Inibaru.id – Meski kini lebih dikenal sebagai bangsa agraris, nyatanya nenek moyang orang Indonesia dikenal sebagai pelaut andal. Hal ini dibuktikan dengan adanya kisah sejarah hebat tentang Jung Jawa, kapal tradisional asli Indonesia yang dulu terkenal menguasai lautan Nusantara dan mengarungi banyak Samudra.
Tatkala Bangsa Portugis berlayar dari Eropa dan singgah ke Malaka pada 1511, mereka terkesima dengan keberadaan kapal Jung Jawa tersebut. Saking terkesimanya, salah seorang pelautnya, Tome Pires sampai membuat catatan yang isinya memuji kapal tersebut.
“Kapal Portugis yang terbesar yang ada di Malaka rasa-rasanya nggak bisa disebut sebagai kapal jika dibandingkan dengan Jung Jawa,” tulis Pires dalam catatannya.
Yang lebih mengejutkan, catatan pelaut Portugis lainnya, Diego de Couto dalam buku Da Asia yang terbit pada abad ke-16 membuktikan bahwa sebelum bangsa Eropa berlayar sampai Tanjung Harapan yang ada di ujung selatan Benua Afrika dan Madagaskar, kapal-kapal Jung Jawa sudah lebih dahulu melakukannya. Siapa yang mengendalikan kapal-kapal ini? Orang Asia berkulit cokelat yang mengaku berasal dari Jawa.
Dalam catatan tersebut, terungkap bahwa Jung Jawa dibuat dari papan kayu berlapis empat dan empat tiang layar yang megah. Dinding kapalnya sangat kuat sampai mampu menahan tembakan meriam kapal-kapal Portugis.
Bobot Jung Jawa juga melebihi kapal-kapal dari Eropa pada umumnya, yaitu mencapai 600 ton. Bahkan, konon Jung Jawa yang dipakai armada Demak untuk menyerang Portugis di Malaka pada 1513 dikabarkan memiliki bobot mencapai 1.000 ton alias setara dengan kapal-kapal modern zaman sekarang!
Sayangnya, ukurannya yang besar dan bobotnya yang berat membuatnya nggak bisa bermanuver lincah. Gerakannya juga cenderung lamban jika dibandingkan dengan kapal-kapal Eropa. Meski begitu, tetap saja kemegahan kapal ini mampu membuat pelaut dari Eropa berdecak kagum. Maklum, di zaman dahulu, sangat jarang ada kapal yang punya kapasitas super besar dan mampu membawa komoditas dalam jumlah yang sangat banyak seperti Jung Jawa.
Sayangnya, kelemahan Jung Jawa dalam hal manuver ini pada akhirnya bikin kerajaan-kerajaan di Jawa kerap kalah dalam pertempuran di lautan. Mereka pun akhirnya memindahkan pusat kekuasaan dari tepi pantai ke tengah daratan. Sejak saat itulah, Jung Jawa semakin ditinggalkan dan akhirnya tersisa sejarahnya saja yang megah.
Bahkan, pada 1655, tatkala Mataram dipimpin Amangkurat I, kapal-kapal di pesisir Jawa dihancurkan demi mencegah terjadinya pemberontakan. Ahli pembuat kapal pun lambat laun semakin menghilang, deh. Apalagi, saat VOC menguasai pelabuhan di Nusantara pada abad ke-18, ada peraturan yang melarang pembuatan kapal dengan kapasitas lebih dari 50 ton. Jung Jawa yang berukuran jauh lebih besar pun tamat riwayatnya dan digantikan kapal-kapal yang lebih kecil.
Yap, meski Jung Jawa sudah nggak ada lagi, setidaknya Indonesia patut berbangga karena dulu memiliki kapal megah yang menguasai lautan Nusantara dan menjelajah berbagai Samudra. Keren ya, Millens? (Arie Widodo/E10)