Inibaru.id - Sempat populer di masa awal pandemi Covid-19, kini sepeda nggak lagi populer. Jika dulu orang berduyun-duyun gowes demi badan yang sehat sekaligus meningkatkan sistem imun, kini banyak orang yang mulai menjual sepedanya karena bosan. Masalahnya, penjualan sepeda di sejumlah distributor sampai ikut-ikutan menurun.
Pada 2020, sejumlah kota di Indonesia bahkan sampai menerapkan kebijakan demi mengakomodasi semakin banyaknya orang bersepeda. Salah satunya adalah Semarang. Di sejumlah jalan, dibuat jalur khusus bagi pengguna sepeda.
Saking populernya, penjualan sepeda naik drastis di masa-masa awal pandemi. Nggak hanya sepeda murah, sepeda berharga mahal bahkan sampai ikut-ikutan laris manis. Banyak yang bahkan rela membeli sepeda impor yang harganya selangit!
Hanya, namanya tren sesaat, pasti bakal mereda juga. Goweser-goweser musiman yang biasa menghiasi pusat kota kala akhir pekan perlahan lenyap. Mungkin mereka punya tren lain yang harus diikuti agar tetap eksis atau sudah balik ke kesibukannya masing-masing yang sempat tertahan karena pembatasan sosial.

Menurunnya euforia bersepeda itu berdampak pula pada penjualan. Hal itu diungkap oleh Ketua Forum Industri dan Pengusaha Sepeda Indonesia (FIPSINDO) Eko Wibowo.
"Terus terang, sejak akhir tahun 2020 sudah mulai menurun. November, Desember, dari bulan-bulan sebelumnya mulai turun, karena kegiatan masyarakat sudah mulai banyak. Nggak PSBB ketat, nggak lagi hanya di rumah, sudah banyak aktivitas-aktivitas," kata Eko, Selasa (5/1/2021).
Hal yang sama juga diamini oleh Asosiasi Industri Persepedaan Indonesia (AIPI). Mereka memprediksi permintaan sepeda akan turun sekitar 5 sampai 8 persen.
Pada 2020 lalu, AIPI mencatat total permintaan sepeda di pasar domestik mencapai 8 juta unit. Sekitar 3 juta – 3,5 juta unit di antaranya dipenuhi oleh sepeda hasil produksi dalam negeri, sedangkan sisanya dipasok oleh sepeda impor.

Dari pelaku penjual langsung pun juga mengungkap hal yang sama. Chief Executive Roda Maju Bahagia (RMB) melaporkan kalau penjualan sepeda sudah menurun sejak akhir tahun lalu.
“Sudah turun sejak November 2020,” ujarnya.
Penurunan penjualan ini dinilai Hendra nggak jauh beda dari pendapat-pendapat sebelumnya, yakni orang-orang sudah memiliki kesibukan kembali dibandingkan di masa-masa awal pandemi yang cenderung berada di rumah aja. Selain itu, faktor cuaca yang belakangan sering hujan dan nggak menentu juga menambah keengganan masyarakat untuk beraktivitas di luar rumah, termasuk bersepeda.
Menariknya, optimisme tetap dijunjung oleh Direktur PT Insera Sena Wiliam Gozali. Dia mungkin sepakat jika menurunnya antusiasme bersepeda akan berdampak pada penjualan. Namun, dia yakin jika masih banyak orang yang menganggap sepeda sebagai bagian dari gaya hidup.
“Yang awalnya ikut-ikutan lalu jadi hobi beneran kan nggak sedikit juga. Nah di situlah saya yakin penjualan sepeda akan stabil lagi,” ucapnya.
Kamu termasuk goweser musiman sebagaimana saat masa-masa awal pandemi atau memang aslinya hobi naik sepeda nih, Millens? (Cnb/IB28/E07)