1982, dia pun memilih untuk menghentikan produksi sepedanya. Beruntung, teman-temannya ternyata nggak hilang harapan. Mereka membantunya mempromosikan produk sepeda Brompton ke seorang pebisnis. Dia pun kembali mendapatkan investor untuk memproduksi sepedanya.
Semakin Populer dan Laris di Pasaran
Brompton diproduksi di sebuah pabrik di kawasan Brentford, London Barat, sejak 1988. Di masa ini, popularitas dan penjualan sepeda ini semakin meningkat.
Brompton kemudian membuka 40 gerai lain di Britania Raya. Seiring dengan waktu, Brompton dijual ke negara-negara lain di Eropa seperti Jerman, Belanda, Austria, prancis, dan Belgia. Pada 2011, Brompton bahkan membuka cabang di Kobe, Jepang. Hal ini menegaskan ekspansi Brompton ke seluruh dunia.
Gimana Millens, sejarah perkembangan sepeda Brompton ternyata keren, ya? (Idn/IB28/E07)