Inibaru.id – Perang Jawa yang dikobarkan Pangeran Diponegoro pada 1825-1830 menjadi salah satu perang paling dahsyat yang harus dihadapi pemerintah kolonial Belanda. Meski berakhir dengan penangkapan sang pangeran, cerita heroik dari perang ini masih terngiang sampai sekarang. Salah satu kisah kepahlawanan itu adalah tentang Kiai Singadipa.
Perjuangan Eyang Kiai Ngabehi Singadipa baru terlihat setelah Pangeran Diponegoro ditangkap dan diasingkan ke Sulawesi. Meski pimpinan perang sudah tertangkap, Kiai Ngabehi yang merupakan panglima di kawasan Banyumas Raya masih melakukan perlawanan hingga titik darah penghabisan.
“Perlawanan ini terjadi di Jawa Tengah bagian barat, di eks-Karesidenan Banyumas,” ungkap Ketua Ikatan Keluarga Singadipa (IKS) Bing Urip Hartoyo sebagaimana dilansir dari Gatra, (9/11/2019).
Ada alasan yang membuat perjuangan Kiai Singadipa dikenang masyarakat Banyumas. Dia dan pasukannya dikenal licin dan sulit dideteksi pasukan Belanda. Hal ini disebabkan oleh strateginya yang dikenal dengan istilah umpetan jeroning kemben yang berarti bersembunyi di dalam kain kemben, kain yang sering dipakai perempuan Jawa zaman dahulu.
Jadi, dalam strategi ini, Kiai Singadipa menyamar jadi masyarakat kecil. Dia bahkan menikah dengan perempuan lokal dan berbaur dengan warga setiap kali berpindah dari satu wilayah ke wilayah lain.
“Beliau memperistri enam perempuan,” ujar Bing Urip sebagaimana dilansir dari Liputan6, (9/11/2019).
Berkat strategi ini, pasukan Belanda kesulitan menguasai wilayah Banyumas selama 10 tahun. Mereka hanya bisa mencapai Kertek, Wonosobo.
Keturunan Kiai Singadipa Pejuang Kemerdekaan
Sebelum wafat dan dimakamkan di Cilongok, Banyumas, Kiai Singadipa sempat mendapatkan jabatan cukup mentereng, yaitu Wedana Ajibarang. Nggak disangka, keturunannya juga ada yang menjadi pejuang, yaitu Suparjo Rustam.
Suparjo dikenal sebagai salah seorang pengawal Jenderal Soedirman. Setelah Indonesia merdeka, dia juga sempat menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah. Keturunan Kiai Singadipa lainnya, Susilo Sudarman, juga dikenal sebagai salah seorang menteri, Millens.
“Dari zaman Pak Suparjo Rustam dan Pak Susilo inilah, Ikatan Keluarga Singadipa terbentuk,” terang Bing Urip.
Ikatan keluarga inilah yang sampai sekarang memperjuangkan Kiai Singadipa diangkat sebagai pahlawan nasional. Apalagi, sejarah mencatat panji alias pataka perang Pangeran Diponegoro bernama Kiai Tunggul Wulung diserahkan ke Kiai Singadipa sebelum pangeran ditangkap. Hal ini berarti dia memang diberi mandat untuk meneruskan perjuangan.
“Beliau adalah ksatria terakhir dalam Perang Jawa,” tegas Bing Urip.
Nah, sudah mengenal siapa itu Kiai Singadipa, kan? Semoga perjuangan Ikatan Keluarga Singadipa menjadikan Kiai Singadipa menjadi pahlawan nasional membuahkan hasil ya, Millens! (Arie Widodo/E10)