Inibaru.id - Selama ini, Sobat Millens mungkin hanya memanfaatkan tomat sebagai bahan baku makanan dan kecantikan. Tapi lainnya halnya dengan tiga mahasiswa jurusan Kimia, Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya. Mereka berhasil memanfaatkan sari buah tomat sebagai pengganti zat kimia berbahaya pada baterai. Wah, kreatif!
Mengutip youngster.id (13/7/2018), ketiga mahasiswa itu adalah Febrilia Agar Pramesti, Abduh Muharram Chairacita, dan Putri Augista Nur Azizah. Di bawah bimbingan dosen Endang Purwanti Setya, ketiganya membuat karya inovasi yang berdasarkan ide dan arahan dari mahasiswa pascasarjana Kimia, Randy Yusuf Kurniawa.
Perlu kamu tahu, sebagai sumber energi listrik dalam komposisi baterai memiliki elektrolit. Yaitu zat kimia yang berbahaya bagi lingkungan seperti lithium dan timbal. Bahkan jika zat tersebut bereaksi, bisa menimbulkan ledakan dan keracunan pada tubuh. Mengerikan ya?
Atas dasar itulah, mereka akhirnya mencoba menciptakan energi baru. Menggunakan tomat mentah hingga masak sebagai bahan ujinya, tomat tersebut diambil sarinya terlebih dahulu. Selanjutnya, baru deh sari tomat itu diproses menjadi baterai gel.
Sumber Proton
Adapun pemilihan tomat sebagai bahan uji coba, lantaran tomat selain sangat mudah dijumpai di Indonesia dengan harga murah, juga merupakan buah dengan tingkat keasaman yang baik. Per 100 gram tomat mampu menghasilkan 10-40 miligram vitamin C.
Febrilia dan Putri sedang mengetes muatan listrik sari tomat. (its.ac.id)
Nah, asam pada tomat itulah yang menjadi sumber proton. Jika proton bereaksi dengan elektroda, nantinya akan menghasilkan elektron yang mengalir ke sirkuit luar sehingga terjadi aliran listrik. Namun, karena sari tomat tersebut masih berupa cairan, sehingga tegangan listrik yang dihasilkannya kecil.
Sehingga sebelum dirangkai menjadi baterai, terlebih dahulu biopolimer berupa agarose ditambahkan ke dalam sari tomat supaya menjadi elektrolit berbentuk gel. Adanya penambahan agarose ini mampu meningkatkan densitas atau kerapatan elektrolit yang dapat membuat nilai tegangan listrik menjadi tinggi.
Dari hasil penelitian menunjukkan, tegangan listrik yang dihasilkan yakni 1 volt dan masih bisa dilakukan pembesaran skala agar tegangan yang dihasilkan lebih besar. Selain itu, tegangan dan arus listrik yang dihasilkan juga sangat stabil. Mereka pun berharap, nantinya inovasi tersebut bisa digunakan oleh masyarakat sebagai baterai yang ramah lingkungan.
Bagaimana, kreatif ya? Pantas saja karya mereka lolos untuk dilombakan dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (Pimnas) Ke-31 di Yogyakarta, Agustus mendatang. (IB05/E05)