Inibaru.id – Jika dibandingkan dengan Belanda, informasi tentang tautan sejarah antara Indonesia dan Jerman sangatlah sedikit. Padahal, per 2019 lalu saja, lebih dari 19 ribu orang Jerman atau keturunan Jerman tinggal di Indonesia. Selain itu, ada sebuah kisah unik tentang Telaga Sarangan yang pernah banyak dihuni orang Jerman.
Kisah tentang orang-orang Jerman di Indonesia tentu saja terkait dengan zaman penjajahan Belanda. Dulu, saat Indonesia masih bernama Hindia Belanda, banyak orang Jerman datang ke sini untuk berbagai kepentingan, terutama bisnis.
“Dari dekade 1900-an sampai 1930-an, banyak orang Jerman datang ke Hindia Belanda untuk berdagang, bisnis, dan keperluan lainnya. Ada juga yang sengaja dibawa pemerintah Hindia Belanda sebagai staf ahli, insinyur, dan lain-lain,” terang pegiat sejarah Nur Setiawan dari Surabaya Historical Community sebagaimana dikutip dari Detik, Senin (1/7/2024).
Layaknya orang Indonesia zaman sekarang yang butuh healing, orang Jerman pada zaman dahulu juga sama. Setelah disibukkan dengan berbagai macam pekerjaan di kota besar, mereka juga pengin bersantai di akhir pekan atau saat liburan di tempat yang tenang dan punya iklim sejuk layaknya di negara asal mereka. Nah, Telaga Sarangan pun jadi pilihan.
Asal kamu tahu saja, Telaga Sarangan berlokasi di lereng Gunung Lawu dengan ketinggian sekitar 1.200 meter di atas permukaan laut (mdpl), tepatnya di Kecamatan Plaosan, Magetan, Jawa Timur. Nggak hanya danaunya yang cukup luas karena mencapai 30 hektare, wilayah di sekitar danau masih asri dan memiliki suhu udara yang sejuk, yaitu antara 15-25 derajat Celsius setiap hari. Mirip-mirip dengan suhu di Eropa, Millens.
Sayangnya, ketenangan orang Jerman di Telaga Sarangan berakhir gara-gara Perang Dunia II. Kala itu, pemerintah Hindia Belanda mengisolasi orang-orang Jerman di sana sehingga nggak bisa lagi pergi ke wilayah lain. Alasannya, pada Perang Dunia II, Jerman ada di kubu lawan Belanda.
“Waktu Perang Dunia II kan Belanda ada di kubu Inggris, Amerika, dan Australia. Sementara Jerman ada di sisi Jepang,” lanjut Wawan.
Saat Jepang menguasai Tanah Air pada 1942, barulah warga Jerman di Telaga Sarangan bisa pergi ke luar wilayah. Bahkan, ada sejarah yang menyebut sejumlah tentara Nazi sampai datang ke sana, lo. Nah, setelah Indonesia merdeka, mereka pun tetap memilih untuk tinggal di Telaga Sarangan karena jika memilih untuk pulang kampung, bisa diburu tentara Sekutu.
Karena sudah kadung menganggap Indonesia jadi negara kedua, saat Agresi Militer Belanda dilakukan di Indonesia, orang-orang Jerman sampai ikutan memberikan pelatihan militer ke tentara Indonesia.
Nah, pas agresi militer berakhir, saat Indonesia benar-benar nggak lagi diusik kedaulatannya, dan sisa kekacauan Perang Dunia II sudah benar-benar mereda, orang-orang Jerman di Telaga Sarangan barulah bisa pulang kampung.
“Mereka pulang dalam jumlah besar lewat jalur laut pada 1950-an sampai 1960-an,” pungkas Wawan.
Hm, andai orang Jerman di Telaga Sarangan tetap berada di sana, mungkin kita bakal melihat banyak keturunan Jerman yang bisa berbahasa Jawa selain keluarga Scheunemann, ya, Millens? Haha! (Arie Widodo/E10)