Inibaru.id – Nggak semua pesta pernikahan menyajikan makanan secara prasmanan. Di Indonesia, khususnya di acara pernikahan yang ada di Jawa Tengah, kamu bisa melihat hidangan disajikan dengan piring terbang. Eits, istilah ‘piring terbang’ disini bukan piring yang beneran terbang atau benda asing seperti UFO ya, Millens. Istilah ini berarti piring yang berisi jamuan diantar oleh pramusaji ke tamu.
Istilah piring terbang sudah populer sejak lama. Dikutip dari Pemerintah Kota Surakarta, Selasa (11/10/2022), menurut sejarawan Solo KRMT L Nuky Mahendranata, tradisi piring terbang ini sudah ada sejak 1980-an. Tujuan dari penyajian ini untuk menghormati tamu supaya nggak kerepotan mengambil sendiri makanan yang disediakan.
Meskipun kini sering dilakukan di acara-acara pernikahan yang digelar di kawasan Solo Raya, piring terbang justru muncul dan berkembang jauh dari pusat kota Mataram, tepatnya di sekitar Wonosari, Klaten, hingga Wonogiri.
Bagi keluarga yang menggelar hajatan, tradisi ini dianggap menghargai para tamu. Soalnya, para tamu ini akan dilayani dengan sejumlah makanan dan minuman. Mereka pun diperlakukan seperti seorang raja atau tamu kehormatan.
Panduan urutan hidangan
Betewe, tradisi piring terbang ini nggak dilakukan sembarangan. Sudah ada panduan untuk urutan hidangannya. Panduan ini diberi singkatan USDEK.
Dilansir dari Siap Nikah, Selasa (11/10/2022). U di dalam USDEK berarti ‘unjukan’ alias minuman yang biasanya disajikan bersaman dengan camilan. Biasanya, minuman ini sudah disiapkan di atas meja sebelum tamu datang. Di samping teh juga telah disiapkan camilan seperti bolu/prol tape, risol/kroket, dan kacang goreng.
Setelah U adalah S yang berarti ‘sup’. Hidangan ini disajikan setelah jeda kurang lebih 5 menit dari pemberian minuman. Oleh pramusaji, para tamu akan diberi hidangan sup atau selat solo. Selanjutnya, yang disajikan adalah D alias ‘dhaharan’ yang berarti makanan utama berupa nasi dengan lauk pauk yang lengkap seperti sambal goreng, capcai, acar kuning, dan kerupuk.
Setelah hidangan utama, yang disajikan adalah E atau ‘es krim’. Nggak harus es krim, makanan penutup yang disajikan juga bisa berupa es buah, puding, atau penganan lain. Setelah tamu mengonsumsinya, maka urutannya sudah bergeser ke K atau 'kondur'. Arti dari istilah ini adalah para tamu beranjak pulang dari acara hajatan, Millens.
Omong-omong, urutan USDEK ini mirip dengan set menu fine dining ya. Diawali dengan makanan pembuka atau appetizer, dilanjutkan dengan makanan utama atau main course, dan diakhiri dengan makanan penutup atau dessert.
Kalau di tempat kamu tinggal, masih ada tradisi piring terbang ini nggak, Millens? (Fatkha Karinda Putri/E07)