inibaru indonesia logo
Beranda
Tradisinesia
Legenda Musik dari Banyumas, Raden Soetedja
Jumat, 4 Nov 2022 21:00
Penulis:
Kharisma Ghana Tawakal
Kharisma Ghana Tawakal
Bagikan:
<i>Foto istri dan&nbsp;</i>Raden Soetedja Poerwodibroto (kanan),<i>&nbsp;salah satu komponis musik kontemporer Indonesia, Raden Soetedja Poerwodibroto. (Dokumen pribadi keluarga)</i>

Foto istri dan Raden Soetedja Poerwodibroto (kanan), salah satu komponis musik kontemporer Indonesia, Raden Soetedja Poerwodibroto. (Dokumen pribadi keluarga)

Raden Soetedja, salah satu seniman musik keroncong yang lahir di Banyumas. Lewat banyak karyanya, musik keroncong ini bisa dinikmati oleh semua kalangan.

Inibaru.id – Salah satu musik yang jamak dinikmati pada era 90-an adalah keroncong. Dalam perkembangannya, gamelan juga ikut hadir menjadi asimilasi alat musik selain biola, seruling, gitar, ukulele, banjo, selo, dan kontrabas yang menjadi alat utama musik keroncong.

Musik keroncong sempat memiliki masa keemasan hingga tahun 1960-an. Namun nggak lama genre itu mulai meredup akibat masuknya musik pop rock yang lebih ‘keras’. Bersamaan dari itu, meredup juga salah satu legenda musik dari Banyumas.

Masa Kecil Soetedja

Lahir di Banyumas pada 15 Oktober 1909, dia adalah Raden Soetedja Poerwodibroto. Lahir dari keluarga terpandang, Soetedja adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Ayah kandungnya bernama Poerwodibroto, bekerja sebagai abdi keresidenan di Kebumen.

Menurut Banjoemas (27/07/19), saat menginjak umur sepuluh tahun, Soetedja diasuh oleh ayah angkat sekaligus pamannya yang bernama Soemandar. Soemandar merupakan orang yang terpandang pada masa Hindia Belanda. Terbukti bahwa dia pemilik usaha karung, batik, sampai pemilik kebun tebu yang menjadi salah satu komoditas ekspor terbesar Hindia Belanda.

Sejak ikut oleh ayah angkatnya, Soetedja mulai terkenal jail. Peralatan batik usaha ayahnya kerap kali dipukuli hingga menimbulkan suara yang menggangu para pekerja di pabrik batik.

Agar tindakan tersebut nggak lagi dilakukan, Soemandar membelikan biola Stradivarius Paganini buatan Swedia tahun 1834. Sebenarnya, dari kejailan itulah bakat musik Soetedja mulai terlihat.

Tekad Bermusik Soetedja

Setelah lulus SMA, Soetedja bermimpi menjadi musikus dengan cara melanjutkan pendidikan pada bidang musik di Eropa. Sementara itu, ayah angkatnya lebih menginginkan Soetedja meneruskan ke pendidikan seputar hukum atau kesehatan.

Karena ngeyel, Soemandar mengancam untuk mengusir Soetedja jika nggak mau memenuhi keinginan sang ayah untuk melanjutkan pendidikan di bidang yang dia mau. Ancaman malah disambut Soetedja, dia memilih minggat hingga ke Pulau Borneo.

<i>Perkiraan foto&nbsp;Orkes Radio Philarmonisch yang pernah dipimpin&nbsp;Raden Soetedja Poerwodibroto. (Jakarta Philharmonic Orchestra)</i>
Perkiraan foto Orkes Radio Philarmonisch yang pernah dipimpin Raden Soetedja Poerwodibroto. (Jakarta Philharmonic Orchestra)

Di sana, Soetedja bertemu Sultan Hamid dan mengasuh anak-anaknya bermain musik. Kepergian Soetedja membuat sang ayah jatuh sakit, hingga kemudian ayahnya membujuk Soetedja untuk pulang dan mengizinkan anaknya melanjutkan pendidikan musik di Eropa.

Karir di Bidang Musik

Setelah lulus di Italia pada 1946, Soetedja menjabat sebagai direktur musik di Radio Rakyat Indonesia Purwokerto. Dia juga memimpin orkes musik kontemporer pada 1948-1950. Soetedja berusaha melakukan pembaruan musik keroncong agar sesuai pada zaman tersebut.

Pada tahun 1950-an, Soetedja mulai dikenal sebagai komponis musik kontemporer Indonesia. Orkes Radio Philarmonisch merupakan salah satu orkes yang dipimpinnya.

Dilansir dalam Narasi Sejarah (13/10/21), salah satu lagu keroncong gubahan Soetedja yang sampai sekarang masih banyak didengar adalah “Di Tepinya Sungai Serayu”.

Lagu itu tercipta ketika sang ayah angkat mengajak Soetedja mengitari Sungai Serayu saat dia akan melanjutkan pendidikan ke Eropa.

Gugur di Usia Muda

Banyak karya Soetedja yang digemari berbagai kalangan. Sayang, setelah mendapatkan musibah rumah dan semua karya yang terbakar di Jakarta, Soetedja meninggal pada 13 April 1960.

Pemerintah Banyumas yang mengapresiasi jasa dan kiprahnya di bidang musik dengan membangun gedung kesenian bernama Gedung Soetedja. Lambat laun gedung tersebut mengalami penurunan, sehingga jarang digunakan sebagai wadah pementasan seni.

Saat ini, kabarnya Gedung Soetedja sudah dialihfungsikan menjadi pasar dan sebagai gantinya Gedung Soetedja dibangun dengan rupa baru di Jalan Karanganyar, Kecamatan Purwokerto Selatan, Kabupaten Banyumas.

Semoga gedung tersebut selalu digunakan seperti semangat Raden Soetedja Poerwodibroto dalam berkesenian ya, Millens! (Kharisma Ghana Tawakal/E05)

Komentar

inibaru indonesia logo

Inibaru Media adalah perusahaan digital yang fokus memopulerkan potensi kekayaan lokal dan pop culture di Indonesia, khususnya Jawa Tengah. Menyajikan warna-warni Indonesia baru untuk generasi millenial.

Social Media

A Group Partner of:

medcom.idmetrotvnews.commediaindonesia.comlampost.co
Copyright © 2024 Inibaru Media - Media Group. All Right Reserved